„Orangnya memang bandal. Saya sudah ingatkan, tetapi tidak didengarkan
‟ Percakapan di atas adalah percakapan antara sesuku di ranah mesjid.
Percakapan di atas menunjukkan bahwa kelompok dewasa menggunakan bahasa Pakpak Dairi ketika mereke berkomunikasi dengan orang yang sesuku dengannya
di ranah mesjid.
4.4.3.3 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Orang tua di Ranah Gereja dan Ranah Mesjid
Dari angket yang sudah disebarkan diperoleh hasil penggunaan bahasa pada kelompok orang tua di ranah gerejamesjid pada tabel di bawah ini
Tabel 4.17 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Orang tua di Ranah Gereja dan Ranah Mesjid
No Ranah Persentase Penggunaan Bahasa
BPD BBT
BI BDL
1 2
Gereja Mesjid
95,8 88,9
- -
4,2 11,1
- -
BPD: Bahasa Pakpak Dairi; BBT: Bahasa Batak Toba; BI: Bahasa Indonesia; BDL: Bahasa daerah lain
Pada tabel 4.17 menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok orang tua 95,8, bahasa Indonesia 4,2 di ranah gereja.
Sedangkan penggunaan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok orang tua 88,9, bahasa Indonesia 11,1 di ranah mesjid.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Sumarsono 2004:225 “Skalabilitas masih dianggap sahih jika mencapai paling sedikit 85”. Dengan
kata lain bahwa penggunaan bahasa itu dikatakan bertahan jika tingkat pemertahanannya mencapai ≥85. Jika dikaitkan dengan teori, menunjukkan
bahwa penggunaan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok orang tua masih bertahan, baik di ranah gereja maupun di ranah mesjid.
Universitas Sumatera Utara
Melalui observasi yang dilakukan di lapangan, diperoleh beberapa tuturan. Berikut tuturan yang diperoleh dari lapangan di ranah gereja data 30, data 31,
data 32, dan data 33 dan di ranah mesjid data 34.
Data 30
Sintua : Ise kalak èn? [Siapa orang ini]
„Siapa mereka ini‟ Ibu
: Anak sikola ngo kalak èn. [Anak sekolah nya orang ini]
„Anak sekolahnya mereka ini‟
Data 31
Orang tua 1 : Ku bege sakit nina omakna si Josep.
[Ku dengar sakit katanya ibunya si Josep] „Kudengar katanya sakit ibunya si Josep‟
Orang tua 2 : Sakit kade?
[Sakit apa] „Sakit apa‟
Orang tua 1 : Dang ku beto
[Tidak saya tahu] „Saya tidak tahu‟
Percakapan di atas data 30 dan data 31 adalah percakapan antara sesuku suku Pakpak Dairi di ranah gereja. Percakapan di atas menunjukkan bahwa
kelompok orang tua masih menggunakan bahasa Pakpak Dairi di ranah gereja.
Data 32
Orang tua 1 : Horas sambil bersalaman Boa kabarmu namboru?
[Salam ]
[Gimana kabarmu bibi]
Universitas Sumatera Utara
„Salam, Gimana kabarmu bibi‟ Orang tua 2
: Sehat, molo ho? [Sehat, kalau Anda]
„Sehat, Gimana dengan Anda‟ Orang tua 1
: Sehat do ba. Dang tu bagas hamu? [sehat nya] [tidak ke dalam kalian]
„Sehatnya. Kalian tidak masuk ke dalam‟ Orang tua 2
: Tongkin nai. [Sebentar lagi]
„Sebentar lagi‟ Orang tua 1
: Parjolo ma ahu da. [Yang paling dulu lah saya ya]
„Saya duluan ya‟ Percakapan di atas adalah percakapan antara suku Batak Toba orang tua
1 dan suku Pakpak Dairi orang tua 2. Percakapan di atas menunjukkan bahwa penutur bahasa Pakpak Dairi beralih kode ketika lawan bicaranya menyapanya
dengan menggunakan bahasa Batak Toba. Sebelum hadir „orang tua1‟ bersuku Batak Toba, „orang tua 2‟ bersuku Pakpak Dairi menggunakan bahasa Pakpak
Dairi ketika dia berbicara dengan teman-temannya.
Data 33
Orang tua 1 : Ise kalak èn?
[Siapa mereka ini] „Siapa mereka ini‟
Orang tua 2 : Dang ku beto.
[Tidak saya tahu] „Saya tidak tahu‟
Universitas Sumatera Utara
Orang tua 1 : Boru kade ke de?
[Boru apa kaliann de] „Kalian boru apa‟
Evi : Aku boru sitorus.
Orang tua 1 : Kalo kau de?
Nurhayati : Boru sitorus juga nantulang.
Orang tua 1 : Anak siapanya kalian?
Evi : Kalo aku anaknya sitorus guru. Belakang SMU 2 rumah kami.
Orang tua 1 : Kakakmunya dia?
Evi : Gak, dosenku nantulang.
Percakapan di atas adalah percakapan antara sesuku suku Pakpak Dairi dan dihadiri pihak ketiga suku Batak Toba di ranah gereja GKPPD Sukadame.
Percakapan di atas menunjukkan bahwa Orang tua 1 bersuku Pakpak Dairi beralih kode ketika dia mengetahui lawan bicaranya tidak bisa menggunakan
bahasa Pakpak Dairi.
Data 34
Orang tua 1 : Bakunengo mesjidta èn pertua, endurun nai ngo kuidah,
[Bagaimana mesjidkita ini orang tua, kotor sangat nya kulihat, lampu i sadéna pè matè.
Lampu itu disana juga mati] „Bagaimana masjid kita ini pak, Saya lihat kotor sekali,
lampunyapun mati di sana‟ Orang tua 2
: Enggo ngo kudokken bé petugasna asa i pebersih [Sudah nya kukatakan ini petugasnya supaya itu dibersihkan
deket i tukar lampu ni, alai oda déng kuidah lot ganti.
dan itu tukar lampu nya, tetapi tidak lagi kulihat ada ganti]
Universitas Sumatera Utara
„Saya sudah katakan kepada petugas supaya dibersihkan dan ditukar lampunya, tetapi belum juga diganti.
Percakapan di atas adalah percakapan antara sesuku suku Pakpak Dairi di ranah mesjid. Percakapan di atas menunjukkan bahwa mereka masih
menggunakan bahasa Pakpak Dairi ketika mereka berkomunikasi dengan sesama suku suku Pakpak Dairi di ranah mesjid tetapi telah terjadi campur kode pada
percakap an di atas. Orang tua „2‟ telah memasukkan bahasa Batak Toba ketika dia
berkomunikasi dengan orang tua „1‟, yakni kata „alai‟.
4.4.4 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Remaja di Ranah Sekolah