Penggunaan Bahasa Pakpak Dairi pada Kelompok Dewasa di Ranah Rumah

Data 3 Anak : Yang lamaan bapak ini pulang. Uda ditunggu dari tadi. Bapak : Iya cerita-cerita dulu tadi. Anak : Cerita, cerita, cerita bapak bilang. Padahal minum tuaknya bapak. Tiap hari minum tuak. Ga perna gak. Bapak : Yang nanggungnya tadi ceritanya. Anak : Nanggung ceritanya, pa nanggung tunggu habis tuaknya. Data 4 Ibu : Nang, ambil dulu rantang itu? Anak : Berapa mak? Ibu : Ambillah dua. Satu tempat dagingnya dan satu lagi tempat pellengnya. Anak : Iya mak. Percakapan di atas adalah percakapan antara anak dan ayahibu di ranah rumah. Percakapan di atas menunjukkan bahwa kelompok remaja sudah menggunakan bahasa Indonesia saat berkomunikasi di ranah rumah.

4.4.1.2 Penggunaan Bahasa Pakpak Dairi pada Kelompok Dewasa di Ranah Rumah

Penggunaan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok dewasa di ranah rumah dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.10 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Dewasa di Ranah Rumah Persentase dihitung dari jumlah frekuensi pada tiap kategori dibagi jumlah seluruh frekuensi pada tiap kategori dan hubungan peran Tidak ada pilihan No Penggunaan Bahasa Persentase 1 2 3 4 5 Bahasa Pakpak Dairi Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia Bahasa daerah lain 72,35 7,95 15,91 - 3,79 Universitas Sumatera Utara Pada tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa kelompok dewasa menggunakan bahasa Pakpak Dairi 72,35 , bahasa Batak Toba 7,95, bahasa Indonesia 15,91, dan tidak ada pilihan 3,79 di ranah rumah. Persentase tidak ada pilihan disebabkan beberapa responden kelompok dewasa tidak mempunyai anak laki-lakiperempuan. Sehingga mereka tidak memilih bahasa apa yang mereka gunakan ketika berkomunikasi dengan anak laki-lakiperempuan. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Sumarsono 2 004:225 “Skalabilitas masih di anggap sahih jika mencapai paling sedikit 85”. Dengan kata lain bahwa penggunaan bahasa itu dikatakan bertahan jika tingkat pemertahanannya mencapai ≥85. Jika dikaitkan dengan teori, menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok dewasa sudah tidak bertahan dan sudah mulai begeser di ranah rumah. Melalui observasi yang dilakukan, diperoleh tuturan pada kelompok dewasa di ranah rumah. Berikut contoh tuturan yang diperoleh dari lapangan. Data 5 Anak : Endekah ni ke omak asa mulak. [Lama kalian ibu baru pulang] „Lama sekali kalian ibu baru pulang‟ Ibu : lot endai sibahanen. [Ada tadi dikerjai] „Ada kerjaan tadi‟ Percakapan di atas adalah percakapan antara anak dan ibu di ranah rumah. Percakapan di atas menunjukkan bahwa anak menggunakan bahasa Pakpak Dairi ketika berkomunikasi dengan ibunya. Universitas Sumatera Utara Data 6 A : Mak, èn roh kak Yanti. [Ibu, ini datang kakak Yanti] „Ibu, kakak Yanti datang‟ B : Kapan kalian datang? C : Tadi malam. B : Nyampe jam berapa? C : Kira-kira jam setengah dua belas. B : Bawa apa kalian? C : Gak ada bawa apa-apa. Percakapan di atas adalah percakapan antara sesuku dan dihadiri pihak ketiga di ranah rumah. Percakapan di atas menunjukkan bahwa „B‟ bersuku Pakpak Dairi beralih kode ketika dia mengetahui bahwa lawan bicaranya tidak dapat menggunakan bahasa Pakpak Dairi. Data 7 Kakak : Enggo kè mangan dek? [Sudah kalian makan dek] „Sudah makan kalian dek? Adik : Enggo. [Sudah] „Sudah‟ Percakapan di atas adalah percakapan antara kakak dan adik di ranah rumah. Percakapan di atas menunjukkan bahwa kakak menggunakan bahasa Pakpak Dairi ketika dia berkomunikasi dengan adiknya. Namun, kakak sudah memasukkan bahasa Indonesia di dalam tuturanny a, yakni kata „dek‟ yang Universitas Sumatera Utara merupakan singkatan dari kata „adik‟. Dapat disimpulkan bahwa sudah terjadi campur kode dalam percakapan tersebut. Data 8 Orang tua : Idike bapa? [Dimana bapak] „Dimana bapak‟ Anak : Laus tu luar. [Pergi ke luar] „Dia pergi ke luar‟ Orang tua : Omak? [Ibu] „Ibu‟ Anak : I dapur martasak pak tua. [Di dapur memasak pak tua] „Memasak di dapur pak tua‟ Data 9 Orang tua :Naing mike ko? [Mau kemana Anda] „Mau kemana Anda‟ Anak : Naing mangaleng bapak. [Mau menjemput bapak] „Mau menjemput bapak‟ Percakapan di atas adalah percakapan sesuku yang terjadi di ranah rumah. Percakapan di atas menunjukkan bahwa mereka menggunakan bahasa Pakpak Dairi ketika mereka berkomunikasi dengan orang yang sesuku dengan mereka. Namun pada percakapan di atas data 8 dan data 9 sudah terjadi campur kode. Universitas Sumatera Utara Anak sudah memasukkan bahasa Batak Toba dan bahasa Indonesia dalam tuturannya, yakni kata „tu‟ dan kata „bapak‟.

4.4.1.3 Penggunaan Bahasa pada kelompok Orang tua di Ranah Rumah