DPRD Kabupaten Daerah Kabupaten 1. Pemerintahan Daerah Kabupaten

308 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 309 Lembaga Lembaga Daerah Seperti halnya pengaturan mengenai hubungan anta- ra gubernur dan DPRD untuk daerah proinsi, dalam UU No. 32 Tahun 2004, hubungan antara bupati dan DPRD kabupaten juga diatur dengan pola yang sama. Karena itu, tidak banyak yang perlu diuraikan disini mengenai hal itu. Namun, seperti sudah diuraikan di atas, sebenarnya, daerah kabupaten itu memang berbeda dari daerah kota. Karena itu, sudah seharusnya DPRD kabupaten mengorganisasikan diri ataupun diorganisasikan secara berbeda dari DPRD kota. Kalaupun struktur dan mekanisme yang diatur di dalamnya sama, setidaknya DPRD dapat menjalankan tugas-tugas- nya secara berbeda dari satu daerah ke daerah yang lain, disesuaikan dengan kebutuhan setempat, dan juga berbeda dari apa yang dilakukan di daerah perkotaan. Misalnya anggota DPRD kabupaten sudah seharusnya diberi kesempatan untuk lebih sering mengadakan acara pertemuan dengan masyarakat di kecamatan-kecamatan dan bahkan di desa-desa. Karena itu, kegiatan para ang- gota DPRD kabupaten haruslah berbeda dari apa yang dilakukan oleh para anggota DPRD Kota. Misalnya, dalam perilaku masyarakat pedesaan, hubungan pribadi dan pendekatan kekeluargaan jauh lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan formal dan kedinasan, sehingga para wakil rakyatpun seyogyanya menyesuaikan diri dengan kultur setempat. Namun demikian, secara umum, apa yang berlaku bagi DPRD proinsi, berlaku pula bagi DPRD Kabupaten. Misalnya, alat kelengkapan DPRD, diatur dalam Pasal 46 ayat 1, yaitu terdiri atas: 27 a. pimpinan; b. Komisi; c. panitia musyawarah; d. panitia anggaran; 33 Pasal 50 ayat 6. 34 Pasal 50 ayat 7. Pemerintah. 26

