Pengertian Anak Tunagrahita Kategori Sedang

14 sama dengan umur 7 tahun atau 8 tahun. Karakteristik anak tunagrahita kategori sedang juga disampaikan oleh Muhammad Efendi 2006: 92 bahwa anak tunagrahita memiliki karakteristik berfikir secara kongkrit, kesulitan dalam konsentrasi, memiliki kemampuan sosial yang terbatas, tidak mampu menyimpan isntruksi yang sulit, dan kurang mampu dalam menganalisis dan memilih kejadian yang dihadapi. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakterisik anak tunagrhita kategori sedang dalam penelitian ini adalah anak yang berfikir secara kongkrit, memiliki kemampuan sosial yang terbatas, tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit, memiliki koordinasi motorik halus yang lemah sekali, dapat membedakan bahaya dan tidak bahaya, dan mempunyai potensi untuk belajar memelihara diri.

B. Kemampuan Motorik Halus

1. Pengertian Motorik Halus

Kemampuan motorik merupakan salah satu aspek penting yang perlu dikembangkan bagi individu karena merupakan salah satu aspek pendukung dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Menurut Sumantri 2005: 47 perkembangan motorik sejalan dengan bertambahnya usia seseorang. Semakin bertambahnya usia maka akan semakin lebih baik kemampuan motorik yang dimiliki. Perkembangan motorik merupakan proses bertahap dan berkesinambungan dari yang sederhana, tidak terorganisasi, tidak terampil menjadi kemampuan yang lebih kompleks, terorganisasi dengan baik dan ke arah penyesuaian keterampilan. 15 Menurut Hurlock 1978: 150 Sebelum perkembangan terjadi, anak tidak berdaya dan kondisi tidak berdaya tersebut akan berubah secara cepat. Perubahan tersebut, diawali pada usia 4 atau 5 tahun pertama, yang ditunjukkan dengan anak dapat mengendalikan gerakan yang kasar dan setelah usia 5 tahun terjadi perkembangan yang besar pada pengendalian koordinasi yang lebih baik yang melibatkan otot-otot yang lebih kecil. Lebih jelasnya dijelaskan oleh Sunardi dan Sunaryo 2007: 113 yang menyatakan bahwa “Perkembangan motorik umumnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perkembangan motorik kasar dan motorik halus”. Motorik kasar merupakan kemampuan gerak tubuh yang menggunakan oto-otot besar seperti pada kegiatan duduk, menendang, lari, naik turun tangga dan sebagainya Sunardi Sunaryo, 2007: 114. Pada masalah kali ini, akan lebih ditekankan pada perkembangan kemampuan motorik halus. Menurut Andang Ismail 2006: 84 menjelaskan motorik halus sebagai berikut: Motorik halus adalah gerakan yanga dilakukan oleh bagian tubuh tertentu yang tidak membutuhkan tenaga besar atau otot besar tetapi hanya melibatkan sebagian anggota tubuh yang dikoordinasikan antara mata dan tangan atau kaki. Menurut Yudha M. Saputra Rudyanto 2005:118 menjelaskan “motorik halus merupakan keterampilan anak menggunakan otot-otot halus kecil seperti meremas, menggenggaam, menggambar, menyusun balok dan memasukkan kelereng”. Motorik halus juga didefinisikan sebagai ketangkasan atau keterampilan tangan, jari-jari serta pergelangan 16 tangan serta penguasaan terhadap otot-otot dan urat wajah Kartini Kartono, 1988: 97. Definis mengenai motorik halus juga disampaikan oleh Rahyubi 2012: 222 motorik halus didefinisikan sebagai keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengkoordinasikan atau mengatur otot- otot kecil. Koordinasi otot-otot kecil tersebut oleh Mahendra dalam Sumantri, 2005: 143 ditujukan untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil. Keterampilan yang dimaksud merupakan keterampilan yang memerlukan koordinasi mata dan tangan Magil dalam Sumantri, 2005: 143. Contoh dari keterampilan yang memerlukan koordinasi mata dan tangan adalah menulis, mewarnai, bermain piano, makan, minum, dan kegiatan lainnya. Menurut Sumantri 2005: 143 Keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan. Menurut Santrock 2007: 216 keterampilan motorik halus anak merupakan keterampilan yang melibatkan gerakan yang lebih diatur dengan seperti keterampilan tangan. Dalam bukunya Ellah Siti Chalidah 2005: 62 menjelaskan materi asesmen untuk anak tunagrahita pada aspek motorik halus mencakup memegang benda, menggenggam benda, mengambil benda, mengambil diantara ibu jari dan telunjuk, dan finger painting menggambar.

Dokumen yang terkait

KEAKTIFAN BELAJAR SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS V B DALAM PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PEMBERIAN REWARD DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 1 263

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III MELALUI BERMAIN PLAYDOUGH/ADONAN DI SEKOLAH LUAR BIASA DAMAYANTI YOGYAKARTA.

1 7 215

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBILANG BAGI ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN MELALUI METODE PERMAINAN SNOWBALL THROWING DI KELAS I SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 SLEMAN.

0 3 350

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPAKAIAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS IV DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

1 1 252

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENCUCI PAKAIAN PADA SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS VA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 1 275

PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR TULISAN LABEL BUNGKUS MAKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA FUNGSIONAL PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS VI SD DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

1 29 225

PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III DI SLB NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 9 186

TINGKAT KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN DI SLB NEGERI PEMBINA GIWANGAN UMBULHARJO YOGYAKARTA.

1 4 102

Efektivitas model pembelajaran “rombel” terhadap kompetensi keterampilan vokasional siswa tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyaka

0 0 6

PENGARUH PERMAINAN EDUKATIF MERONCE TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DALAM MERONCE PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG

0 1 6