Manfaat Penelitian Definisi Operasional

10 lainnya. Dengan demikian diberikan cara yang dapat dilakukan dengan mudah oleh siswa dan memungkinkan siswa belajar menggerakkan jari- jemari secara terampil melalui permainan bubur kertas. 11

BAB II KAJIAN TEORI

A. Anak Tunagrahita Kategori Sedang

1. Pengertian Anak Tunagrahita Kategori Sedang

Anak tunagrahita merupakan anak yang memiliki hambatan intelektual. Salah satu klasifikasi anak tunagrahita adalah tunagrahita kategori sedang. Dalam bukunya Mumpuniarti 2007:13 menjelaskan anak tunagrahita kategori sedang memiliki tingkat kecerdasan yang berkisar antara 30 sampai dengan 50, anak ini mampu mengurus dirinya sendiri, melakukan adaptasi sosial di lingkungan terdekatnya serta mampu mengerjakan pekerjaan rutin dengan pengawasan orang dewasa. Definisi tersebut sama halnya dengan pengertian anak tunagrahita kategori sedang oleh Hallahan, Kauffman, dan Pullen 2009: 149 yang menjelaskan bahwa tunagrahita kategori sedang merupakan klasifikasi tunagrahita yang memiliki IQ berkisar antara 35 sampai dengan 50. Kedua pendapat tersebut sama-sama menjelaskan tingkat kecerdasan yang dimiliki anak tunagrahita kategori sedang berkisar antara 30 sampai dengan 50. Menurut P. Manday dan Milis dalam Moh. Amin, 1995:25 menyebutkan bahwa “Anak Tunagrahita Kategori Sedang dapat mencapai umur kecerdasan yang sama dengan anak normal usia tujuh tahun”. Tingkat IQ yang berada diantara 30 sampai dengan 50, anak tunagrahita kategori sedang dapat mencapai umur kecerdasaan yang sama dengan anak normal usia 7 tahun pada usia dewasa. 12 Menurut Mohammad Efendi 2006: 90 anak tunagrahita kategori sedang adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan yang rendah sehingga hanya dapat dilatih untuk mengurus diri sendiri melalui aktivitas kehidupan sehari-hari, serta melakukan fungsi sosial kemasyarakatan menurut kemampuannya. Taraf kecerdasaan yang berada yang rendah sesuai dengan definisi di atas, anak ini hanya dapat dilatih kemampuan untuk melakukan aktivitas bina diri, adaptasi sosial di lingkungan terdekat dan kemampuan untuk dapat melakukan pekerjaan rutin. Aktivitas bina diri yang dapat dilakukan diantaranya seperti makan, minum, berpakaian, berhias, memakai sepatu, buang air besar dan kecil serta bina diri lainnya yang ada di kehidupan sehari-hari. Adaptasi sosial di lingkungan terdekat juga dapat dilakukan oleh anak tunagrahita kategori sedang misalnya seperti bermain dengan teman, berkomunikasi sederhana dan adaptasi lainnya. Anak tunagrahita kategori sedang dapat pula dilatih keterampilan sederhana seperti membatik, mencuci sepeda motor, menyapu dan beberapa keterampilan lainnya. Soetjiningsih 1995: 196 menjelaskan bahwa siswa tunagrahita kategori sedang dengan taraf intelektual sampai dengan kelas 2 SD dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita kategori sedang dalam penelitian ini adalah anak yang memiliki kecerdasan yang rendah sehingga hanya mampu mencapai umur kecerdasaan yang sama dengan anak normal usia 7 tahun pada usia 13 dewasa. Anak tunagrahita kategori sedang hanya dapat dilatih kemampuan dalam bina diri yang sederhana, adaptasi lingkungan sosial terdekat di sekitar anak, dan dapat dilatih keterampilan sederhana dengan pengawasan orang dewasa.

