Kerangka Pikir KAJIAN PUSTAKA

50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono 2010 : 72 metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang lain terkendalikan. Peneliti menggunakan eksperimen kuasi karena peneliti akan meneliti efektifitas media gambar seri guna meningkatkan kemampuan berbicara pada anak autis kelas VII di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita. Pendekatan eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Single Subject Research SSR. SSR yang berarti penelitian dengan subjek tunggal, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari analisis tingkah laku individu.Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nana Syaodih 2005 : 59 eksperimen subjek tunggal, single subject eksperimental merupakan eksperimen yang dilakukan terhadap subjek tunggal. Meskipun demikian, penelitian subjek tunggal dapat menggunakan dua atau lebih subjek penelitian, akan tetapi cara penyajian dan analisis datanya didasarkan atas data individu. Secara umum, analisis data dari penelitian subjek tunggal adalah perbandingan antara data pada fase baseline dimana subjek tidak mendapatkan perlakuan dengan data pada fase intervensi dimana subjek mendapatkan perlakuan menggunakan media gambar seri. 51

B. Desain Penelitian

Penelitian ini mencari hubungan sebab akibat, yaitu pengaruh media gambar seri terhadap kemampuan berbicara pada anak autis. Desain yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah A-B- A’. Menurut Juang Sunanto dkk 2006 : 44 desain A-B- A’ menunjukkan adanya sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas yang lebih kuat dibandingkan dengan desain AB. Ada penambahan kondisi baseline setelah pelaksanaan kondisi intervensi pada desain A-B-A. Jadi, setelah pengukuran pada kondisi intervensi B selesai dilakukan dan disertai dengan stabilnya data pada fase tersebut, pengukuran pada kondisi baseline kedua A2 diberikan. R Gay, L. et al 2009: 282 menyampaikan tentang desain atau rancangan ABA’ yaitu sebagai berikut: “In A-B-A design, baseline measurements are made repeatedly until stability is established, treatment is introduced, a number of measurements are made, and the treatment phase is followed by a second baseline phase. Thin second baseline phase results in a much improved design. If the behavior is better during the treatment phase than during either baseline phase, the effectiveness of the treatmen has been demonstrated.” Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa, dalam desain A-B-A sebelum memberikan intervensi, peneliti harus mengumpulkan informasi tentang kemampuan awal subjek, kemudian memberikan intervensi perlakuan, selanjutnya peneliti mengumpulkan informasi mengenai kemampuan subjek setelah diberikan intervensi. Intervensi dapat dikatakan 52 berpengaruh jika intervensiperlakuan dapat memberikan perubahan terhadap perilaku yang ingin diperbaiki. Menurut Juang Sunanto 2006: 45 ada beberapa langkah yang harus diperhatikan oleh peneliti ketika menggunakan desain A-B-A, yaitu: 1. Mendefinisikan perilaku sasaran target behaviour dalam perilaku yang dapat diamati dan diukur secara akurat; 2. Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline A1 secara kontinyu sekurang-kurangnya 3 atau 5 atau sampai kecenderungan arah dan level data menjadi stabil; 3. Memberikan intervensi setelah kecenderungan data pada kondisi baseline stabil; 4. Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi intervensi B dengan periode waktu tertentu sampai data menjadi stabil; 5. Setelah kecenderungan arah dan level data pada kondisi intervensi B stabil mengulang kondisi baseline A2. Mengacu pada pendapat di atas, peneliti menggambarkan desain penelitian dengan pendekatan penelitian Single Subject Research SSR dalam penelitian ini yakni sebagai berikut: Keterangan : A: Baseline -1, kondisi awal hasil belajar sebelum diberikan intervensi B: Intervensi, kondisi kemampuan hasil belajar setelah diberikan intervensi, dengan penggunaan media cerita bergambar A’: Baseline -2, kondisi setelah intervensi Perilaku sasaran pada penelitian ini adalah belum adanya inisiatif untuk memulai dan melakukan suatu percakapan sederhana serta belum A – B – A’ A 1 A 2 A 3 B 1 B 2 B 3 B 4 B 5 B 6 A’ 1 A’ 2 A’ 3