95
menjelaskan kronologiproses terjadinya sebuah kejadian. Subjek masih bingung dan tidak runtut dalam menjelaskan kejadian tersebut. Misalnya
ubjek sudah mulai memahami tema penyakit demam berdarah namun, dalam menjelaskan kejadian tersebut, subjek masih kurang runtut dan
lengkap. Pada pertemuan kali ini, peneliti memberi tahu kepada subjek bahwa pada hari ini adalah praktek berbicara terakhir yang akan diberikan
oleh peneliti pada proses penelitian.
Tabel 12. Data Kesalahan dalam Praktek Berbicara Menjelaskan Suatu Peristiwa Subjek ORP pada Baseline-2
Tanggal Baseline-2
pertemuan Ke-
Waktu menit
start-stop Terjadinya
perilaku sasaran
Frekuensi kesalahan
Total Kejadian
Selasa, 17 Maret 2015
1 08.30-
08.36 1
Senin, 23
Maret 2015
2 08.30-
08.34 1
Selasa, 24 Maret 2015
3 08.30-
08.33 1
96
Berikut ini grafik Frekuensi Kesalahan Kesalahan dalam Praktek Berbicara Menjelaskan Suatu Peristiwa Subjek ORP pada fase Baseline-2:
Gambar 5. Display Frekuensi Kesalahan dalam Praktek Berbicara Menjelaskan Suatu Peristiwa Subjek ORP pada
Baseline -2
Berdasarkan data perkembangan kemampuan berbicara diatas dapat diketahui bahwa frekuensi kesalahan subjek dalam menjelaskan suatu situasi
ataupun kondisi dengan baik dan runtut pada baseline-2 pada setiap sesi yaitu 1. Letak kesalahan yang dilakukan sama yaitu ketika menjelaskan
kronologiproses terjadinya sebuah kejadian. Subjek masih bingung dan tidak runtut dalam menjelaskan kejadian tersebut.
1 2
3 4
5 6
Pertemuan ke- 1 A
Pertemuan ke- 2 A
Pertemuan ke- 3 A
Frekuensi Kesalahan
Frekuensi Kesalahan
97
Tabel 13. Data Hasil Frekuensi Kesalahan Subjek ORP dalam Praktek Berbicara Menjelaskan Suatu Peristiwa pada Baseline-1, Intervensi
dan Baseline-2
Perilaku sasaran target
behavior Frekuensi Kesalahan
Baseline-1 A Intervensi B
Baseline-2 A ’
Frekuensi kesalahan pada
saat menjelaskan suatu situasi atau
kondisi secara runtut dan jelas.
5 5
5 4
4 3
2 1
1 1
Berikut ini grafik Frekuensi Kesalahan Kesalahan dalam Praktek Berbicara Menjelaskan Suatu Peristiwa Subjek ORP pada Baseline-1, Intervensi dan
Baseline-2:
Gambar 6. Display Frekuensi Kesalahan Kesalahan dalam Praktek Berbicara Menjelaskan Suatu Peristiwa Subjek ORP pada
Baseline-1, Intervensi dan Baseline-2
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Pe rt
e ua
k e-
…
Pe rt
e ua
k e-
…
Pe rt
e ua
k e-
…
In terv
e n
si k
e -1
In terv
e n
si k
e -2
In terv
e n
si k
e -3
In terv
e n
si k
e -4
In terv
e n
si k
e -5
In terv
e n
si k
e -6
Pe rt
e ua
k e-
…
Pe rt
e ua
k e-
…
Pe rt
e ua
k e-
…
Frekuensi Kesalahan
Pertemuan ke-1 A
Pertemuan ke-1 A Pertemuan ke-2 A
Pertemuan ke-3 A
Frekuensi Kesalahan
Baseline-1
Intervensi Baseline-2
98
C. Analisis Data
Data pada penelitian ini di analisis menggunakan statistik deskriptif dengan metode inspeksi visual, dimana analisis dilakukan dengan mengamati secara
langsung data yang ditampilkan pada grafik.. Data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik garis yang dianalisis berdasarkan kondisi yang sebenarnya
terjadi. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati pengaruh penggunaan media gambar seri terhadap kemampuan berbicara
pada subjek ORP sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Sebelumnya hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian ini adalah media Gambar Seri
dapat mempengaruhi kemampuan berbicara pada anak autis kelas VII di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita. Hal tersebut ditunjukkan dengan
frekuensi kesalahan dalam menjelaskan beberapa situasi atau kondisi yang terjadi di lingkungannya pada baseline-1 lebih tinggi dibandingkan dengan
frekuensi kesalahan pada baseline- 2, dengan kata lain Fk = AA’. Untuk
memperjelas data hasil penelitian pada Baseline-1, Intervensi dan Baseline-2, peneliti menyajikan data sebagai berikut:
Tabel 14. Akumulasi Frekuensi Kesalahan Subjek ORP dalam Praktek Berbicara Menjelaskan Suatu Peristiwa
Perilaku sasaran target behavior
Frekuensi Kesalahan Baseline-1 A
Intervensi B Baseline-2 A
’
Frekuensi kesalahan pada
saat menjelaskan suatu situasi atau
kondisi secara runtut dan jelas.
