Hasil Penelitian Yang Relevan

Pemertahanan bahasa tidak terlepas kaitannya dengan budaya Trudgil dan Holmes dalam Sumarsono, 2004:3. Budaya memiliki nilai-nilai luhur dari para nenek moyang bangsa Indonesia yang perlu dijaga keberadaannya. Budaya juga menunjuk kepada identitas suatu komunitas. Melalui budaya, masyarakat yang lain akan mengetahui identitas masyarakat tersebut. Hal ini dikarenakan setiap masyarakat memiliki keanekaragaman budaya dan merupakan ciri khas masyarakat itu sendiri. Jadi, pemertahanan bahasa itu berkaitan erat dengan budaya, masyarakat dan globalisasi. Pemertahanan bahasa itu bergantung kepada masyararakat penutur itu sendiri sebagai pemakai bahasa dan usaha yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Holmes 2001:60-64 mengatakan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan penggunaan bahasa adalah sikap positif, kebiasaan menggunakan bahasa daerah, mengikuti ibadah yang bahasa pengantarnya bahasa ibu bahasa daerah dan kebiasaan mengunjungi famili. Selanjutnya, Jendra 2010:159-160 mengatakan bahwa upaya untuk mempertahankan penggunaan bahasa daerah dapat dilakukan oleh pemerintah, agen non pemerintah yang tidak berhubungan dengan pemerintah seperti penyiar radio, penerbit-penerbit yang berpengaruh dan lain sebagainya dan yang terakhir dapat dilakukan oleh masing-masing individu.

2.8 Hasil Penelitian Yang Relevan

Sejalan dengan penelitian ini Sumarsono 1990 dalam disertasi Pemertahanan bahasa Melayu Loloan memfokuskan kepada pencarian faktor - faktor pendukung pemertahanan bahasa Melayu Loloan. Bahasa ini dipakai oleh Universitas Sumatera Utara guyup Loloan, suatu guyup minoritas beragama Islam yang tinggal di tengah- tengah kota Bali. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah metode survei. Teknik yang dipakai adalah wawancara intensif, pengumpulan dokumen, pengamatan partisipasi dan kuesioner. Data utama yang dijaring merupakan pengakuan diri self-report dari tiga generasi, dengan percontoh sampel 290 kepala keluarga KK, 120 anak muda 13-21 tahun, dan 28 anak usia 6-12 tahun. Data dianalisis dengan menggunakan tabel skala implikasional dan deskriptif. Analisis deskriptif menggunakan tabel-tabel. Hasil penelitian menunjukkan adanya faktor-faktor pendukung pemertahanan bahasa Melayu Loloan terhadap Bahasa Bali menghasilkan adanya faktor eksternal dan faktor internal yang saling berpaut. Pertama, adanya wilayah konsentrasi pemukiman guyup mayoritas Bali. Kedua, adanya sikap toleransi, atau tanpa rasa enggan mau menggunakan bahasa Melayu Loloan dalam interaksi mereka dengan warga guyup minoritas, tanpa mengurangi kenyataan bahasa Bali pun kadang-kadang dipakai dalam interaksi semacam itu. Faktor-faktor pendukung pemertahanan bahasa yaitu pertama, sikap atau pandangan keislaman guyup Loloan yang “tidak akomodatif” terhadap guyup, budaya, dan bahasa Bali. Kedua, adanya loyalitas yang tinggi terhadap bahasa Melayu Loloan, sebagai konsekuensi posisi bahasa ini sebagai lambang identitas guyup Loloan yang beragama Islam, sedangkan bahasa Bali dianggap sebagai lambang identitas masyarakat Bali yang beragama Hindu. Akibatnya, penggunaan bahasa Bali ditolak untuk kegiatan-kegiatan intrakelompok, terutama kegiatan dalam ranah agama. Ketiga, adanya kesinambungan pengalihan transmisi bahasa Melayu Loloan dari generasi ke generasi berikutnya. Kelemahan Universitas Sumatera Utara pemertahanan bahasa Melayu Loloan terhadap bahasa Indonesia itu terlihat pada penggunaan bahasa dalam tujuh ranah, yaitu ranah keluarga, ketetanggaan, kekariban, agama, pendidikan, transaksi dan pemerintahan. Kontribusi yang diberikan dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan penulis dalam memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa, teknik pengumpulan data serta teori-teori yang berhubungan dengan pemertahanan bahasa. Perbedaan penelitian Sumarsono dengan penelitian ini adalah dari teknik analisis data. Dalam penelitian Sumarsono, penulis menganalisis data dengan tabel skala implikasional dan deskriftip. Sedangkan dalam penelitian ini, penulis menganalisis data dengan menggunakan analisis statistik deskriftip dan analisis Miles and Huberman. Selain itu, dalam penelitian Sumarsono hanya membahas kondisi pemertahanan dan faktor-faktor yang mempengaruhi bahasa Loloan Melayu. Sedangkan dalam penelitian ini tidak hanya membahas kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak dairi di Kabupaten Dairi. Tetapi juga membahas upaya pemertahanan bahasa Pakpak Dairi. Siahaan 2002 dalam tesis Pemertahanan Bahasa Pada Masyarakat Batak Toba di Medan Berdasarkan Perilaku Pilih Bahasa membahas 1 penggunaan bahasa yang lebih menonjol digunakan oleh kelompok orang tua dan anak-anak dari dua repertoar bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Batak Toba, 2 tingkat pemertahanan bahasa oleh masyarakat Batak Toba dilihat dari perilaku pilih bahasanya pada kelompok orang tua dan anak, dan 3 pola pemertahanan bahasa oleh kelompok orang tua dan anak pada masyarakat Batak Toba di Medan menunjukkan pemertahanan atau pergeseran. Tujuan penelitian ini Universitas Sumatera Utara adalah untuk mendeskripsikan pemertahanan bahasa pada masyarakat bahasa Batak Toba di Medan. Fokus penelitian ini adalah perilaku pilih bahasa antara bahasa Indonesia dan bahasa Batak Toba pada tiga interaksi intrakelompok; di rumah, arisan keluarga, dan arisan marga etnis Batak Toba dalam ranah keluarga dan persahabatan. Berdasarkan acuan analisis ranah Fishman 1972 dan Siregar 1998 dikaji 3 komponen antara lain: ranah, hubungan peran, dan peristiwa bahasa. Data dikumpul melalui angket yang disebarkan kepada 200 responden. Data dihitung berdasarkan 3 skala nilai: 1 selalu bahasa Indonesia, 2 campur bahasa Indonesia dan bahasa Batak Toba, dan 3 selalu bahasa Batak Toba dalam bentuk persentase sebaran nilai, nilai rata-rata, dan standart deviasi. Penggunaan bahasa dikelompokkan pada dua kelompok, yaitu kelompok orang tua dan kelompok anak. Hasil penelitian menggambarkan bahwa masyarakat bahasa pada kelompok orang tua mengacu pada pola pemertahanan bahasa aktif, sedangkan masyarakat bahasa pada kelompok anak sedang dalam proses pergeseran bahasa yang mengacu kepada pola pemertahanan bahasa pasif. Meskipun masyarakat Batak Toba di Medan mengakui bahasanya sebagai lambang identitas etnis, pengakuan yang demikian tidak menyertai perilaku bahasa kelompok anak secara konsisten dalam interaksi mereka. Kontribusi yang diberikan dalam penelitian ini adalah teori, metode dan menambah wawasan penulis dalam menjawab permasalahan penelitian nomor 1 satu. Perbedaan penelitian Siahaan dengan penelitian ini adalah dari teknik analisis data. Siahaan menggunakan analisis ranah Fishman 1972 dan Siregar 1998. Sedangkan dalam penelitian ini, penulis menganalisis data dengan menggunakan analisis statistik deskriftip dan Miles and Huberman. Selain itu, Siahaan dalam penelitiannya hanya membahas kondisi Universitas Sumatera Utara pemertahanan bahasa Batak Toba. Sedangkan dalam penelitian ini, penulis tidak hanya membahas kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi tetapi juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi dan upaya pemertahanan bahasa Pakpak Dairi. Deliana 2002 dalam tesis Faktor-faktor Pemertahanan bahasa Minangkabau di Kotamadya Medan: Studi Kasus Pedagang-pedagang Minangkabau Bilingual di Pasar Sukaramai Medan membahas 1 faktor-faktor identitas sosial yang lebih berpengaruh pada penggunaan bahasa Minangkabau di Pasar Sukaramai Medan, dan 2 mengenai penutur bahasa Minangkabau di Pasar Sukaramai Medan apakah mereka masih mempertahankan atau meninggalkan bahasa ibu mereka dilihat dari faktor-faktor identitas sosial penutur bahasanya. