Tinjauan Tentang Batik Pembelajaran Batik Tulis

Batik merupakan sebuah warisan dari nenek moyang terdahulu dan tugas bagi penerus sekarang adalah tetap menjaga dan melestarikan budaya batik ini. Batik banyak sekali jenisnya yang ada di pulau Jawa. Motif-motifnya sangat beragam. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kekhasan masing-masing. Perbedaan motif yang ada dikarenakan adanya sebuah makna, yang tidak hanya gambar semata akan tetapi memiliki arti tersendiri yang didapat dari leluhur terdahulu. Namun dalam hal ini, batik yang diakui oleh UNESCO adalah batik yang melalui proses tutup celup atau batik tulis. Pada akhir-akhir eksistensi batik di masyarakat sangat meningkat. Mengingat pada zaman dahulu batik hanya dipakai oleh keluarga keraton saja akan tetapi dengan perkembangan zaman kini masyarakat sudah banyak yang menggunakan batik. Orang tua, remaja ataupun anak-anak sekarang sudah banyak menggunakan batik, hal ini karena model batik sudah beraneka ragam kemudian didukung dengan perkembangan motif-motif yang ada yang membuat tertarik kaum remaja. Adapun jenis batik lainnya yang banyak diminati oleh masyarakat adalah

1. Batik Sablon

Yaitu batik yang motifnya dicetak dengan klisehard print.

2. Batik Painting

Yaitu batik yang dibuat tanpa pola, tetapi langsung meramu warna di atas kain.

3. Batik Printing

Yaitu batik yang penggambarannya menggunakan mesin. Jenis batik ini dapat diproduksi dalam jumlah besar karena menggunakan mesin modern. Kemunculan batik printing dipertanyakan oleh beberapa seniman dan pengrajin batik karena dianggap merusak tatanan dalam seni batik, sehingga mereka lebih suka menyebutnya kain bermotif batik. Motif-motif batik tulis dan batik cap sangatlah beragam, dalam sebuah motif pasti terdapat sebuah filosofi terbentuknya motif tersebut. Menurut Prasetyo 2012: 49 ada beberapa motif batik dan filosofinya 1. Batik Cuwuri. Filosofi: Cuwuri artinya kecil-kecil, diharapkan pemakainya terlihat pantas dan di hormati. 2. Batik Sido Mukti Filosofi: Diharapkan akan selalu dalam kecukupan dan kebahagiaan. 3. Batik Kawung Filosofi: Biasa dipakai raja dan keluarganya sebagai lambang keperkasaan dan keadilan. 4. Batik Pamiluto Filosofi: Pamiluto berasal dari kata “pulut”, berarti perekat, dalam bahasa jawa bisa artinya kepilut tertarik. 5. Batik Parang Kusumo Filosofi: Kusumo artinya bunga yang mekar, diharapkan pemakainya terlihat indah. 6. Batik Ceplok Kesatrian Filosofi: Dipakai golongan menengah kebawah, agar terlihat gagah. 7. Batik Nitik Karawitan Filosofi: Pemakainya orang yang bijaksana 8. Batik Truntum Filosofi: Truntum artinya menuntun, diharapkan orang tua bisa menuntun calon pengantin. 9. Batik Ciptoning Filosofi: Diharapkan pemakainya menjadi orang bijak, mampu memberi petunjuk jalan yang benar. 10. Batik Tambal Filosofi: Ada kepercayaan bila orang sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, sakitnya cepat sembuh, karena tambal artinya menambah semangat baru. 11. Batik Slobog Filosofi: Slobog bisa juga “lobok” atau longgar, kain ini bisa dipakai untuk melayat agar yang meninggal tidak mengalami kesulitan menghadap yang kuasa. 12. Batik Parang Rusak Barong Filosofi: Parang menggambarkan senjata, kekuasaan. Ksatria yang menggunakan batik ini bisa bisa berlipat kekuatannya. 13. Batik Udan Liris Filosofi: artinya udan gerimis, lambang kesuburan. 2 Alat Pembuatan Batik Perlengkapan membatik terutama peralatannya tidak banyak mengalami perubahan dari dahulu sampai sekarang. Dilihat dari peralatannya dan cara mengerjakannya membatik dapat digolongkan sebagai suatu kerja yang bersifat tradisional, perlengkapan membatik meliputi Salamun,dkk, 2013: 31: a Gawangan Gawangan ini terbuat dari bahan kayu atau bambu. Gawangan harus dibuat sedemikian rupa, sehingga mudah dipindahkan. Penggunaan gawangan ini ialah untuk menyangkutkan dari membentangkan mori sewaktu membatik. b Wajan Wajan digunakan untuk mencairkan “malam”. Wajan dibuat dari logam baja atau tanah liat, wajan sebaiknya bertangkai agar mempermudah diangkat atau diturunkan dari perapian. c Taplak dan Dingklik Taplak ialah kain untuk menutup paha si pembatik supaya tidak terkena tetesan “malam” panas sewaktu canting ditiup, atau waktu membatik. Selain taplak bisa juga menggunakan koran bekas. Sedangkan dingklik baik itu terbuat dari kayu atau plastik atau belikan “lincak” pada prinsipnya tempat duduk si pembatik. Akan tetapi si pembatik juga dapat duduk pada tikar. d Canting