36
diberikan pada anak tunagrahita. Menurut Muljono dalam Mumpuniarti, 2007: 59-62, bentuk strategi yang dikembangkan
dari perpaduan pengajaran berprogram dan terapi tingkah laku dalam praktek klinis antara lain 1
reinforcement,
2
punishment
, 3
extinction,
4
shaping
dan
backward chaining,
5
prompting
dan
fading.
Namun, bagi anak tunagrahita akan lebih sesuai dengan pendekatan modifikasi perilaku yang
reinforcement positif, shaping
dan
backward chaining,,
serta
prompting dan fading.
Berikut ini, akan dikaji lebih lanjut tentang pendekatan perilaku tersebut
menurut Muljono dalam Mumpuniarti, 2007: 59-62, yaitu: a.
Reinforcement
Prinsip
reinforcement
yaitu menunjukkan peningkatan frekuensi respon, jika respon tersebut diikuti dengan
konsekuensi tertentu. Konsekuensi yang dapat meningkatkan frekuensi perilaku disebut
reinforcer
. Ada dua macam
reinforcer
yaitu
positifreinforcer
dan
negatif reinforcer. Positif reinforcer
adalah peristiwa yang menyertai perilaku dan menyebabkan
meningkatnya frekuensi
perilaku yang
diharapkan.
Negatif reinforcer
adalah hilangnya peristiwa yang tidak menyenangkan setelah sesuatu respon yang diharapkan
ditampilkan. b.
Punishment
37
Prinsip punishment yaitu kehadiran suatu peristiwa yang tidak
menyenangkan atau
penghilangan peristiwa
menyenangkan yang kemudian mengikuti respon dan dapat menghilangkan maupun mengurangi frekuesi respon tersebut.
c.
Extinction Extinction
adalah penghentian
reinforcement
dari suatu respon.
Extinction
adalah suatu peristiwa yang tidak dihilangkan atau dihadirkan.
d.
Shaping
dan
Backward Chaining
Pelaksanaan
shaping
dengan memulai langkah nomor satu pada analisis tugas yang dilatihkan pada anak, jika direspon
dengan benar maka diberi
reinforcement
dan kemudian dilanjutkan pada langkah nomor dua. Pemberiaan
reinforcement
dilakukan pada setiap langkah sampai langkah terakhir secara berurutan, jika setiap langkahnya dilakukan dengan benar.
Penggunaan strategi s
haping
dapat disertai dengan
backward chaining
yaitu melatihkan tahap-tahap perilaku yang dipelajari anak tunagrahita dengan arah terbalik dari
shaping
.
Backward Chaining
dimulai dari perilaku yang diharapkan ke perilaku yang telah dikuasai anak.
e.
Prompting
dan
Fading
38 Prompts
adalah suatu peristiwa yang membantu anak melakukan suatu respon.
Prompts
mendahului suatu respon. Fading yaitu penghilangan secara gradual dari suatu
prompt
.
e. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan bahan pembelajaran, sehingga
dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan Daryanto, 2010: 6. Media
pembelajaran bagi siswa tunagrahita sedang sangat penting diberikan karena siswa tunagrahita sedang lebih dapat menerima pesan maupun
materi pembelajaran melalui benda nyata yaitu dengan adanya media pembelajaran. Menurut Daryanto 2010, 5-6,
“ Dapat dikatakan media mempunyai kegunaan, antara lain: dapat memperjelas pesan,
mengatasi keterbatasan waktu, ruang dan indera, menjadikan semangat belajar, menjadikan anak mandiri, dan memberi rangsangan
dan persepsi yang sama”. Selain itu, menurut Sukiman 2012: 29, media pembelajaran adalah:
“segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.” Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat dari Daryanto
2010: 6, bahwa media pembelajaran adaah segala sesuatu yang dapat
39
digunakan untuk menyalurkan pesan bahan pembelajaran, sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan. Menurut Wina Sanjaya 2010: 173-174 prinsip penggunaan
media antara lain diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran, sesuai dengan materi pembelajaran,sesuai dengan minat, kebutuhan,
dan kondisi siswa,media memperhatikan efektivitas dan efisien,dan sesuai dengan kemampuan guru.
Menurut Daryanto 2010, 10-12, fungsi media dalam proses pembelajaran antara lain: memperoleh gambaran yang jelas tentang
benda, mengamati dengan jelas, dapat melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung dan mengamati suatu obyek secara
serempak. Menurut Sukiman 2012: 29, media pembelajaran adalah: “segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.” Media pembelajaran tersebut merupakan komponen yang
penting untuk peserta didik pada saat menerima materi pembelajaran. Bagi siswa tunagrahita kategori sedang, media sangat penting
diberikan guru pada saat memberikan pembelajaran. Pentingnya media pembelajaran untuk siswa tunagrahita sedang dikarenakan
siswa tunagrahita sedang yang memiliki karakteristik sulit untuk
40
berfikir abstrak sehingga pembelajaran yang diberikan bersifat kongkrit melalui media pembelajaran.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka komponen pembelajaran dalam penelitian ini adalah komponen guru atau
pendidik, materi atau bahan ajar, media, metode, tujuan pembelajaran, evaluasi dan siswa atau peserta didik. Komponen-komponen tersebut
dapat digunakan dalam pembelajaran dengan melihat kemampuan dan kebutuhan masing-masing Anak Tunagrahita kategori Sedang.
f. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan penilaian hasil belajar yang dilakukan guru kepada peserta didik dengan tujuan untuk mengukur
ketercapaian kemampuan siswa maupun melihat kemampuan siswa. Kegiatan evaluasi dapat dilakukan dengan mengetahui kemajuan hasil
belajar siswa dan menentukkan materi yang akan diajarkan selanjutnya. Evaluasi juga dilakukan untuk menilai kesesuaian
perencanaan pembelajaran dengan pelaksanaannya. Menurut Oemar Hamalik 2010: 210, “Evaluasi adalah proses berkelanjutan tentang
pengumpulan data dan penafsiran informasi untuk menilai
assess
keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pengajaran”.
Menurut Eko Putro Widoyoko 2010: 6, evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan,
mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyajikan informasi
41
tentang suatu program. Sedangkan menurut Iding Tarsidi _:2, evaluasi kemajuan belajar siswa tunagrahita yang dilakukan guru di
sekolah SLB –C selama ini mengacu kepada aturan atau ketentuan-
ketentuan sebagaimana yang diberlakukan dalam kegiatan evaluasi pada sekolah biasa, baik mengenai waktu pelaksanaan, prosedur, jenis
dan bentuk,desain atau format evaluasi yang digunakan, maupun aspek-aspek kemampuan yang dievaluasi.
Diharapkan melalui kegiatan evaluasi dapat memberi keuntungan bagi guru karena dapat mengetahui ketercapaian belajar
dan mengetahui kemampuan siswa yang pada akhirnya guru dapat menentukkan metode, media dan materi yang sesuai dengan
kemampuan siswa. Menurut Anas 1996: 26 menyatakan bahwa “Tujuan evaluasi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu untuk
memperoleh data tentang ketercapaian dan keberhasilan siswa mengikuti proses pembelajaran dan untuk mengetahui efektivitas
metode pengajaran yang telah digunakan guru. Beberapa tujuan dari kegiatan evaluasi yang dilakukan juga
memiliki tujuan seperti yang diungkapkan oleh L.Pasaribu dan Simanjuntak dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2013: 50-51, bahwa
tujuan umum evaluasi yaitu 1 mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang
diharapkan, 2 memungkinkan guru menilai aktivitas yang di dapat, 3 menilai metode mengajar yang dipergunakan.