17
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa motorik halus dalam penelitian ini adalah keterampilan
menggunakan otot-otot halus seperti gerak jari-jemari tangan yang membutuhkan koordinasi, ketepatan, keluwesan untuk mencapai
keterampilan yang berhasil seperti memegang benda, mengambil, mengambil dengan ibu jari dan telunjuk, dan keterampilan lainnya.
2. Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus anak pada masa bayi sampai dengan usia kanak-kanak awal menurut Piaget Roopnaire Johnson dalam
Sunardi dan Sunaryo, 2007: 117 ialah sebagai berikut: a.
Usia 0-2 tahun Ditandai dengan munculnya keterampilan dasar berupa memegang
benda, meraih dan memindahkan benda kesegala arah dengan satu tangan.
b. Usia 2-3 tahun
Mengalami perkembangan pesat dalam kemampuan motorik kasar juga mengalami penguasaan dalam kemampuan motorik halus
seperti memungut benda-benda kecil, dapat memegang pensil dan mencoret-coret, dapat memasukkan benda ke lubang-lubang kecil,
membuat garis secara spontan, membuka baju sendiri, mampu membuat garis horizontal dan vertikal, membuat lingkaran tanpa
melihat contoh, menggunting, membuka kancing dan sebagainya.
18
c. Usia 4-5 tahun
Perkembangan motorik halus menjadi semakin sempurna yang ditunjukkan dengan kemampuan menggambar orang, menggunting
dengan lurus, memasang kancing, mewarnai dengan rapi, mampu menulis angka dan huruf, mewarnai dengan tertib, memasang tali
sepatu, dan memasukkan benda kelubang kecil. Menurut Rita Eka Izzaty, dkk 2008: 87 anak usia kanak-kanak
awal telah mampu untuk mencapai tugas-tugas sebagai berikut:
a. Usia 1,5 dan 3,5 tahun merupakan kemajuan terbesar dalam
berpakaian. b.
Pada usia Taman Kanak-Kanak sudah harus dapat mandi dan berpakaian sendiri, mengikat tali sepatu, dan menyisir rambut
dengan sedikit bantuan atau tanpa bantuan sama sekali. c.
Usia 5 dan 6 tahun sebagian besar sudah dapat melempar dan menangkap bola.
d. Dapat menggunakan gunting, membentuk tanah liat, bermaian kue-
kue dan menjahit, mewarnai, menggambar dengan pensil atau karyon, dan dapat menggambar orang.
Perkembangan motorik halus banyak dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Fallen dan Umansky dalam Sunaryo dan Sunardi, 2007:
114 menjelaskan faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik ialah struktur fisik dan kematangan, heriditas, lingkungan, kebudayaan,
19
kesempatan belajar dan berlatih, jenis kelamin, sikap anak dan sikap orang lain, dan kebugaran jasmani.
Anak tunagrahita kategori sedang dalam penelitian ini memiliki hambatan dalam perkembangan kemampuan motorik halus. Hambatan
tersebut diakibatkan dengan adanya hambatan kognisi yang dimiliki. Kurangnya motivasi anak dalam berlatih pengembangan motorik halus
juga menjadi salah satu faktor penghambat kemampuan motorik halus. Anak tunagrahita kategori sedang dalam penelitian ini memiliki
kelemahan dalam kemampuan motorik halus yang ditunjukkan dengan gerak jari-jemari terlihat lemas dan belum luwes. Hal tersebut
ditunjukkan belum mampunya dalam memegang pensil dengan benar, membuka baju sendiri, menggunting dengan lurus, membuka kancing,
mewarnai dengan rapi, dan merekatkan perekat sepatu.
3. Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Kategori Sedang
Anak tunagrahita
kategori sedang,
memiliki perbedaan
kemampuan motorik halus dengan anak pada tipe tunagrahita lainnya. Semakin lemah tingkat ketunaan maka semakin lemah pula kemampuan
motorik halusnya, seperti yang disampikan oleh Rochyadi 2005: 117 bahwa kesulitan dalam melakukan kegiatan bina diri serta kegiatan yang
menggunakan motorik halus lebih nampak terutama pada mereka yang derajat ketunagrahitaanya tergolong sedang.
Pendapat tersebut diperjelas pula oleh Mumpuniarti 2009: 25 bahwa siswa tunagrahita kategori sedang memiliki koordinasi motorik
20
halus yang lemah sekali. Hal yang sama menurut Astati 1995: 25 juga menyatakan bahwa anak mampu latih memiliki perbedaan dalam
koordinasi motorik yang tidak baik dan kurang keseimbangan. Menurut Sunardi dan Sunaryo 2007: 122 kecakapan motorik yang rendah pada
anak tunagrahita ditunjukkan dengan kekurangmampuan dalam aktivitas motorik untuk tugas-tugas yang memerlukan ketepatan gerakan, belajar
keterampilan manual, serta dalam melakukan reaksi gerak yang memerlukan koordinasi motorik dan keterampilan yang lebih kompleks.
Berdasarkan pendapat di atas mengenai kelemahan motorik halus yang dialami anak tunagrahita dapat dijelaskan anak tunagrahita kategori
sedang dalam penelitian ini memiliki ketepatan gerak yang kurang baik yang ditunjukkan dengan ketidakmampuan secara tepat dalam memegang
pensil. Kelemahan dalam mengkoordinasikan antara tangan dengan mata seperti yang ditunjukkan dengan belum mampu untuk merekatkan
perekat sepatu secara tepat. Anak belum mampu memfungsikan motorik halusnya untuk melakukan gerakan yang lebih kompleks seperti menulis,
menggambar, merekatkan perekat sepatu, mengancingkan baju dan beberapa keterampilan kompleks lainnya.
Menurut Sutjihati Somantri 1996: 88 menjelaskan bahwa sebelum melakukan gerakan-gerakan yang lebih kompleks, terlebih
dahulu harus dapat melakukan gerakan-gerakan basis seperti gerak pada jari-jemari. Hal tersebut diperjelas oleh Sunardi dan Sunaryo 2007: 143
yang menjelaskan bahwa keterampilan motorik halus erat kaitannya