Pengertian Pembelajaran Motorik Halus

20 halus Anak Tunagrahita kategori Sedang tentu berbeda dengan anak pada umumnya yang memiliki usia yang sama dengan Anak Tunagrahita kategori Sedang. Kemampuan motorik halus Anak Tunagrahita kategori Sedang sangat lemah dan kaku sehingga menyulitkan anak untuk memasuki kegiatan akademik. Hal tersebut didukung oleh pendapat Mumpuniarti 2007: 25 bahwa “Siswa Tunagrahita kategori Sedang memiliki koordinasi motorik halus ya ng lemah sekali”. Kemampuan motorik halus Anak Tunagrahita kategori Sedang merupakan efek dari hambatan kognisi yang dialaminya. Purwandari, 2005: 100. Pengembangan motorik halus Anak Tunagrahita kategori Sedang dapat dilakukan dengan kegiatan yang dapat dilakukan anak usia dini yaitu meronce, melipat kertas sederhana, menggunting, mengikat tali sepatu, membentuk tanah liat, plasitisin atau lilin, menulis awal, menyusun menara kubus dan belajar membuat garis. Sumantri 2005: 151. Kegiatan yang dilakukan dikelas tersebut adalah kegiatan yang membutuhkan keterampilan gerakan jari tangan dan koordinasi secara terus menerus. Menurut Richard 2013: 20, “Syaraf motorik dapat dilatih melalui kegiatan puzzle, menyusun balok, melipat kertas, membuat garis, menulis dengan huruf dan bentuk tulisan yang benar, serta memasukkan benda ke dalam lumbang sesuai bentuknya”. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka ditegaskan pengertian pembelajaran motorik halus dalam penelitian iniadalah pembelajaran yang dapat melatih kemampuan motorik halus dan koordinasi antara mata dan 21 tangan siswa. Kegiatan pembelajaran motorik halus tersebut dilakukan agar anak dapat mengembangkan keterampilan gerakan jari tangan sehingga diharapkan melalui beberapa kegiatan tersebut siswa mampu melakukan kegiatan akademik maupun kegiatan sehari-hari yang melibatkan keterampilan gerakan jari tangan.

4. Ciri-ciri Kemampuan Motorik Halus

Anak Tunagrahita kategori Sedang merupakan anak yang memiliki kemampuan setara dengan anak usia dini. Menurut Moh. Amin 1995: 39, “Anak Tunagrahita kategori Sedang dapat mencapai kecerdasan yang sama dengan anak umur 7 atau 8 tahun”. Hal tersebut dikarenakan kemampuan motorik juga dipengaruhi oleh intelegensi atau kecerdasan. Sehingga dapat diketahui bahwa kemampuan motorik halus Anak Tunagrahita kategori Sedang di Sekolah Dasar juga hampir sama dengan kemampuan motorik halus anak usia dini. Menurut Celicy 2000: 2, kemampuan motorik halus anak usia prasekolah antara lain: “Pada usia 3-4 tahun anak mampu berpakaian sendiri, menyusun menara 8 kubus, menggunting sederhana dan mulai mampu menggambar bujur sangkar. Pada umur 5-6 tahun anak dapat memukul paku dengan palu, mengikat tali sepatu, menulis huruf alphabet dan menulis nama, menggunakan sendok, garpu, dan pisau, dan membuat sesuatu dari lilin”. Berdasarkan pendapat diatas, kemampuan motorik halus anak usia dini dapat dikatakan sama dengan kemampuan anak tunagrahita sedang sesuai dengan umur mentalnya dan berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka ciri-ciri kemampuan motorik halus Anak Tunagrahita kategori Sedang dalam penelitian ini dapat dilihat dari kemampuan anak melakukan 22 kegiatan yang berhubungan dengan gerakan jari-jari tangan dan koordinasi antara tangan dengan mata secara baik. Selain itu, kemampuan motorik halus Anak Tunagrahita kategori Sedang juga dapat dilihat dari kemampuan motorik anak normal usia dini karena Anak Tunagrahita kategori Sedang dapat mencapai kemampuan dan kecerdasan setara dengan anak normal usia 7 tahun.