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, kuesioner, dan pengamatan langsung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data dianalisis secara kuantitatif. Analisis meliputi frekuensi penggunaan bahasa dan juga melihat hubungan antara penggunaan bahasa dengan faktor-faktor di luar bahasa. Hasil penelitian ini adalah besar kecilnya derajat pemertahanan bahasa daerah Minangkabau bagi pedagang Minangkabau di Pasar Sukaramai Medan dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, faktor usia, faktor partisipan, faktor tempat, dan faktor peristiwa bahasa dan para pedagang di pasar Sukaramai Medan tetap mempertahankan bahasa ibu mereka dalam berkomunikasi. Kontribusi yang diberikan dalam penelitian ini adalah teori, metode pengumpulan data, dan menambah wawasan peneliti dalam menjawab pertanyaan nomor 2 dua, yakni menambah wawasan mengenai faktor-faktor yang dapat mempertahankan bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi. Perbedaan penelitian yang dirujuk dengan Universitas Sumatera Utara penelitian ini adalah penelitian yang dirujuk menggunakan analisis statistik deskriftip. Sedangkan dalam penelitian ini tidak hanya menggunakan analisis data statistik deskriftip tetapi juga menggunakan analisis Miles and Huberman. Selain itu, penelitian yang dirujuk hanya membahas faktor-faktor yang mempengaruhi bahasa Minangkabau. Sedangkan penelitian ini tidak hanya membahas faktor- faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi tetapi juga menganalisis kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi dan upaya pemertahanan bahasa Pakpak Dairi. Mukhamdanah 2005 dalam tesis Pemertahanan dan Sikap Bahasa di kalangan Mahasiswa WNI Keturunan Cina di Medan dalam Konteks Kedwibahasaan membahas 1 pemertahanan bahasa di kalangan mahasiswa WNI keturunan Cina di Medan dalam konteks kedwibahasaan, dan 2 sikap bahasa Mahasiswa WNI Cina terhadap bahasa Indonesia dan bahasa Cina Hokkian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif dalam pemerolehan dan penganalisisan data. Data diperoleh melalui pemberian daftar pertanyaan kuesioner kepada responden. Untuk mengetahui pemertahanan bahasa responden, ranah-ranah penggunaan bahasa yang dikaji dalam penelitian ini adalah ranah keluarga, ranah ketetanggaan, ranah kekariban, ranah transaksi, ranah agama, dan ranah pendidikan. Selain itu untuk mengetahui penggunaan bahasa responden, juga dikaji bagaimana penggunaan bahasa responden berdasarkan peristiwa bahasa, diantaranya pada saat bersenandung, berhitung dalam hati, bersenda gurau, bermusyawarah, dan berdiskusi. Keseringannya mendengarkan lagu-lagu dan menonton film, mengumpat, menulis suratpesan, mengkhayalmerenung, marah, dan penggunaan bahasa pada saat Universitas Sumatera Utara bermimpi juga diberikan untuk mengetahui penggunaan bahasa responden. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa responden wanita cenderung lebih banyak menggunakan bahasa Hokkian. Sedangkan responden laki-laki cenderung menggunakan bahasa Hokkian pada ranah ketetanggaan, ranah kekariban, ranah transaksi, ranah agama, dan ranah pendidikan. Baik responden laki-laki maupun perempuan cenderung menggunakan bahasa Hokkian saat bersenandung, berhitung dalam hati, bersenda gurau, bermusyawarah, dan berdiskusi. Tetapi responden menggunakan bahasa Indonesia saat menulis suratpesan dan responden lebih sering mendengarkan lagu-lagu dan menonton film berbahasa Inggris