101
berjumlah 1. Kesalahan yang dilakukan subjek yaitu pada penjelasan aspek nomor 8. Kesalahan ini dimungkinkan muncul karena tidak ada intervensi
yang diberikan sebelumnya. Kesalahan ini merupakan kesalahan yang selalu muncul hampir disetiap sesi baseline maupun intervensi. Dari pertemuan ke-1
sampai ke-3 pada fase baseline-2, subjek mengalami kesulitan dalam menjelaskan kronologi maupun proses yang terjadi. Subjek masih kesulitan
dalam menjelaskan seluruh peristiwa secara lengkap. Seperi apabila ada banyak pelaku maupun akibat yang ditimbulkan dari sebuah peristiwa, subjek
hanya mampu menjelaskan sebagian. Akan tetapi, secara garis besar, kemampuan berbicara aspek menjelaskan situasi subjek sudah cukup baik.
Subjek sudah mampu memberikan tema, menyebutkan tempat dan waktu serta menjelaskan sebab akibat dan prosel maupun kronologi terjadinya suatu
peristiwa. Subjek perlu diberikan pembiasaan dalam menjelaskan suatu peristiwa agar kemampuan berbicaranya semakin baik.
Berdasarkan data penelitian diatas, maka dapat dirangkum hasil analisis dalam kondisi maupun analisis antar kondisi kedaalam tabel berikut ini:
a. Analisis dalam kondisi
Dalam penelitian ini,diketahui bahwa panjang fase baseline-1 A= 3, intervensi B= 6, dan baseline-
2 A’=3. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa adanya perubahan yang terjadi pada kemampuan
berbicara subjek pada aspek menjelaskan suatu peristiwa secara baik dan jelas. Adapun peningkatan kecenderungan arah yang terjadi pada fase
baseline-1 A dan penurunan fase intervensi B serta baseline- 2 A’.
102
Selain itu dalam penelitian ini, perubahan kemampuan berbicara subjek pada aspek menjelaskan suatu peristiwa secara baik dan jelas tampak
setelah diberikan intervensi dengan adanya perubahan level +4. Akan tetapi, pada fase baseline-2 tidak tampak adanya perubahan yang terjadi
pada kemampuan subyek =0. Adapun rincian perhitungan mengenai komponen-komponen pada analisis dalam kondisi ini terlampir dalam
lampiran 8 halaman 163. Berikut tabel rangkuman analisis dalam kondisi subyek :
Tabel 15. Rangkuman Hasil Analisis Visual Dalam Kondisi Dengan Aspek Menjelaskan Suatu Peristiwa
Kondisi A
Baseline-1 B
Intervensi A’
Baseline-2
1. Panjang Kondisi.
3 6
3 2.
Estimasi Kecenderungan
Arah. =
+ =
3. Kecenderungan
Stabilitas Data.
Stabil Variabel
Stabil
4. Jejak Data.
= +
= 5.
Level dan Stabilitas Rentang. Stabil
5-5 Variabel
0-4 Stabil
1-1 6.
Perubahan Level 5-5
=0 0-4
=+4 1-1
=0
103
b. Analisis Antar Kondisi
Setelah mengetahui hasil pada kondisi sebelumnya, maka selanjutnya dilaksanakan analisis antar kondisi. Adapun hasil analisis data antar
kondisi ini tercantum dalam rangkuman tabel sebagai berikut.
Tabel 16. Rangkuman Hasil Analisis Visual Antar Kondisi Dengan Aspek Menjelaskan Suatu Peristiwa
Kondisi BA
A’B
1. Jumlah Variabel yang
diubah. 1
1
2. Perubahan
Kecenderungan Arah dan Efeknya.
+ = = +
3. Perubahan Kecenderungan
Stabilitas Data. Variabel ke stabil
Stabil ke variabel
4. Perubahan Level
5 – 0 = +5
1 – 4 = +3
5. Presentase
0:6 x 100 = 0 1:3 x 100 =
33,33
Berdasarkan data tabel di atas, perubahan kecenderungan arah antara kondisi baseline-1A dengan intervensi B yakni menurun ke sejajar berarti
kesalahan subyek dalam menjelaskan suatu peristiwa semakin menurun dan lebih baik. Selain itu, perubahan kecenderungan arah antara kondisi intervensi
B dengan baseline- 2 A’ yakni sejajar ke menurun. Data yang tumpang
tindih overlap pada baseline-1 A ke intervensi B adalah 0 dan
104
intervensi B ke baseline- 2 A’ yaitu sebesar 66,67. Adapun rincian
perhitungan mengenai komponen pada analisis antar kondisi ini terlampir dalam lampiran 8 halaman 165.
Berdasarkan analisis data di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi kesalahan yang dilakukan subjek dalam praktek berbicara aspek menjelaskan
situasi atau peristiwa pada baseline-2 lebih rendah lebih rendah dibandingkan dengan frekuensi kesalahan yang ada di baseline-1. Media gambar seri
sebagai stimulus dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berpengaruh terhadap kemampuan berbicara pada anak autis kelas VII di Sekolah Khusus Autis
Bina Anggita.
D. Pembahasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Single Subject Research dengan desain
A-B-A. Terdapat
pengulangan kondisi
baseline setelah
dilaksanakannya kondisi intervensi pada desain A-B-A. National Institute of Education 2009 :6 mengatakan bahwa ”Among
those with better developed language skills, another common characteristic is having trouble initiating, maintaining, repairing, andor ending a
conversation ” .
Artinya, Di antara anak-anak autis dengan keterampilan bahasa berkembang lebih baik, karakteristik lain yang sering terlihat adalah kesulitan
memulai, mempertahankan, memperbaiki, danatau mengakhiri percakapan. Hal tersebut sesuai dengan kondisi subjek saat ini sehingga peneliti berusaha
105
memperbaiki keterampilan berbahasa yang dimiliki subjek dalam menjelaskan suatu situasi maupun peristiwa.
Pada penelitian ini, peneliti mencoba memberikan stimulus menggunakan media gambar. Menurut Arief S. Sadiman dalam Sukiman,
2012: 86, gambar adalah tiruan barang orang,binatang yang dibuat dengan coretan pensil dan sebagainya pada kertaslainnya. Media yang digunakan
sebagai stimulus adalah media gambar seri guna membantu subjek dalam praktek berbicara terutama dalam menjelaskan suatu situasi maupun peristiwa
serta memulai suatu percakapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media gambar seri sebagai stimulus dalam pembelajaran bahasa Indonesia
berpengaruh terhadap kemampuan berbicara pada anak autis kelas VII di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita. Hal tersebut terlihat dari berkurangnya
frekuensi kesalahan subjek saat praktek berbicara terutama dalam menjelaskan suatu situasi maupun peristiwa setelah diberikan intervensi
menggunakan media gambar seri. Berkurangnya frekuensi kesalahan subjek dalam praktek berbicara
terutama dalam menjelaskan suatu situasi maupun peristiwa menunjukkan adanya perubahan ke arah yang lebih baik. Kesalahan yang dilakukan subjek
pada baseline-1 tergolong cukup tinggi, yaitu 5 dari 8 soal di setiap sesi. Akan tetapi, setelah diberikan intervensi menggunakan media gambar seri,
jumlah kesalahan yang dilakukan subjek pada baseline-2 berkurang menjadi 1 dari 8 soal disetiap sesi.
106
Pemilihan media dalam pembelajaran, karena didasari atas konsep pembelajaran sebagai sebuah sistem yaitu dengan pemilihan media yang tepat
sangat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Media gambar seri sebagai stimulus untuk mengatasi permasalahan pada subjek
ORP sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan subjek. Hal tersebut berhasil, dilihat dari berkurangnya frekuensi kesalahan subjek dalam praktek
menjelaskan suatu peristiwa setelah diberikan stimulus menggunakan media gambar seri.
Relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Suratmi 2013 yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Media Gambar Seri
Bagi Siswa Kelas I SDLB Negeri Boyolali”, hasil penelitian tersebut menyatakan adanya peningkatan kemampuan berbicara siswa Siswa Kelas I
SDLB Negeri Boyolali. Hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah frekuensi kesalahan pengucapan kata saat diberikan latihan semakin berkurang. Sama
halnya dengan yang dilakukan oleh Sri Suratmi, penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa media gambar seri dapat mempengaruhi
kemampuan berbicara anak autis dalam praktek menjelaskan suatu peristiwa dengan baik dan jelas. Pengaruh tersebut berupa berkurangnya frekuensi
kesalahan subjek dalam praktek menjelaskan suatu peristiwa setelah diberikan stimulus menggunakan media gambar seri.
Penelitian menggunakan Suparjo 2014 yang berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan Bercerita Dengan Menggunakan Media Gambar
Seri pada Anak TK Pangrukti Budi Desa Geneng Kecamatan Mijen
107
Kabupaten Demak ” yang menunjukkan bahwa penggunaan media gambar
seri dapat meningkatkan melatih anak untuk bersosialisasi dengan teman- temannya dan menumbuhkan keberanian anak melalui kegiatan bercerita.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan peneliti, media gambar seri dapat membantu subjek autis untuk memahami tentang proses dan cara
menjelaskannya kepada orang lain, sehingga adanya peningkatan kemampuan berbicara yang ditunjukkan dengan berkurangnya frekuensi kesalahan subjek
dalam praktek menjelaskan suatu peristiwa setelah diberikan stimulus menggunakan media gambar seri.
Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, maka kesimpulan akhir yang diperoleh adalah penggunaan media gambar seri memiliki pengaruh
positif dalam mengurangi kesalahan dalam praktek menjelaskan suatu peristiwa kelas VII di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita. Kesimpulan
tersebut sekaligus menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan telah terbukti. Terbuktinya
hipotesis penelitian
mengindikasikan bahwa
media pembelajaran, dalam hal ini adalah media gambar seri memiliki potensi yang
baik dalam membantu anak untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu menjelaskan suatu peristiwa secara baik, runtut dan jelas. Unsur proses dalam
gambar seri telah mengakomodasi setiap modalitas belajar yang dimiliki anak sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
Selain itu, unsur pewarnaan yang menarik serta gambaran peristiwa yang jelas juga mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
tidak membosankan sehingga anak lebih termotivasi untuk belajar.