Batik Printing Deskripsi Teori

Canting adalah alat pokok untuk membatik atau untuk menulis atau m elukiskan cairan “malam”, untuk membuat motif batik yang diinginkan. Alat itu terbuat dari tembaga, karena tembaga mempunyai siat ringan, mudah dilenturkan dan kuat meskipun tipis. Menurut fungsinya canting dapat dibedakan menjadi dua, yakni canting reng-reng dapat digunakan untuk batikan pertama kali sesuai dengan pola sebelum dikerjakan dengan pola sebelum dikerjakan kerangka pola. Sedangkan canting isen, alat untuk membatik isen atau isi bidang batik yang diinginkan. Menurut besar kecilnya canting dapat dibedakan menjadi anting coret cucukkecil, canting coret cucuk sedang, dan canting coret cucuk besar. Menurut banyak coretan cucuk canting dapat dibedakan menjadi canting cecekan bercucuk satu , kecil, dipergunakan untuk membuat titik-titik kecil dan garis- garis kecil. Canting caron berasal dari “loro” yang berarti dua. Canting ini bercucuk dua, berjajar atas bawah, dipergunakan untuk membuat garis tangkep. Sedangkan canting telon, dari kata telu yang berarti tiga, dengan susun bentuk segi tiga. Kalau canting telon dipergunakan untuk membatik, maka akan terlihat bekas segitiga yang dibentuk oleh tiga buah titik, ssebagai pengisi bidang. Selain peralatan tersebut juga terdapat bahan yang harus disiapkan. Misalnya mori, zat pewarna dan lilin atau malam, dan pola dengan kebutuhan. Penggunaan mori disesuaikan dengan kebutuhan. 3 Teknik Pembuatan Batik Menurut Prasetyo 2012: 25 langkah-langkah dalam pembuatan batik adalah sebagai berikut: a Langkah pertama kita membuat desain batik diatas kain mori dengan pensil atau biasa disebut molani. Dalam penentuan motif, biasanya tiap orang memiliki selera berbeda-beda. Ada yang lebih suka membuat motif sendiri, namun yang lain lebih memilih untuk mengikuti motif-motif umum yang telah ada. b Langkah kedua adalah menggunakan canting yang telah berisi lilin cair untuk melapisi motif yang diinginkan. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan kedalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak kena. Setelah lilin cukup kering, celupkan kain kedalam larutan pewarna. c Proses terakhir adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah warna direbus dengan air panas. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang telah digambar sebelumnya terlihat jelas. Anda tidak perlu khawatir, pencelupan ini tidak akan membuat motif yang telah anda gambar terkena warna, karena bagian atas kaintersebut masih diselimuti lapisan tipis tidak sepenuhnya luntur Maka hasilnya adalah kain batik yang dikenal dengan kain batik tulis. Penamaan itu diberikan, karena disamping batik tulis, ada juga batik cap, batik printing, dan sablon.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian dengan judul Proses Pembelajaran Seni Batik di SMK Negeri 3 Kasihan Bantul Yogyakarta Tahun Pelajaran 20132014 yang merupakan penelitian yang dilakukan oleh Fathurrahman pada tahun 2013 merupakan penelitian yang relevan dengan penelitian yang berjudul Pembelajaran Batik Tulis kelas X di SMK Negeri 2 Sewon dan penelitian yang dilakukan oleh Atiek Suwarni yang berjudul Pembelajaran Batik di Jurusan Kriya Tekstil SMK 5 Yogyakarta sebagai Persiapan Rintisan Sekolah Bertara Internasional. Penelitian yang dilakukan oleh Fathurrahman tersebut dilakukan dengan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data di kelas XI SMK Negeri 3 Kalasan Bantul Yogyakarta ini adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Dari uraian data yang disajikan pada penelitian tersebut, Fathurrahman mendeskripsikan berbagai tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran muatan lokal seni batik. Serangkaian pembelajaran tersebut dideskripsikan dari proses perencanaan pelaksanaan, dan pada akhirnya mendeskripsikan hasil pembelajaran peserta didik dalam bentuk penilaian penguasaan kompetensi sampai dengan mendeskripsikan hasil karya batik yang dibuat peserta didik. Sedangkan untuk penelitian yang dilakukan oleh Atiek Suwarni merupakan jenis penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian yang dilakukan Atiek Suwarni menunjukan bahwa pembelajaran batik yang meliputi tujuh komponen, yaitu tujuan pembelajaran, kompetensi guru, kreativitas peserta didik, materi, metode, media, dan penilaian lebih ditingkatkan berdasarkan standar internasional.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif kualitatif ini lebih menekankan pada kata-kata. Menurut Sudarsono, dkk, 2013: 73 penelitian kualitatif, pada umumnya penelitian memusatkan perhatian pada aspek-aspek yang terjadi dalam kehidupan suatu kelompok tertentu. Seperti fisik orang, subjek atau objek; pikiran, emosi; perasaan, ingatan; motivasi, gagasan, pandangan-pandangan ke depan; sikap, keyakinan, pendapat; tulisan, perdebatan; budaya, masyarakat, kelompok; dan interaksi, hubungan sosial. Sedangkan menurut Moleong 2006: 6 penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Subjek penelitian dipandang secara holistik dalam artikan memahami konsep, persepsi, perilaku, dan tindakannya sebagai suatu kesatuan yang utuh, kemudian dideskripsikan berupa kata-kata, karena memang itulah ciri khas dari pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif memandang sumber data secara alamiah atau naturalistik, sehingga data yang disajikan benar-benar apa adanya berdasarkan apa yang dilihat dan tidak dibuat-buat karena penelitian kualitatif diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan atau berupa angka. Jadi, dalam pelaksanaan penelitian ini tidak dilakukan rekayasa ataupun uji coba. Namun 78 lebih menekankan pada deskripsi apa yang terjadi pada seting penelitian mengenai konteks kajian penelitian. Dalam hal ini yang menjadi konteks kajian penelitian adalah proses pembelajaran batik tulis di SMK Negeri 2 Sewon.

B. Data dan Sumber Data Penelitian

Sebagaimana dalam penelitian jenis kualitatif pada umumnya, data merupakan aset penting karena dalam sumber informasi untuk menguatkan kontruksi pengetahuan. Data dan sumber utama yang disajikan dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai Moleong 2006: 157. Data yang berupa kata-kata tersebut nantinya disusun secara naratif deskriptif. Selain data dalam bentuk kata-kata, dalam penelitian ini data juga berupa gambar dimana hal ini sejalan dengan sifat dari penelitian kualitatif. Data tersebut diambil dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data berupa kata-kata ditunjukan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran batik tulis di SMK Negeri 2 Sewon. Sedangkan data yang berupa gambar digunakan untuk memperjelas dan memperkuat data yang berupa kata-kata tersebut atau sebagai bukti. Sebuah data dalam penelitian kualitatif berasal dari sumber data menggunakan teknik pengumpulan data. Banyak sekali data yang diperlukan dalam penelitian kualitatif. Akan tetapi sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain Moleong, 2006: 157. Data yang berupa kata-kata merupakan data utama atau primer yang berasal dari tindakan, yaitu wawancara kepada narasumber. Sumber utama data berasal