dan Indonesia daripada film dan lagu berbahasa Cina. Sedangkan sikap bahasa yang dimiliki para responden menunjukkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia dan bahasa Hokkian. Kontribusi yang diberikan dari penelitian ini untuk peneliti adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempertahanan bahasa Pakpak Dairi dan metode dalam pengumpulan data. Perbedaan penelitian yang dirujuk dengan penelitian ini adalah penelitian yang dirujuk membahasa pemertahanan bahasa dan sikap bahasa terhadap bahasa Indonesia dan Hokkian. Sedangkan dalam penelitian ini tidak hanya membahas kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi tetapi juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi dan upaya pemertahanan bahasa Pakpak Dairi. Damanik 2009 dalam tesis Pemertahanan Bahasa Simalungun di Kabupaten Simalungun membahas 1 ranah penggunaan bahasa Simalungun, 2 faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa Simalungun, 3 pemertahanan bahasa Simalungun sebagai lingua franca. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan data dikumpulkan dengan cara Universitas Sumatera Utara penyebaran daftar kuesioner kepada 60 responden. Setelah data dikumpulkan kemudian data dianalisis secara kuantitatif untuk mendapatkan frekuensi penggunaan bahasa dan kemudian mendeskripsikan pemertahanan bahasa responden pada ranah keluarga, ranah pergaulan, ranah pendidikan, ranah pemerintahan, ranah transaksi, ranah pekerjaan, dan ranah tetangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di Kabupaten Simalungun masih tetap menggunakan bahasa Simalungun. Hal ini ditandai dengan sikap penutur terhadap bahasa Simalungun cenderung positif berkisar 70 hampir pada setiap ranah, seperti ranah keluarga, pendidikan, pemerintahan, ranah transaksi, ranah pekerjaan, dan ranah tetangga. Pemertahanan terendah terjadi pada ranah pemerintahan yang persentasenya berkisar 50. Secara keseluruhan dari semua kelompok remaja, dewasa, dan orang tua persentase pemertahanan bahasa Simalungun adalah 75. Kontribusi yang diberikan dari penelitian ini untuk peneliti adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi. Perbedaan penelitian yang dirujuk dengan penelitian ini adalah penelitian yang dirujuk menggunakan analisis data kuantitatif. Sedangkan penelitian ini menggunakan analisis data statistik deskriftip. Selain itu, kondisi pemertahanan bahasa Simalungun dikatakan bertahan apabila tingkat pemertahanan bahasa mencapai 50. Tetapi dalam penelitian ini, kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi dikatakan bertahan apabila tingkat pemertahanan bahasa Pakpak Dairi mencapai 85. Selain itu, penelitian ini hanya membahas kondisi pemertahanan bahasa Simalungun dan faktor-faktor yang mempengaruhi bahasa Simalungun. Sedangkan dalam penelitian ini tidak hanya membahas kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi dan faktor-faktor yang Universitas Sumatera Utara mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi tetapi juga upaya pemertahanan bahasa Pakpak Dairi. Widayati 2010 dalam disertasi Konvergensi dan Divergensi dalam Dialek-Dialek Melayu Asahan membahas 1 sistem segmental dialek-dialek di Asahan, 2 variasi dialek yang muncul di Asahan akibat adanya konvergensi dan divergensi, 3 faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konvergensi dan divergensi dalam dialek-dialek Melayu di Asahan, dan 4 bentuk inovatif dan konservatif dalam dialek-dialek Melayu Asahan. Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut, diterapkan metode padan, yaitu metode padan artikulatoris dengan alat penentunya organ wicara, metode padan pragmatis dengan alat penentunya mitra wicara, dan metode padan translasional dengan alat penentunya bahasa atau dialek lain. Ketiga metode ini dijabarkan dalam teknik hubung banding menyamakan dan hubung banding membedakan. Selain itu, pendekatan dari atas ke bawah juga dilakukan dalam analisis diakronis. Berdasarkan kajian segmental, ditemukan bahwa dalam dialek Tanjungbalai DTB terdapat 5 segmen vokal, yaitu, i, u, a, Ε, dan � . Dalam dialek Batubara DBB terdapat 6 segmen vokal, yaitu i, u, a, Ε, ฀, dan � . DTB dan DBB memiliki jumlah konsonan yang sama masing- masing 19 segmen konsonan, yaitu p, b, t, d, c, j, k, g, ฀, s, h, m, n, ฀, Ν, l, ⊗, w, dan j. Dalam Bahasa Batak BBT terdapat lima segmen vokal, yaitu, i, u, a, e, dan o. Dalam bahasa Jawa BJW terdapat enam segmen vokal, yaitu i, u, a, e, ฀, dan o. Segmen konsonan BBT ada 14, yaitu b, p, m, d, t, s, n, l, j, g, k, Ν, r, h dan dalam BJW terdapat 20 segmen konsonan, yaitu b Η, p, m, w, d, t, dΗ, t Η, s, n, l, c, j, ⎠, j, g, k, Ν, r, dan h. Variasi dialek di Asahan muncul karena adanya konvergensi dan divergensi dalam interaksi masyarakat. Dari konvergensi Universitas Sumatera Utara dan divergensi ini muncul wujud imitasi, interferensi, dan integrasi. Dari ketiga proses tersebut ditemukan adanya dialek lain di Asahan, yaitu dialek Melayu Batak Asahan DMBA dan dialek Melayu Jawa Asahan DMJA. Atas dasar sistem segmental DTB, DBB, BBT, dan BJW ditemukan bahwa dalam DMBA terdapat lima segmen vokal, yaitu i, u, a, Ε, dan � yang direpresentasikan ke dalam sembilan bunyi segmental vokoid akibat artikulasi primer, yaitu [i] dan [ Ι]; [u] dan [ Υ]; [a] dan [Ε]; [� ]; [ε] dan [e]. Dalam DMJA terdapat enam segmen vokal, yaitu i, u, a, ฀, e, dan � yang direpresentasikan ke dalam sembilan bunyi segmental vokoid, yaitu [i] dan [ Ι]; [u] dan [Υ]; [a] dan [฀]; [� ]; [฀]; [ε]. Segmen konsonan dalam DMBA ada delapan belas, yaitu b, p, m, d, t, s, n, l, j, c, ⎠, y, g, k, Ν, w, r, h dan dalam DMJA bΗ, p, m, dΗ, t, s, n, l, j, c, ⎠, y, g, k, Ν, w, r, h. Kedelapan belas segmen konsonan tersebut direpresentasikan persis sama dengan segmen asalnya, kecuali segmen konsonan k yang direpresentasikan sebagai [k, dan ฀], segmen konsonan b direpresentasikan sebagai [b dan p], segmen konsonan d direpresentasikan [d dan t], dan segmen konsonan h direpresentasikan sebagai [h dan ฀]. Dalam DTB, DBB, DMBA, dan DMJA terdapat perangkat korespondensi bunyi yang diwujudkan dengan [a _ ฀] dan pada afiks terdapat korespondensi ba ⊗r-} _ {b฀⊗r-}, {ba⊗r-an} _ {b ฀⊗r-an}, {basi-an} _ {b฀si-an}, {maN-} _ {m฀N-}, {paN-} _ {p฀N-}, {ta-} _ {t ฀-}, {ka-an} _ {k฀-an}, dan {sa-} _ {s฀-}. Pola kalimat yang ditemukan dalam empat dialek di Asahan adalah pola VSOVOS dan SVO. Pola VSOVOS terutama ditemukan pada penutur DTB, DBB, dan DMBA, sedangkan pola SVO ditemukan dalam DMJA. Konvergensi dan divergensi disebabkan oleh faktor intralinguistik dan ekstralinguistik. Faktor intralinguistik ini meliputi proses Universitas Sumatera Utara asimilasi, proses pelesapan bunyi, proses penambahan bunyi, proses pergantian bunyi, proses perubahan segmen, dan proses pelemahan bunyi. Keenam proses tersebut diformulasikan dalam wujud lima belas kaidah fonologis yang terdiri atas kaidah perubahan ciri, kaidah pelesapan, kaidah penyisipan, kaidah transformasional, kaidah perpaduan, kaidah bervariabel, dan kaidah pergantian. Faktor ekstralinguistik adalah faktor luar bahasa yang menyebabkan terjadinya konvergensi dan divergensi dalam bahasa. Faktor ekstralinguistik meliputi faktor geografi, faktor migrasi, faktor historis, faktor sosial, dan faktor psikologis. Perbandingan keempat dialek menunjukkan adanya refleks vokal dan konsonan yang inovatif dan konservatif. Vokal umumnya direflekskan secara inovatif daripada konsonan. Konsonan yang direflekskan