16
termanifestasi dalam bentuk gejala-gejala yang sangat variatif. Oleh karena itu, setiap anak autis memiliki karakteristik dan kekhasannya
masing-masing yang membedakannya dari anak autis lain.
2. Diagnosis Gangguan Autistik
Penegakan diagnosis gangguan autistik dilakukan dengan mengacu kepada beberapa kriteria tertentu. Ada beberapa kriteria berstandar
internasional yang sering digunakan untuk mendiagnosis gangguan autistik pada anak, dua diantaranya yaitu ICD -10 International
Classification of Disease tahun 1993 dan DSM-V Diagnostic and Statistic Manual tahun 2011.
ICD-10 dan DSM-V memuat serangkaian kriteria yang apabila terpenuhi sebagian atau seluruhnya mengindikasikan bahwa anak
memiliki kecenderungan untuk mendapatkan diagnosis gangguan autistik. Kriteria tersebut terdiri dari beberapa kategori gangguan
kualitatif, baik dari aspek bahasa dan komunikasi, perilaku, dan interaksi sosial. Berikut kriteria diagnostik untuk gangguan autistik pada DSM-V
Diagnostic and Statistic Manual tahun 2011 dalam American Psychiatric Assosiation 2013: 50 :
a. Persistent deficits in social communication and social interaction
across multiple contexts, as manifested by the following, currently or by history examples are illustrative,not exhaustive; see text:
1 Deficits in social-emotional reciprocity, ranging, for
example, from abnormal social approach and failure of normal back-and-forth conversation; to reduced sharing of
interests, emotions, or affect; to failure to initiate or respond to social interactions.
2 Deficits in nonverbal communicative behaviors used for
social interaction, ranging,for example, from poorly integrated verbal and nonverbal communication; to abnor-
17
malities in eye contact and body language or deficits in understanding and use of gestures: to a total lack of facial
expressions and nonverbal communication.
3 Deficits in developing, maintaining, and understanding
relationships, ranging, for example, from difficulties adjusting behavior to suit various social contexts; to
difficulties in sharing imaginative play or in making friends; to absence of interest in peers.
b. Restricted, repetitive patterns of behavior, interests, or activities,
as manifested by atleast two of the following, currently or by history examples are illustrative, not exhaustive; see text:
1 Stereotyped or repetitive motor movements, use of objects, or
speech e.g., simplemotor stereotypies, lining up toys or flipping objects, echolalia, idiosyncratic\ phrases.
2 Insistence on sameness, inflexible adherence to routines, or
ritualized patterns of verbal or nonverbal behavior e.g., extreme distress at small changes, difficulties with
transitions, rigid thinking patterns, greeting rituals, need to take same route or eat same food every day.
3 Highly restricted, fixated interests that are abnormal in
intensity or focus e.g., strong attachment to or preoccupation with unusual objects, excessively circum
scribed or perseverative interests.
4 Hyper- or hyporeactivity to sensory input or unusual interest
in sensory aspects of the environment e.g., apparent indifference to paintemperature, adverse response to specific
sounds or textures, excessive smelling or touching of objects, visual fascination with lights or movement.
c. Symptoms must be present in the early developmental period but
may not becomefully manifest until social demands exceed limited capacities, or may be masked by learned strategies in later life.
d. Symptoms cause clinically significant impairment in social,
occupational, or other im portant areas of current functioning. e.
These disturbances are not better explained by intellectual disability intellectual developmental disorder or global
developmental delay. Intellectual disability and autism spectrum disorder frequently co-occur; to make comorbid diagnoses of
autism spectrum disorder and intellectual disability, social communication should be below that expected for general
developmental level.
Maksud dari pendapat di atas, kriteria diagnostik bagi anak autis dapat dilihat dari 1 kurangnya komunikasi sosial dan interaksi sosial di
dalam beberapa konteks; 2 pembatasan perilaku, pola perilaku yang berulang, ketertarikan atau aktivitas; 3 gejala yang muncul pada periode
18
perkembangan awal tapi mungkin tidak \terwujud sampai tuntutan sosial melebihi kapasitas yang terbatas, atau mungkin ditutupi oleh strategi
belajar di kemudian hari; 4 gejala yang menyebabkan gangguan klinis yang signifikan dalam kehidupan sosial, pekerjaan, atau area penting
lainnya saat berfungsi; 5 gangguan ini tidak lebih baik dijelaskan oleh ketidakmampuan intelektual intelektual disability.
Berdasarkan kriteria DSM-V tersebut, saat ini anak masih menunjukkan beberapa gejala yang mengarah pada gangguan autistik,
diantaranya yaitu: a.
Anak memiliki ekspresi wajah yang datar. b.
Anak gagal dalam mengembangkan hubungan persahabatan dengan teman sebayanya.
c. Anak belum memiliki timbal balik sosial maupun emosional yang
cukup dengan orang lain. d.
Anak mampu berkomunikasi secara verbal melalui bicara. e.
Anak masih kurang mampu dalam memulai dan mempertahankan komunikasi dengan orang lain.
f. Anak suka mengulang-ulang jingle iklan di televisi.
g. Anak memiliki minat yang sangat tinggi terhadap benda-benda hasil
kemajuan teknologi seperti laptop, ipad, dan handphone canggih. h.
Anak memiliki kebiasaan berdehem walaupun tidak sedang sakit tenggorokan.
Terkait dengan point b dan c, adanya diagnosis gangguan autistik pada anak mengindikasikan bahwa gejala-gejala pada anak
19
memang muncul dengan gejala yang muncul sebelum usia tiga tahun dan bukan disebabkan oleh gangguan rett dan gangguan disintegratif
masa kanak-kanak. Ditegakkannya diagnosis autistik pada anak melatarbelakangi keberadaan anak di Sekolah Khusus Autis Bina
Anggita Yogyakarta. Kesalahan diagnosis terhadap gangguan autistik masih sering terjadi. Hal ini dikarenakan gangguan autistik seringkali
disertai dengan beberapa kondisi penyerta seperti hiperaktivitas, epilepsi, dan ketunagrahitaan. Selain itu, karakteristik dari anak autis itu
memiliki variasi yang sangat tinggi. Setiap anak autis memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri yang membedakannya dengan anak
autis lain. Kondisi tersebut pada akhirnya berimplikasi terhadap sulitnya melakukan klasifikasi pada gangguan autistik itu sendiri.
3. Karakteristik Anak Autis`
Anak-anak autis tidak atau belum dapat berkomunikasi dengan intensif karena kognitif yang masih kurang, namun juga dapat
berkomunikasi akan tetapi mengarah ke bahasa non verbal seperti bahasa tubuh dengan teriak, menangis dsb. Keinginan anak autisme untuk
berkomunikasi dengan orang lain, bilamana anak memiliki sebuah keinginan. Jika kita memperhatikan kemampuan bicara anak autis, maka
sebagian anak tidak memilikinya. Sementara itu, yang lainnya hanya dapat mengeluarkan suara gema dan tidak jelas dari tenggorokan mereka
Maulana, 14 : 2007.