Tujuan Penelitian Manfaat Hasil Penelitian

11 berbicara anak autis kelas VII SMPLB Sekolah Khusus Autis Bina Anggita dengan materi percakapan sederhana khususnya dalam pelafalan bunyi vokal dan konsonan, ketepatan intonasi, dan penggunaan suku kata yang sesuai serta materi pembelajaran mengenai situasi khususnya dalam penjelasan dari penggambaran sebuah situasi. Ada 8 soal dari 3 indikator penilaian dalam menjelaskan sebuah kejadian yaitu 1 menyebutkan tema atau judul dari sebuah kejadian dengan pengucapan yang tepat; 2 memberikan penjelasan awal secara singkat mengenai sebuah kejadian dengan urutan yang benar dan lancar; 3 menjelaskan kronologi proses terjadinya sebuah kejadian secara runtut dan jelas. Pengukuran terhadap kemampuan berbicara tersebut ditunjukkan dengan frekuensi kesalahan dalam menjelaskan sebuah kejadian yang terjadi semakin berkurang. 3. Anak Autis Anak autis merupakan anak yang mengalami gangguan yang ditunjukkan dengan adanya hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan bermain secara imaginatif serta adanya perilaku stereotip pada minat dan aktivitas serta selalu memberikan respon untuk pengalaman sensori, dan dapat dideteksi sebelum usia 3 tahun. Dalam penelitian ini difokuskan pada gangguan bahasa anak autis. Kemampuan berbicara anak autis ditingkatkan melalui media gambar seri. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak autis kelas VII SMPLB Sekolah Khusus Autis Bina Anggita. Subjek 12 penelitian merupakan anak autis yang mampu membaca dan menulis serta telah memahami dan mampu melaksanakan instruksi dari orang lain. 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian tentang Anak Autis

1. Pengertian Anak Autis

Istilah autisme diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner pada tahun 1943. Secara etimologis kata “Autisme” berasal dari kata “auto” dan “isme”. Auto berarti diri sendiri, sedangkan isme berarti suatu aliranpaham. Dengan demikian autism diartikan sebagai suatu paham yang hanya tertarik pada dunianya sendiri Yosfan Azwandi, 2005: 14. Perilaku yang dilakukan penyandang autisme semata-mata karena adanya dorongan dari dirinya sendiri dan seakan-akan tidak tertarik terhadap stimulus dari orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Siegel dalam Bandi Delphie, 2009: 27 yang menyatakan bahwa: Autism is a developmental disorders that effects many aspects of how a child sees the world and learns from his or her experiences. Children with autism lack the usual desire for social contact. The attention and approval of others are not important to them in the usual way. Autism is not an absolute lack of desire for affiliation, but relative one. Artinya, “autism” merupakan sebuah gangguan perkembangan pervasif yang berpengaruh terhadap bagaimana anak memandang dunia dan belajar dari pengalaman-pengalamannya. Anak autis tidak memiliki hasrat dalam berhubungan sosial. Anak autis tidak menganggap penting atensi dan persetujuan orang lain. Anak autis tidak memiliki keinginan