Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
97
merupakan bahan yang ringan dan mudah digunakan serta memiliki karakter yang cukup unik, terdiri dari bahan tipis dan rata yang dihasilkan dari
kompresi serat. Bahan yang ringan dan mudah dibentuk tersebut memudahkan subjek untuk melakukan gerakan-gerakan yang menjadi
indikator dalam tes kemampuan motorik halus. Hasil pengamatan terhadap perilaku subjek dalam pelaksanaan
intervensi menunjukkan perasaan senang, selalu tertawa dan tertarik dengan permainan bubur kertas. Perhatian subjek juga baik ketika dilakukannya
intervensi, hanya saja beberapa kali subjek tertarik dengan hal lain pesawat lewat karena dilakukan di luar kelas tetapi subjek memperhatikan kembali.
Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh Sunardi Sunaryo 2007: 134 mengemukakan prinsip penting dalam mengembangkan
kemampuan motorik halus agar mencapai hasil yang maksimal ialah situasinya menyenangkan, sambil bermain, perlunya pemberian kesempatan
untuk belajar dan berlatih. Sama halnya disampaikan oleh Hurlock 1978: 320 bahwa dengan melakukan bermain merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk kesenangan yang ditimbulkannya. Pada fase kontrol A2 dilakukan tes sebanyak 3 kali dan diperoleh
hasil mean level berada pada 88. Dengan hasil pada fase baseline A2 ini maka dapat dibandingkan perkembangan kemampuan motorik halus yang
tampak pada subjek saat baseline A1 dengan baseline A2. Persentase peningkatan mean level yang diperoleh dari fase baseline A1 ke baseline
A2 yaitu 58.00 menjadi 88, hal ini berarti terjadi kenaikan sebesar 30
98
dapat diartikan bahwa mean level yang semakin meningkat menunjukkan kemampuan motorik halus subjek juga semakin meningkat. Pada penelitian
ini juga tidak ditemukannya data overlap atau data tumpang tindih. Data tersebut mengindikasikan bahwa semakin kecil overlap maka akan semakin
baik pengaruh intervensi terhadap target behavior. Peningkatan kemampuan motorik halus terjadi pada hampir semua
aspek motorik halus. Pada aspek menggerakkan jari-jemari subjek telah mampu membuka jari secara satu persatu tanpa bantuan kecuali pada jari
manis, melipat jari-jari tangan satu persatu tanpa bantuan kecuali pada jari manis yang masih memerlukan bantuan. Pada aspek memegang benda semua
aspek dapat dikerjakan oleh subjek, kecuali dalam hal memegang pensil dengan benar. Pada aspek menempel, dari yang awalnya masih belum tepat
dengan batas yang ditentukan sehingga masih memerlukan bantuan, subjek sudah mampu menempel dengan baik gambar yang berukuran sedang, kecil,
dan besar. Berdasarkan hasil analisis data secara keseluruhan maka dapat
disimpulkan bahwa intervensi melalui permainan bubur kertas efektif untuk meningkatkan kemampuan motorik halus siswa tunagrahita kategori sedang
karena adanya gerakan seperti mengambil, memegang, menjimpit, membentuk, dan meremas sehingga jari-jari tangan anak dapat terlatih. Hal
tersebut sesuai dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Devry Pramesti Putri dengan judul “Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui
Tindakan Okupasi Paper Clay Pada Anak Tunagrahita Kategori Sedang Di
99
Sekolah Luar Biasa Dharma Rena Ring Putra I Yogyakarta”. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa setelah diterapkan tindakan okupasi paper clay, subjek mampu berpartisipasi aktif dalam melakukan gerakan motorik
halus secara lebih tepat. Hal itu dikarenakan setiap melakukan gerakan pada tindakan okupasi paper clay harus menggerakkan, menjimpit,
menggunting, dan menempel. Berdasarkan hasil analisis data yang menunjukkan permainan bubur
kertas efektif untuk meningkatkan kemampuan motorik halus siswa tunagrahita kategori sedang kelas III di SLB N Pembina Yogyakarta telah
sesuai dengan kajian teori yang ada dalam penelitian ini. Teori yang menjelaskan bahwa dengan melakukan permainan konstruktif bermanfaat
untuk mengembangkan kemampuan motorik halus Mayke S. Tedjasaputra, 2005: 55. Begitupula yang disampaikan oleh Muhammad Effendi 2006:
105 bahwa permainan dapat mengembangkan kemampuan gerak tangan, dan jari-jemari anak tunagrahita.