41
senantiasa masih menghadapi berbagai kendala, baik karena tidak disiapkan oleh pihak sekolah maupun keterbatasan kemampuan
guru dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran, seperti gambar seri.
Keefektifan penggunaan alat bantu gambar dalam proses belajar-mengajar, dapat dilihat dari hasil penelitian Spaulding
dalam Soeparno, dkk, 1998:25 menguraikan tentang bagaimana siswa belajar melalui gambar, sebagai berikut: 1 gambar
merupakan perangkat pengajaran yang dapat menarik minat siswa secara efektif, 2 gambar harus dikaitkan dengan kehidupan nyata,
agar minat siswa menjadi efektif, dan 3 gambar membantu para siswa membaca buku pelajaran terutama dalam menafsirkan dan
mengingat-ingat isi materi teks yang menyertainya.
3. Langkah-langkah Penggunaan Media Gambar Seri
Menurut Abbas Hasnindah 2011: 16 berdasarkan model pembelajaran examples non examples contoh dari kasusgambar yang
relevan dengan KD, maka langkah-langkah penggunaan media gambar seri dapat disusun sebagai berikut:
1 Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran. 2
Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.
3 Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa
untuk memerhatikan atau menganalisis gambar. 4
Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas.
5 Tiap kelompok diberi kesempatan untuk membacakan hasil
diskusinya.
42
6 Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai
menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 7
Membuat kerangka karangan. 8
Membuat karangan.
Penggunaan media gambar seri untuk anak autis dalam penelitian ini didasarkan dengan teori berhaviorisme dan disesuaikan dengan
media yang digunakan yaitu gambar seri mengenai peristiwa terkini yang terjadi. Kemudian, langkah-langkah penggunaan media gambar
seri untuk meningkatkan kemampuan berbicara ini juga disesuaikan dengan teori behaviorisme. Behaviorisme didasarkan pada prinsip
bahwa perilaku manusia merupakan produk design bukan kebetulan Uyoh, 2012: 176
. Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai
secara konkret. Operant Conditioning didasarkan gagasan bahwa respons-respons yang memuaskan itu dikondisikan dan respons-
respons yang tidak memuaskan itu tidak dikondisikan Uyoh, 2012:
177. Dengan kata lain, hal-hal yang dilakukan maupun dikatakan memiliki efek memperkuat perilaku tersebut. Bagi guru, perilaku
yang tidak diinginkan, tidak boleh diperkuat, demikian pula sebaliknya. Contohnya, apabila anak melakukan suatu pekerjaan
sesuai dengan instruksi yang diberikan, guru sebaiknya memberikan reward berupa pujian ataupun hadiah.
Menurut Muazar 2015 : 77, Berikut implementasi teori pembelajaran behavioristik pada pembelajaran bahasa :
1 Perlu penguatan atau koreksi terhadap bahasa anak yang muncul
karena adanya stimulus. Bila pengucapan tidak sebagaimana