5 2,5,6,7,8 5 2,5,6,7,8
5 2,5,6,7,8 4 5,6,7,8
4 5,6,7,8 3 6,7,8
2 7,8 1 8
1 8 1
8
99
Tabel di atas menggambarkan akumulasi frekuensi kesalahan dan letak kesalahan dalam praktek berbicara menjelaskan suatu peristiwa yang
dilakukan oleh subjek ORP pada fase baseline-1 A, fase intervensi B, dan pada fase baseline-
2 A’. Data tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media gambar seri dapat mengurangi kesalahan subjek dalam dalam praktek
berbicara menjelaskan suatu peristiwa. Hal tersebut ditunjukkan dengan frekuensi kesalahan pada fase baseline-1 lebih tinggi dibandingkan dengan
frekuensi kesalahan pada baseline-2. Tabel di atas menunjukkan frekuensi kesalahan dalam praktek berbicara
menjelaskan suatu peristiwa yang dilakukan subjek ORP pada baseline-1 sangat tinggi yaitu 5 pada tes kemampuan berbicara ke-1, 5 pada tes
kemampuan berbicara ke-2 dan 5 pada tes kemampuan berbicara ke-3. Letak kesalahan subjek pada aspek menjelaskan situasi yaitu nomor 2, 5, 6,7, dan 8.
Kesalahan-kesalahan tersebut yaitu memberikan penjelasan awal mengenai sebuah kejadian, menyebutkan pelaku-pelaku yang terlibat dalam suatu
kejadian, menyebutkan penyebab dari sebuah kejadian, menyebutkan akibat dari sebuah kejadian serta menjelaskan kronologi atau proses dari terjadinya
sebuah kejadian secara baik, runtut dan jelas. Pada soal tes lisan nomor 7, 8 dan 9 tergolong cukup sulit karena subjek harus memahami sebab-akibat serta
menjelaskan kronologi terjadinya secara baik, runtut dan lengkap. Pada intervensi ke-1 anak mengalami 4 aspek kesalahan dalam
menjelaskan situasi yaitu pada nomor 5, 6, 7 dan 8. Kesalahan-kesalahan tersebut yaitu memberikan penjelasan awal mengenai sebuah kejadian,
100
menyebutkan pelaku-pelaku yang terlibat dalam suatu kejadian, menyebutkan penyebab dari sebuah kejadian, menyebutkan akibat dari sebuah kejadian
serta menjelaskan kronologi atau proses dari terjadinya sebuah kejadian secara baik, runtut dan jelas. Subjek sudah dapat menyebutkan pelaku yang
terlibat, tetapi subjek hanya menyebutkan satu pelaku dengan menyebutkan ciri-cirinya. Pada intervensi ke-2 frekuensi kesalahan yang dialami subjek
masih sama dengan intervensi sebelumnya. Hal demikian dikarenakan subjek belum terbiasa menggunakan gambar seri. Pada intervensi ke-3 dan ke-4,
jumlah kesalahan yang dilakukan oleh subjek semain menurun. Akan tetapi, kesalahan yang sama dilakukan oleh subjek yaitu menjelaskan aspek no 8.
Ketika subjek diminta untuk menjelaskan kronologi atau proses terjadinya suatu kejadian, subjek hanya mampu menjelaskan sebagian kejadian dan
beberapa hal kurang jelas seperti ketika menjelaskan pelaku yang terlibat. Misal dari 5 pelaku yang ada, subjek menyebutkan dengan jelas nama 3
pelaku. Akan tetapi, untuk 2 pelaku lainnya, subjek hanya mengatakan “bapak itu ataupun “anaknya”. Terjadi peningkatan yang cukup signifikan
pada intervensi, ke-5 dan ke-6, subjek tidak mengalami kesalahan saat menjelaskan beberapa situasi ataupun kondisi. Intervensi yang diberikan pada
dua pertemuan ini sama dengan intervensi sebelumnya. Namun, peneliti lebih menekankan dan mengarahkan subjek dalam menjelaskan aspek nomor 6,7,
dan 8 yang sebelumnya masih salah ketika diminta untuk dijelaskan. Data yang diperoleh oleh peneliti pada baseline-2 menunjukkan kondisi
yang stabil. Frekuensi kesalahan yang dilakukan subjek pada setiap sesi
101
berjumlah 1. Kesalahan yang dilakukan subjek yaitu pada penjelasan aspek nomor 8. Kesalahan ini dimungkinkan muncul karena tidak ada intervensi
yang diberikan sebelumnya. Kesalahan ini merupakan kesalahan yang selalu muncul hampir disetiap sesi baseline maupun intervensi. Dari pertemuan ke-1
sampai ke-3 pada fase baseline-2, subjek mengalami kesulitan dalam menjelaskan kronologi maupun proses yang terjadi. Subjek masih kesulitan
dalam menjelaskan seluruh peristiwa secara lengkap. Seperi apabila ada banyak pelaku maupun akibat yang ditimbulkan dari sebuah peristiwa, subjek
hanya mampu menjelaskan sebagian. Akan tetapi, secara garis besar, kemampuan berbicara aspek menjelaskan situasi subjek sudah cukup baik.
Subjek sudah mampu memberikan tema, menyebutkan tempat dan waktu serta menjelaskan sebab akibat dan prosel maupun kronologi terjadinya suatu
peristiwa. Subjek perlu diberikan pembiasaan dalam menjelaskan suatu peristiwa agar kemampuan berbicaranya semakin baik.
Berdasarkan data penelitian diatas, maka dapat dirangkum hasil analisis dalam kondisi maupun analisis antar kondisi kedaalam tabel berikut ini:
a. Analisis dalam kondisi
Dalam penelitian ini,diketahui bahwa panjang fase baseline-1 A= 3, intervensi B= 6, dan baseline-
2 A’=3. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa adanya perubahan yang terjadi pada kemampuan
berbicara subjek pada aspek menjelaskan suatu peristiwa secara baik dan jelas. Adapun peningkatan kecenderungan arah yang terjadi pada fase
baseline-1 A dan penurunan fase intervensi B serta baseline- 2 A’.