3. Perencanaan Pembelajaran Motorik Halus Bagi Anak Tunagrahita

kategori Sedang. Ditinjau dari definisi pembelajaran motorik halus menunjukkan adanya penyesuaian antara proses pembelajaran dengan kondisi siswa autis. Tujuan dilakukan penyesuaian tidak lain agar siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Mumpuniarti,2011:1. Proses pembelajaran mencakup persiapan, pelaksanaan, dan penilaian. Berikut akan ditulis persiapan pembelajaran motorik halus.

a. Pengertian Perencanaan Pembelajaran bagi Siswa Tunagrahita

kategori Sedang. Perencanaan mengajar diperlukan untuk memperkirakan tindakan apa yang akan dilakukan pada waktu melaksanaan pembelajaran. Maka isi perencanaan pengajaran itu ialah menentukan dan mengatur unsur- unsur tujuan, bahan atau isi, metode, alat, dan evaluasi. Nana Sudjana, 2009: 136. Disebutkan oleh Mumpuniarti 2003: 119 bahwa perencanaan pembelajaran memiliki empat komponen yang penting yaitu tujuan, materi. metodestrategi, dan penilaian. 23 Menurut Hunt abdul Masjid, 2008: 94, “Setiap guru harus mengetahui unsur-unsur perencanaan pembelajaran yang baik, antara lain: mengidentifikasi kebutuhan siswa, tujuan yang hendak dicapai, berbagai strategi dan skenario yang relevan untuk mencapai tujuan, dan kriteria evaluasi”. Artinya, aktivitas pertama yang dilakukan guru dalam merencanakan pembelajaran ialah mendiagnosa kebutuhan siswa terkait dengan minat, kebutuhan, dan kemampuan masing-masing siswa. selanjutnya guru menentukan bahan pembelajaran dan menentukan tujuan, dalam artian guru menentukan apa yang diharapkan dari peserta didik agar mampu melakukan sesuatu sesuai dengan urutan pembelajaran. Setelah itumenentukan teknik untuk mengimplementasikan pembelajaran yang lalu bagaimana mengevaluasi hasil belajarnya. Perencanaan pembelajaran motorik halus bagi anak tunagrahita dilakukan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran motorik halus apa yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan motorik halus siswa dengan melakukan assesmen pengumpulan informasi. Dalam perencanaan, assesmen dilakukanuntuk mengetahui apa yang menjadi ketertarikan, kemampuan, dan kebutuhan siswa sehingga dapat diketahui jenis kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan siswa. Berdasarkan paparan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan rencana pembelajaran ialah mengkoordinasikan atau 24 mengatur dan menentukan komponen pembelajaran. Menyusun pembelajaran dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan siswa lalu membuat desain instruksional pembelajaran RPP yang mencakup tujuan yang hendak dicapai, materi, strategi, metode, dan media serta evaluasi. Berarti dalam pembelajaran motorik halus, guru merencanakan pembelajaran dengan cara mengidentifikasi kondisi siswa melalui assesmen kebutuhan, kemampuan, dan ketertarikan lalu membuat desain instruksional RPP yang meliputi perencanaan tujuan, materi, strategi, metode, media, evaluasi serta skenario penyampaian materi atau langkah-langkah pembelajaran disusun secara terprogram dan sistematis. Ditinjau dari pengertian perencanaan pembelajaran yang menyebutkan bahwa perencanaan diawali dengan identifikasi kebutuhan siswa, berarti perencanaan pembelajaran bersifat individual dan berorientasi pada kemampuan dan kebutuhan belajar siswa. berdasarkan hal tersebut perencanaan pembelajaran bagi siswa tunagrahita sedang bersifat individual sesuai kebutuhan pembelajaran masing-masing. Dengan demikian, rencana pembelajaran bagi siswa tunagrahita sedang ialah Pengembangan Pembelajaran Individual PPI. PPI disusun dari hasil assesmen kemampuan awal yang idealnya dilakukan secara tim oleh guru, orang tua, dan tim ahli yang dibutuhkan. Menurut Mumpuniarti 2003: 70 Rancangan program hendaknya dikembangkan melalui pendekatan sistem PPI yaitu dengan

Dokumen yang terkait

KETERAMPILAN MENGANYAM SPON EVA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB SUKAPURA BANDUNG.

3 12 45

KEGIATAN MERONCE MANIK-MANIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB AZ-ZAKIYAH.

8 46 40

AKTIFITAS PENGEMBANGAN MOTORIK HALUS BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG.

0 7 10

PENINGKATAN UPAYA PEMBELAJARAN BINA DIRI MENGGOSOK GIGI MELALUI MEDIA VIDEO ANIMASI PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS IV SDLB DI SLB NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

8 63 222

KEAKTIFAN BELAJAR SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS V B DALAM PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PEMBERIAN REWARD DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 1 263

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III MELALUI BERMAIN PLAYDOUGH/ADONAN DI SEKOLAH LUAR BIASA DAMAYANTI YOGYAKARTA.

1 7 215

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPAKAIAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS IV DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

1 1 252

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENCUCI PAKAIAN PADA SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS VA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 1 275

TINGKAT KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN DI SLB NEGERI PEMBINA GIWANGAN UMBULHARJO YOGYAKARTA.

1 4 102

EFEKTIVITAS PERMAINAN BUBUR KERTAS TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 0 144