secara inovatif terdapat pada konsonan h, k, , dan r. Refleks yang inovatif pada vokal menyebabkan leksem-leksem yang direflekskan pun mengalami inovasi. Kontribusi yang diberikan dari penelitian ini untuk peneliti adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempertahanan bahasa Pakpak Dairi dan teori-teori yang berhubungan dengan pemertahanan bahasa. Juliana 2012 dalam tesis Pemertahanan bahasa Mandailing di Medan- Tembung membahas 1 faktor-faktor pendukung pemertahanan bahasa Mandailing di Medan-Tembung, dan 2 alasan penutur bahasa Mandailing mempertahankan bahasanya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian ini yang mengkaji tentang peran penutur bahasa Mandailing dalam mempertahankan bahasa Mandailing di Medan-Tembung. Responden dalam penelitian ini berjumlah 60 penutur bahasa Mandailing di Kelurahan Bandar Selamat, Kecamatan Medan-Tembung yang dibagi menjadi Universitas Sumatera Utara dua kelompok yaitu tiga puluh orang dalam kelompok orang tua sebagai generasi kedua dan tiga puluh orang dalam kelompok anak sebagai generasi ketiga. Penelitian ini menggunakan instrument berupa kuesioner dan interview. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data tentang penutur bahasa Mandailing dalam mempertahankan bahasa mereka sendiri seperti bahasa apa yang mereka gunakan dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak-anak mereka, sanak saudara dan teman-teman mereka. Sedangkan interview digunakan untuk memperoleh data-data yang lebih mendalam atau lebih akurat mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemertahanan bahasa Mandailing di Medan-Tembung. Data dianalisis berdasarkan analisis data Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemertahanan bahasa Mandailing di generasi kedua tetap bertahan karena mereka masih dapat menggunakan bahasa Mandailing dalam berkomunikasi sehari-hari dengan penutur bahasa Mandailing yang lain sedangkan generasi ketiga tidak, mereka beralih menggunakan bahasa lain yaitu bahasa yang lebih dominan digunakan yaitu bahasa Indonesia. Ada sepuluh faktor yang dianalisa dalam penelitian ini yang dapat mempertahankan bahasa Mandailing di Medan-Tembung yaitu menikah dengan sesama suku Mandailing, tinggal di daerah yang didominasi orang-orang Mandailing, menggunakan bahasa Mandailing di rumah, kebanggaan terhadap suku dan bahasa Mandailing, menggunakan bahasa Mandailing di lingkungan tetangga, menggunakan bahasa Mandailing di lingkungan pendidikan, menggunakan bahasa Mandailing di lingkungan pekerjaan, mengikuti adat-istiadat, dan pulang kampung secara beraturan. Keberadaan bahasa Mandailing pada saat sekarang ini hanya berada pada generasi kedua sedangkan generasi ketiga beralih Universitas Sumatera Utara menggunakan bahasa Indonesia. Kontribusi yang diberikan dari penelitian ini untuk peneliti adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi, metode penelitian, metode pengumpulan data dan teori-teori yang berhubungan dengan pemertahanan bahasa. Perbedaan penelitian yang dirujuk dengan penelitian ini adalah analis data yang digunakan dalam penelitian yang dirujuk hanya menggunakan analisis data Miles and Huberman. Sedangkan dalam penelitian ini, penulis tidak hanya menggunakan analisis data Miles and Huberman tetapi juga menggunakan analisis data statistik deskriftip. Selain itu, penelitian yang dirujuk membahas kondisi pemertahanan bahasa Mandailing dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Mandailing. Sedangkan dalam penelitian ini, penulis tidak hanya membahasa kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi tetapi juga upaya-upaya pemertahanan bahasa Pakpak Dairi. Universitas Sumatera Utara

2.9 Kerangka Teoretis Bagan 2.1 Kerangka Teoretis