3. DPRD Kabupaten

Dalam Pasal 18 ayat 1 UUD 1945 dinyatakan, “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah­ daerah provinsi, dan daerah provinsi itu dibagi atas kabu­ paten dan kota, yang tiap­tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang­undang”. Pemerintahan daerah proinsi mempunyai gubernur dan DPRD proinsi, pemerintahan daerah kabupaten mempunyai bupati dan DPRD kabupa- ten, dan pemerintahan daerah kota mempunyai walikota dan DPRD kota. Dalam Pasal 18 ayat 1 UUD 1945 dinyatakan, “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah­ daerah provinsi, dan daerah provinsi itu dibagi atas kabu­ paten dan kota, yang tiap­tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang­undang”. Pemerintahan daerah proinsi mempunyai gubernur dan DPRD proinsi, pemerintahan daerah kabupaten mempunyai bupati dan DPRD kabupa- ten, dan pemerintahan daerah kota mempunyai walikota dan DPRD kota. Secara lebih khusus, Pasal 18 ayat 3 UUD 1945 juga menyebutkan, “Pemerintahan daerah provinsi, daerah ka­ bupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Dae­ rah yang anggota­anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.” Artinya, di setiap pemerintahan daerah kabupaten terdapat dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten yang bersama-sama dengan bupati merupakan satu kesatuan pengertian pemerintahan daerah kabupaten. 29 Pasal 50 ayat 2. 30 Pasal 50 ayat 3. 31 Pasal 50 ayat 4. 32 Pasal 50 ayat 5. 310 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 311 Lembaga Lembaga Daerah veriikasi, dan klariikasi sebagaimana dimaksud pada huruf c sebagai rekomendasi untuk ditindaklanjuti oleh DPRD. DPRD wajib menyusun kode etik untuk menjaga mar- tabat dan kehormatan anggota DPRD dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. 28 Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sekurang-kurangnya meliputi: a. pengertian kode etik; b. tujuan kode etik; c. pengaturan sikap, tata kerja, dan tata hubungan antar- penyelenggara pemerintahan daerah dan antaranggota serta antara anggota DPRD dan pihak lain; d. hal yang baik dan sepantasnya dilakukan oleh anggota DPRD; e. etika dalam penyampaian pendapat, tanggapan, jawab- an, sanggahan; dan f. sanksi dan rehabilitasi. Pasal 50 ayat 1 menentukan bahwa setiap anggota DPRD wajib berhimpun dalam fraksi. Jumlah anggota seti- ap fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sekurang-ku- rangnya sama dengan jumlah komisi di DPRD. 29 Anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dari satu partai politik yang tidak memenuhi syarat untuk membentuk satu fraksi, wajib bergabung dengan fraksi yang ada atau mem- bentuk fraksi gabungan. 30 Fraksi yang ada wajib menerima anggota DPRD dari partai politik lain yang tidak memenuhi syarat untuk dapat membentuk satu fraksi. 31 Dalam hal frak- si gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 setelah dibentuk, kemudian tidak lagi memenuhi syarat sebagai fraksi gabungan, seluruh anggota fraksi gabungan tersebut wajib bergabung dengan fraksi danatau fraksi gabungan lain yang memenuhi syarat. 32 Parpol yang memenuhi per- syaratan untuk membentuk fraksi hanya dapat membentuk satu fraksi. 33 Fraksi gabungan dapat dibentuk oleh partai politik dengan syarat sebagaimana dimaksud pada ayat 2 e. badan kehormatan; dan f. alat kelengkapan lain yang diperlukan. Menurut ketentuan Pasal 47, Badan Kehormatan DPRD dibentuk dan ditetapkan dengan keputusan DPRD. Anggota Badan Kehormatan DPRD tersebut dipilih dari dan oleh anggota DPRD dengan ketentuan: a. untuk DPRD kabupatenkota yang beranggotakan sam- pai dengan 34 berjumlah tiga orang, dan untuk DPRD yang beranggotakan 35 sampai dengan 45 berjumlah lima orang. b. untuk DPRD proinsi yang beranggotakan sampai den- gan 74 berjumlah lima orang, dan untuk DPRD yang beranggotakan 75 sampai dengan 100 berjumlah tujuh orang. Pimpinannya terdiri atas seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan Kehor- matan. Dalam menjalankan tugasnya, Badan Kehormatan dibantu oleh sebuah sekretariat yang secara fungsional di- laksanakan oleh Sekretariat DPRD. Adapun tugas Badan Ke- hormatan itu, seperti ditentukan dalam Pasal 48 adalah: a. mengamati, mengealuasi disiplin, etika, dan moral pa- ra anggota DPRD dalam rangka menjaga martabat dan kehormatan sesuai dengan Kode Etik DPRD; b. meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan anggota DPRD terhadap Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik DPRD serta sumpahjanji; c. melakukan penyelidikan, veriikasi, dan klariikasi atas pengaduan pimpinan DPRD, masyarakat danatau pe- milih; d. menyampaikan kesimpulan atas hasil penyelidikan, 35 Pasal 52 ayat 1. 36 Pasal 52 ayat 2. 37 Pasal 52 ayat 3. 38 Pasal 25 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Lem- baran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4437. 312 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 313 Lembaga Lembaga Daerah 43 Pasal 43 ayat 4. 44 Pasal 43 ayat 5. 45 Pasal 43 ayat 6. 46 Pasal 43 ayat 7. 47 Pasal 43 ayat 8. 48 Pasal 44 ayat 2. diancam dengan pidana mati, atau tindak pidana kejahatan terhadap keamanan negara. Setelah tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat 4 dilakukan, tindakan penyidikan ha- rus dilaporkan kepada pejabat yang memberikan ijin paling lambat 2 x 24 jam.

B. Daerah Kota 1. Pemerintahan Daerah Kota