2. Karakteristik Anak Tunagrahita Kategori Sedang

Anak tunagrahita kategori sedang ialah anak yang memiliki taraf intelektual hanya sampai dengan kelas 2 SD pada usia dewasa dan dapat dilatih kemampuan bina diri serta keterampilan sederhana. Karakteristik anak tunagrahita kategori sedang menurut Mumpuniarti 2007: 25 dari aspek fisik, anak ini menampakkan kecacatannya yang pada kategori ini banyak ditemukan tipe down’s syndrome dan brain damage, serta koordinasi motorik halus lemah sekali. Dari aspek psikis, anak ini setaraf dengan anak usia 7 atau 8 tahun dengan menunjukkan tidak mempunyai inisiatif, kekanak-kanakan sering melamun atau sebaliknya hiperaktif. Karakteristik sosial kurang baik, tidak memiliki rasa etis, terima kasih, belas kasihan dan keadilan. Menurut Moh. Amin 1995: 39 Tunagrahita kategori sedang tidak dapat mempelajari pelajaran yang bersifat akademik, belajar secara membeo, perkembangan bahasa terbatas, selalu bergantungan kepada orang lain, dapat membedakan bahaya dan bukan bahaya, mempunyai potensi untuk belajar memelihara diri dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan, dapat mempelajari beberapa pekerjaan yang mempunyai arti ekonomi, dan pada usia dewasa mereka baru mencapai kecerdasan yang 14 sama dengan umur 7 tahun atau 8 tahun. Karakteristik anak tunagrahita kategori sedang juga disampaikan oleh Muhammad Efendi 2006: 92 bahwa anak tunagrahita memiliki karakteristik berfikir secara kongkrit, kesulitan dalam konsentrasi, memiliki kemampuan sosial yang terbatas, tidak mampu menyimpan isntruksi yang sulit, dan kurang mampu dalam menganalisis dan memilih kejadian yang dihadapi. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakterisik anak tunagrhita kategori sedang dalam penelitian ini adalah anak yang berfikir secara kongkrit, memiliki kemampuan sosial yang terbatas, tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit, memiliki koordinasi motorik halus yang lemah sekali, dapat membedakan bahaya dan tidak bahaya, dan mempunyai potensi untuk belajar memelihara diri.

B. Kemampuan Motorik Halus

1. Pengertian Motorik Halus

Kemampuan motorik merupakan salah satu aspek penting yang perlu dikembangkan bagi individu karena merupakan salah satu aspek pendukung dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Menurut Sumantri 2005: 47 perkembangan motorik sejalan dengan bertambahnya usia seseorang. Semakin bertambahnya usia maka akan semakin lebih baik kemampuan motorik yang dimiliki. Perkembangan motorik merupakan proses bertahap dan berkesinambungan dari yang sederhana, tidak terorganisasi, tidak terampil menjadi kemampuan yang lebih kompleks, terorganisasi dengan baik dan ke arah penyesuaian keterampilan.

Dokumen yang terkait

KEAKTIFAN BELAJAR SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS V B DALAM PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PEMBERIAN REWARD DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 1 263

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III MELALUI BERMAIN PLAYDOUGH/ADONAN DI SEKOLAH LUAR BIASA DAMAYANTI YOGYAKARTA.

1 7 215

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBILANG BAGI ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN MELALUI METODE PERMAINAN SNOWBALL THROWING DI KELAS I SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 SLEMAN.

0 3 350

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPAKAIAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS IV DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

1 1 252

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENCUCI PAKAIAN PADA SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS VA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 1 275

PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR TULISAN LABEL BUNGKUS MAKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA FUNGSIONAL PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS VI SD DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

1 29 225

PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III DI SLB NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 9 186

TINGKAT KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN DI SLB NEGERI PEMBINA GIWANGAN UMBULHARJO YOGYAKARTA.

1 4 102

Efektivitas model pembelajaran “rombel” terhadap kompetensi keterampilan vokasional siswa tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyaka

0 0 6

PENGARUH PERMAINAN EDUKATIF MERONCE TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DALAM MERONCE PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG

0 1 6