Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4
menurut Richard Decaprio 2013: 17 pembelajaran motorik dapat juga diartikan sebagai proses belajar terkait gerakan dan penghalusan motorik.
Berdasarkan pengamatan dan observasi yang dilakukan di SLB Negeri Pembina Yogyakarta kelas III SDLB pembelajaran motorik halus
diberikan untuk seluruh siswa tunagrahita dikarenakan sebagian besar dari siswa tunagrahita kategori sedang di kelas tersebut mengalami keterbatasan
gerakan jari-jari tangan yang masih kaku dan tidak terkoordinasi ketika melakukan gerakan seperti menulis, menggambar, dan menggunting. Hal
tersebut dibuktikan ketika subyek diminta untuk menulis menyalin, subyek kesulitan untuk menggerakan pensil untuk melakukan gerakan menulis
huruf dan angka walaupun subyek sudah mengetahui bentuk huruf dan angka. Pada saat subyek diminta untuk menulis huruf “A”, subyek sangat
kesulitan untuk membentuk tulisannya menjadi huruf yang dapat dibaca. Gerakan jari tangan subyek yang kaku dan sulit terkoordinasi
menjadikan hasil dari tulisan huruf tersebut masih sulit untuk dibaca. Sedangkan pada saat menggambar subyek juga kurang mampu untuk
menggerakkan tangannya untuk menggambar benda yang sangat sederhana. Misalnya subyek diminta guru menggambar lingkaran dan segitiga, subyek
selalu membutuhkan bantuan oranglain untuk menggerakan jari-jari tangannya supaya dapat menggambar dengan bentuk lingkaran maupun
segitiga secara baik. Selain itu, pada kegiatan menggunting juga kurang mampu dilakukan subyek karena subyek belum mampu untuk melakukan
gerakan menggunting dan subyek belum mampu untuk menggunting
5
gambar dengan mengikuti garis gambar yang akan digunting. Sehingga terkadang hasil dari guntingan subyek selalu tidak berbentuk gambar dan
hanya acak-acakan saja. Sehingga guru perlu memberikan pembelajaran motorik halus yang dilakukan secara baik dan terencana.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat pembelajaran motorik halus di kelas III SLB Negeri Pembina Yogyakarta kegiatan
pembelajaran motorik halus sering diberikan untuk siswa namun kegiatan pembelajaran kurang terlihat ada perencanaan yang matang sehingga guru
pada pelaksanaan pembelajaran langsung memberikan siswa alat dan bahan yang akan digunakan untuk kegiatan pembelajaran motorik halus. Selain itu,
guru juga belum terlihat jelas ketika melakukan kegiatan persiapan pembelajaran seperti menentukan tujuan, materi, media, dan metode
pembelajaran. Proses pembelajaran pada saat kegiatan evaluasi juga kurang nampak sehingga menyulitkan untuk mengetahui keberhasilan dari tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan pembelajaran motorik halus pada siswa tunagrahita
kategori sedang. Pembelajaran motorik halus pada siswa kelas III di SLB Negeri
Pembina Yogyakarta juga belum ada deskripsi yang mendetail. Dengan mendeskripsikan
pembelajaran tersebut
diharapkan juga
dapat menggambarkan pembelajaran motorik halus pada anak tunagrahita kategori
sedang mulai dari persiapan hingga evaluasi pembelajaran sehingga dapat sebagai referensi untuk pemberian pembelajaran yang tepat.
6
Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan di atas, mengenai pentingnya pembelajaran motorik halus bagi anak tunagrahita kategori
sedang, maka peneliti akan meneliti mengenai pembelajaran motorik halus bagi anak tunagrahita kategori sedang kelas III di SLB Negeri Pembina
Yogyakarta, untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran motorik halus pada anak tunagrahita kategori sedang. Harapannya setelah mendapatkan
hasil penelitian ini, semua pihak akan mampu mengambil jalan terbaik dan mempertimbangkan kembali pembelajaran motorik halus bagi anak
tunagrahita kategori sedang.