punah, baik dalam peristiwa bercakap-cakap santai lihat lampiran data observasi, data 1, data 2, data 4, data 15, data 16, data 23, data 24, data 25 maupun dalam
peristiwa marah lihat lampiran data observasi, data 3. Jika kelompok remaja tidak mengubah perilaku bahasa mereka, beberapa tahun ke depan bahasa Pakpak
Dairi akan punah.
4.6.2 Penggunaan Bahasa Menurut Peristiwa Bahasa pada Kelompok Dewasa
Berdasarkan angket yang sudah disebarkan kepada para responden, diperoleh penggunaan bahasa menurut peristiwa bahasa pada kelompok dewasa
pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.25 Penggunaan Bahasa Menurut Peristiwa Bahasa pada Kelompok Dewasa
No Peristiwa Bahasa
Persentase Penggunaan Bahasa BPD
BBT BI
BDL 1
2 Bercakap-
cakap santai Marah
68,5 71,2
12,7 -
16,4 21,2
- -
2,4 7,6
Persentase dihitung dari jumlah frekuensi pada tiap kategori dibagi jumlah seluruh frekuensi pada tiap kategori dan hubungan peran
Tidak ada pilihan
Tabel 4.25 di atas menunjukkan bahwa kelompok dewasa menggunakan bahasa Pakpak Dairi di dalam peristiwa bercakap-cakap santai sebesar 68,5,
bahasa Batak Toba 12,7, dan bahasa Indonesia 16,4 dan dalam peristiwa marah, kelompok dewasa menggunakan bahasa Pakpak Dairi 71,2, bahasa
Indonesia 21,2 dan tidak ada pilihan 7,6. Adanya persentase tidak ada pilihan dikarenakan beberapa responden tidak memiliki anak laki-lakiperempuan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Sumarsono 2004:225 “Skalabilitas masih dianggap sahih jika mencapai paling sedikit 85”. Dengan
kata lain bahwa penggunaan bahasa itu dikatakan bertahan jika tingkat pemertahanannya mencapai ≥85. Jika dikaitkan dengan teori, menunjukkan
bahwa penggunaan bahasa Pakpak Dairi dalam peristiwa bercakap-cakap santai dan marah pada kelompok dewasa sudah tidak bertahan. Penggunaan bahasa
dalam peristiwa bercakap-cakap santai dan marah sudah mulai bergeser. Hal ini dipengaruhi oleh interlokutor seperti hadirnya pihak ketiga tidak sesuku dan
anak. Dalam hal ini, ketika kelompok dewasa berkomunikasi dengan teman-teman sesuku dan dihadiri pihak ketiga, mereka cenderung beralih kode. Bahasa yang
mereka gunakan bergantung kepada bahasa yang dikuasai oleh partisipan. Kedua, beberapa dari mereka ketika berbicara dengan anak mereka juga menggunakan
bahasa Indonesia, baik dalam bercakap-cakap santai dan marah. Hal ini juga yang membuat kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi dalam peristiwa bercakap-
cakap santai dan marah tidak bertahan. Berikut ucapan yang sering istri katakan ketika istri marah dengan suami “sirabu i allang‟ artinya „makan abu itu‟
4.6.3 Penggunaan Bahasa Menurut Peristiwa Bahasa pada Kelompok Orang tua