Peserta Didik kelas X di SMK Negeri 2 Sewon

Gambar XX: Peserta didik berkonsultasi tentang motif yang dibuat Sumber : Dokumentasi Rusmawati, Maret 2015

3. Pembelajaran Batik Tulis kelas X di SMK Negeri 2 Sewon

Pembelajaran batik tulis di SMK Negeri 2 Sewon sebagian besar berjalan dengan lancar, akan tetapi tetap ada beberapa kendala yang membuat pembelajaran batik tulis tidak berjalan dengan lancar. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh beberapa peserta didik, tanggapan tentang kendala apa saja yang dihadapi saat pembelajaran batik tulis sebagian besar dari peserta didik menjawab suasana kelas atau keadaan kelas yang membuat sedikit kurang nyaman. Katerbatasan ruang kelas yang ada di SMK Negeri 2 Sewon membuat peserta didik sedikit kurang nyaman dan terganggu. Luas ruang kelas dengan jumlah peserta didik yang ada tidak sepadan, hal tersebut membuat peserta didik merasa panas. Pembelajaran batik tulis kelas X KT 1 di SMK Negeri 2 Sewon dilaksanakan pukul 10.15 WIB sampai 15.00 WIB. Jam siang membuat kelas menjadi panas dan peserta didik menjadi tidak dapat berkonsentrasi. Akan tetapi ruang laboratorium batik sangat berbeda dengan ruang kelas, ruang laboratorium batik lebih nyaman dan tidak panas, sehingga peserta didik nyaman saat pembelajaran praktik. Dengan kondisi yang ada tidak membuat peserta didik patah semangat untuk belajar. Pembelajaran batik tulis di SMK Negeri 2 Sewon terdiri dari teori dan praktik. Metode yang digunakan saat pembelajaran batik tulis di kelas X KT 1 SMK Negeri 2 Sewon adalah:

a. Metode Ceramah

Metode ceramah digunakan guru saat pembelajaran batik tulis secara teori. Metode ceramah ini untuk menyampaian tujuan pembelajaran dan tata tertib saat praktik selain itu sebelum praktik guru juga menyampaikan materi-materi seputar batik tulis, cara pewarnaan dan cara-cara membatik. Cara penyampaian C Wuri Handayani, S.Pd sangat mudah dipahami oleh peserta didik. Akan tetapi pengunaan metode ceramah ini sedikit tidak efektif karena terdapat peserta didik yang tidak mendengarkan ataupun asik sendiri. Hal ini membuat guru tidak terlalu banyak menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materinya. Untuk lebih mengefektifkan waktu yang ada, C Wuri Handayani, S.Pd selalu memberikan materi diminggu sebelumnya dan memberikan tugas kepada peserta didik agar mempelajari materi yang akan disampaikan. Cara ini dapat mengefektifkan pembelajaran batik tulis karena peserta didik sudah belajar terlebih dahulu sehingga ketika dijelaskan sudah sedikit mengerti dengan materi yang akan disampaikan. Namun hal seperti ini membuat beberapa pesrta didik tetap tidak mempelajari dihari sebelumnya bahkan tidak mempunyai materi yang akan disampaikan. Gambar XXI: Penyampaian materi di kelas dengan metode ceramah Sumber : Dokumentasi Rusmawati, Maret 2015

b. Metode Pemberian Tugas Mandiri Terstruktur

Metode pemberian tugas ini membuat peserta didik agar memiliki tanggung jawab, kemandirian, disiplin dan kreativitas. Pemberian tugas ini dengan menugaskan seluruh peserta didik agar dapat membuat ragam hias motif bunga, daun, gabungan bunga dan daun, binatang dan tradisional. Tugas tersebut harus dibuat seluruh peserta didik sebelum praktik membatik dan harus dapat diselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan. Tugas tersebut mengharuskan peserta didik untuk berekspresi dan berkreativitas membuat motif batik yang sebelumnya belum ada. Hal ini mengajarkan peserta didik agar lebih kreatif dalam berkarya. Selain membuat motif peserta didik juga diberi tugas membuat desain batik untuk slayer yang nantinya akan dibatik. Dengan tema motif slayer yang telah ditentukan yang kemudian peserta didik harus melanjutkan dengan membatik untuk membuat slayer hingga selesai hingga tahap akhir. Seluruh peserta didik harus dapat menyelesaikan tugas-tugas yang telah diberikan agar dapat mengikuti ujian akhir semester dan nilai-nilainya pun dapat terpenuhi karena setiap tahap tugas yang dilakukan peserta didik dinilai oleh guru. Gambar XXII: Peserta didik mengerjakan tugas membuat motif Sumber : Dokumentasi Rusmawati, Maret 2015