1. Kebiasaan menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi.
2. Proses psikologi, sosial dan budaya dan hubungan mereka terhadap
stabilitas atau perubahan dalam kebiasaan menggunakan bahasa. 3.
Perilaku terhadap bahasa, termasuk pada perilaku sikap dan perilaku kognitif.
Dapat disimpulkan bahwa sikap bahasa, kebiasaan menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi, perubahan lingkungan memeiliki pengaruh terhadap
pemertahanan bahasa dan pergeseran bahasa.
2.6 Faktor-faktor Pemertahanan Bahasa
Ada beberapa faktor yang akan mempertahankan bahasa agar bahasa itu tidak punah. Menurut Sumarsono 2004:200 faktor-faktor yang mempengaruhi
pemertahanan bahasa language maintenance adalah ekonomi, agama dan politik. Selanjutnya, Jendra 2010:144-146 mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempertahankan bahasa adalah jumlah penutur, tempat tinggal, identitas dan kebanggaan budaya, dan kondisi ekonomi yang baik.
Romaine 2000:44-67
mengatakan bahwa
faktor-faktor yang
mempengaruhi pemertahanan bahasa adalah migrasi, ranah, partisipan, ekonomi, budaya, politik, agama, latar belakang pendidikan, menghubungi famili di
kampung halaman, sikap bahasa, perkawinan tidak sesuku, administrasi, konsentrasi tempat tinggal, pekerjaan, umur, jenis kelamin, campur kode, dan alih
kode. Selanjutnya, Holmes 2001:52-64 mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa adalah migrasi, sekolah, administrasi
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan, pekerjaan, koran, sikap bahasa, identitas, menghubungi famili di kampung halaman, partisipan, ranah, perkawinan tidak sesuku, dan televisi.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa adalah ekonomi, agama, politik,
jumlah penutur, tempat tinggal, identitas dan kebanggaan budaya, migrasi, perkawinan tidak sesuku, pekerjaan, partisipan, ranah, latar belakang pendidikan,
pekerjaan, administrasi, sikap bahasa, konsentrasi tempat tinggal, sekolah, campur kode, dan alih kode.
2.7 Teori Sosiolinguistik
Sosiolinguistik adalah ilmu yang membahas mengenai hubungan antara bahasa dan masyarakat dengan tujuan agar bahasa itu berfungsi dalam
berkomunikasi Wardhaugh, 2010:12; Holmes, 2001:1; Romaine, 2000:64-67. Kajian bahasa dan masyarakat berkaitan erat dengan kehidupan sosial. Jadi, segala
gejala atau faktor sosial yang ada di masyarakat dikaitkan dengan ragam bahasa atau sebaliknya ada dua ragam bahasa yang berbeda dalam satu bahasa, kemudian
mengaitkan dengan gejala sosial Sumarsono, 2004:3; Romaine, 2000:67. Misalnya seseorang bisa memulai dengan melihat gejala sosial dan memilah
masyarakat berdasarkan gejala sosial, seperti jenis kelamin pria dan wanita, kemudian menganalisis bahasa atau tutur yang biasa dipakai oleh pria atau wanita
atau sebaliknya seseorang bisa melihat dulu adanya dua ragam bahasa yang berbeda dalam satu bahasa, kemudian mengaitkannya dengan gejala sosial seperti
perbedaan jenis kelamin, umur dan lain-lain. Gejala-gejala sosial ini sangat berpengaruh terhadap penggunaan suatu bahasa dalam komunitas masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Selain gejala sosial seperti umur dan jenis kelamin, globalisasi juga mempengaruhi penggunaan dan pemertahanan suatu bahasa Romaine, 2000:83-
85; Holmes, 2001:59. Kemajuan teknologi dapat menjadikan masyarakat akan lupa terhadap bahasa daerahnya, sebagai contoh televisi dan internet. Siaran
televisi dapat mengakibatkan fungsi dan kedudukan bahasa itu menurun. Ini disebabkan karena siaran di televisi menggunakan bahasa Indonesia dan ada juga
yang menggunakan bahasa asing. Secara tidak langsung masyarakat akan belajar untuk mengetahui bahasa Indonesia atau bahasa asing itu agar mereka dapat
menerima informasi yang disampaikan melalui televisi tersebut. Gejala sosial dan globalisasi ini akan mengakibatkan perubahan sosial.
Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada masyarakat Romaine, 2000: 78
– 85. Perubahan ini mengarah kepada dua arah, yakni ke arah kemajuan dan bisa mengarah ke arah kemunduran. Perubahan ini bergantung kepada masyarakat
itu sendiri. Perubahan sosial ini mempengaruhi suatu bahasa. Apabila bahasa itu bertahan berarti perubahan itu mengarah ke arah kemajuan, tetapi apabila bahasa
itu bergeser ataupun punah berarti perubahan sosial itu mengarah ke arah kemunduran.
Pemertahanan bahasa
adalah sikap
seseorang yang
mampu mempergunakan bahasa daerahnya pada fungsi dan ranah tertentu Sumarsono,
2004:200. Pemertahanan bahasa terjadi pada masyarakat multilingual. Dalam hal ini,
komunitas masyarakat
dituntut untuk
mampu memelihara
dan mempertahankan bahasa daerahnya walaupun mereka hanya masyarakat penutur
minoritas.
Universitas Sumatera Utara
Pemertahanan bahasa tidak terlepas kaitannya dengan budaya Trudgil dan Holmes dalam Sumarsono, 2004:3. Budaya memiliki nilai-nilai luhur dari para
nenek moyang bangsa Indonesia yang perlu dijaga keberadaannya. Budaya juga menunjuk kepada identitas suatu komunitas. Melalui budaya, masyarakat yang
lain akan mengetahui identitas masyarakat tersebut. Hal ini dikarenakan setiap masyarakat memiliki keanekaragaman budaya dan merupakan ciri khas
masyarakat itu sendiri. Jadi, pemertahanan bahasa itu berkaitan erat dengan budaya, masyarakat
dan globalisasi. Pemertahanan bahasa itu bergantung kepada masyararakat penutur itu sendiri sebagai pemakai bahasa dan usaha yang dilakukan oleh
masyarakat itu sendiri. Holmes 2001:60-64 mengatakan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan penggunaan bahasa adalah sikap positif,
kebiasaan menggunakan bahasa daerah, mengikuti ibadah yang bahasa pengantarnya bahasa ibu bahasa daerah dan kebiasaan mengunjungi famili.
Selanjutnya, Jendra
2010:159-160 mengatakan
bahwa upaya
untuk mempertahankan penggunaan bahasa daerah dapat dilakukan oleh pemerintah,
agen non pemerintah yang tidak berhubungan dengan pemerintah seperti penyiar radio, penerbit-penerbit yang berpengaruh dan lain sebagainya dan yang terakhir
dapat dilakukan oleh masing-masing individu.
2.8 Hasil Penelitian Yang Relevan