Perkembangan Motorik Halus Kajian Pembelajaran Motorik Halus

18 pembelajaran yang diberikan oleh pendidik. Sedangkan pembelajaran motorik dapat disebut pembelajaran yang memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemahiran dalam melakukan gerakan-gerakan yang melibatkan motorik halus seperti gerakan yang hanya melibatkan otot-otot halus, dan motorik kasar seperti gerakan yang melibatkan otot besar. Pendapat tersebut juga didukung oleh Richard Decaprio 2013: 17, bahwa “Pembelajaran motorik dapat diartikan sebagai proses keahlian gerakan dan penghalusan kemampuan motorik serta variabel yang mendukung atau menghambat kemahiran maupun keahlian motorik”. Sedangkan pembelajaran motorik halus di sekolah ialah pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil serta koordinasi antara mata dan tangan. Richard Decaprio 2013: 21. Pembelajaran motorik halus sangat penting diberikan untuk anak- anak usia dini atau anak-anak yang akan memasuki pembelajaran secara akademik. Pembelajaran motorik halus tersebut dilakukan supaya anak memiliki kemampuan atau keterampilan untuk menggunakan gerakan yang melibatkan otot-otot kecil. Kemampuan anak untuk menggunakan gerakan yang melibatkan otot-otot kecil seperti gerakan jari-jari tangan yang baik dapat dilakukan dengan memberikan pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak terutama anak usia dini. Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Depdiknas 2007: 2 bahwa “Pengembangan kemampuan motorik halus anak terutama anak usia dini dapat dilakukan melalui olahan tangan dengan menggunakan alatmedia 19 seperti kuas pensil, kertas gunting, tanah liat, dan lain- lain”. Alat atau media tersebut dapat digunakan sebagai upaya memberikan perlakuan tertentu secara sistematis untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Selain itu menurut Sumantri 2005: 146 mengemukakan bahwa terdapat dua hal pentingnya kegiatan yang dapat mengembangkan motorik halus anak, yaitu: pentingnya mengembangkan motorik halus untuk daya pikir dan daya cipta anak, dan pengembangan motorik agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Pembelajaran motorik halus dapat diberikan dengan kegiatan seperti kegiatan menempel atau kegiatan mozaik, meronce, membentuk benda dari plastisin dan bubur kertas, menyusun balok, dan mewarnai. Semua kegiatan tersebut dapat diberikan kepada anak agar anak memiliki gerakan tangan yang tidak kaku dan memiliki kemampuan untuk dapat mengkoordinasikan antara mata dan tangan dengan baik. Pembelajaran motorik tersebut biasanya diberikan kepada anak yang akan memasuki kegiatan akademik seperti menulis. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sumantri 2005: 121 yang menyatakan bahwa “Pengembangan gerakan halus akan mempengaruhi pada kesiapan menulis sedangkan kemampuan daya lihat dapat melatih kemampuan melihat ke kanan dan ke kiri yang sangat diperlukan dalam persiapan membaca”. Kemampuan motorik halus anak usia dini hampir sama dengan kemampuan motorik halus Anak Tunagrahita kategori Sedang walaupun kategori usia anak sudah bukan usia dini. Selain itu, kemampuan motorik 20 halus Anak Tunagrahita kategori Sedang tentu berbeda dengan anak pada umumnya yang memiliki usia yang sama dengan Anak Tunagrahita kategori Sedang. Kemampuan motorik halus Anak Tunagrahita kategori Sedang sangat lemah dan kaku sehingga menyulitkan anak untuk memasuki kegiatan akademik. Hal tersebut didukung oleh pendapat Mumpuniarti 2007: 25 bahwa “Siswa Tunagrahita kategori Sedang memiliki koordinasi motorik halus ya ng lemah sekali”. Kemampuan motorik halus Anak Tunagrahita kategori Sedang merupakan efek dari hambatan kognisi yang dialaminya. Purwandari, 2005: 100. Pengembangan motorik halus Anak Tunagrahita kategori Sedang dapat dilakukan dengan kegiatan yang dapat dilakukan anak usia dini yaitu meronce, melipat kertas sederhana, menggunting, mengikat tali sepatu, membentuk tanah liat, plasitisin atau lilin, menulis awal, menyusun menara kubus dan belajar membuat garis. Sumantri 2005: 151. Kegiatan yang dilakukan dikelas tersebut adalah kegiatan yang membutuhkan keterampilan gerakan jari tangan dan koordinasi secara terus menerus. Menurut Richard 2013: 20, “Syaraf motorik dapat dilatih melalui kegiatan puzzle, menyusun balok, melipat kertas, membuat garis, menulis dengan huruf dan bentuk tulisan yang benar, serta memasukkan benda ke dalam lumbang sesuai bentuknya”. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka ditegaskan pengertian pembelajaran motorik halus dalam penelitian iniadalah pembelajaran yang dapat melatih kemampuan motorik halus dan koordinasi antara mata dan

Dokumen yang terkait

KETERAMPILAN MENGANYAM SPON EVA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB SUKAPURA BANDUNG.

3 12 45

KEGIATAN MERONCE MANIK-MANIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB AZ-ZAKIYAH.

8 46 40

AKTIFITAS PENGEMBANGAN MOTORIK HALUS BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG.

0 7 10

PENINGKATAN UPAYA PEMBELAJARAN BINA DIRI MENGGOSOK GIGI MELALUI MEDIA VIDEO ANIMASI PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS IV SDLB DI SLB NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

8 63 222

KEAKTIFAN BELAJAR SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS V B DALAM PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PEMBERIAN REWARD DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 1 263

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III MELALUI BERMAIN PLAYDOUGH/ADONAN DI SEKOLAH LUAR BIASA DAMAYANTI YOGYAKARTA.

1 7 215

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPAKAIAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS IV DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

1 1 252

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENCUCI PAKAIAN PADA SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS VA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 1 275

TINGKAT KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN DI SLB NEGERI PEMBINA GIWANGAN UMBULHARJO YOGYAKARTA.

1 4 102

EFEKTIVITAS PERMAINAN BUBUR KERTAS TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 0 144