Dewan Perwakilan Daerah DPD
138 Perkembangan dan Konsolidasi
Lembaga Negara Pasca Reformasi
139 Lembaga
Tinggi Negara
rumusan yang sekarang yang tidak dapat disebut menganut sistem bikameral sama sekali. Dalam ketentuan UUD 1945
dewasa ini, jelas terlihat bahwa DPD tidaklah mempun- yai kewenangan membentuk undang-undang. Namun, di
bidang pengawasan, meskipun terbatas hanya berkenaan dengan kepentingan daerah dan hal-hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan undang-undang tertentu, DPD dapat dikatakan mempunyai kewenangan penuh untuk melakukan
fungsi pengawasan terhadap kinerja pemerintahan. Oleh karena itu, kedudukannya hanya bersifat penunjang atau
auxiliary terhadap fungsi DPR di bidang legislasi, sehingga DPD paling jauh hanya dapat disebut sebagai colegislator,
dari pada legislator yang sepenuhnya. Oleh karena itu, DPD dapat lebih berkonsentrasi di bidang pengawasan, sehingga
keberadaannya dapat dirasakan efektiitasnya oleh masyara- kat di daerah-daerah.
Menurut ketentuan Pasal 22D UUD 1945, Dewan Per- wakilan Daerah DPD mempunyai beberapa kewenangan
sebagai berikut: 1 DPD dapat mengajukan kepada DPR rancangan un-
dang-undang yang berkaitan dengan: · otonomi daerah;
· hubungan pusat dan daerah; · pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah; · pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya
ekonomi lainnya; serta · yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pu-
sat dan daerah. 2 Dewan Perwakilan Daerah DPD:
a. ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
· otonomi daerah; · hubungan pusat dan daerah;
· pembentukan, pemekaran, dan penggabungan hak menyatakan pendapat.
3 Selain hak yang diatur dalam pasalpasal lain Un dangUndang Dasar ini, setiap angota DPR mempu
nyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta hak imunitas.
4 Ketentuan lebih lanjut tentang DPR dan hak anggota DPR diatur dalam undangundang.
Selain ketentuan tersebut, dalam Pasal 21 UUD 1945 juga dinyatakan bahwa “Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat berhak mengajukan usul rancangan undangun dang.” Anggota DPR itu sendiri, menurut ketentuan Pasal
19 ayat 1 dipilih melalui pemilihan umum. Dalam ayat 2-nya ditentukan bahwa susunan DPR itu diatur dengan
undang-undang. Selanjutnya dalam Pasal 22B diatur pula bahwa “Anggota DPR dapat diberhentikan dari jabatan
nya, yang syaratsyarat dan tata caranya diatur dalam undangundang.”