Tiga Menteri “Triumvirat” Menteri dan Kementerian Negara 1. Menteri sebagai Pimpinan Pemerintahan

178 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 179 Lembaga Konstitusional Lainnya Negara, atau juga dapat diatur dalam UU yang tersendiri tentang Kementerian Negara. Yang jelas, dengan adanya ketentuan Pasal 17 ayat 4 UUD 1945 tersebut di atas, maka terdapatlah keharus- an bahwa i proses pembentukan, perubahan, danatau pembubaran kementerian negara hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat dan tata cara yang diatur berdasar- kan UU, dan bahwa ii ketentuan-ketentuan yang diperlu- kan mengenai pembentukan, perubahan, dan pembubaran kementerian negara menurut Pasal 17 UUD 1945 itu, harus diatur dalam undang-undang, meskipun undang-undang yang bersangkutan tidak bersifat khusus hanya mengatur kementerian negara saja.

3. Tiga Menteri “Triumvirat”

Selain menteri dan kementerian negara pada umum- nya sebagaimana sudah diuraikan di atas, perlu dicatat pu- la adanya tiga jabatan menteri yang biasa disebut dengan menteri triumvirat. Ketiga jabatan menteri triumvirat itu adalah menteri luar negeri menlu, menteri dalam negeri mendagri, dan menteri pertahanan menhan sebagai- mana diatur dalam Pasal 8 ayat 3 UUD 1945. Menurut ketentuan Pasal 8 ayat 3 ini, apabila terdapat kekosongan dalam jabatan presiden dan wakil presiden secara bersama- an, maka tugas kepresidenan dipegang untuk sementara waktu oleh tiga menteri secara bersama-sama, yaitu menteri luar negeri, menteri dalam negeri, dan menteri pertahanan sampai terpilihnya presiden dan wakil presiden deinitif oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat menurut UUD 1945. Bunyi lengkap Pasal 8 ayat 3 itu adalah, “Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat,, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melaku­ kan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan , pelaksana tugas kepresiden­ ayat 4 sebagai tambahan terhadap perubahan pasal ini pada tahun 2001 Perubahan Ketiga yang sebelumnya sebenarnya sudah diselesaikan pada tahun 1999 Perubah- an Pertama, dipicu pula oleh kondisi politik masa peme- rintahan Presiden Abdurrahman Wahid yang penuh kon- troersi. Setelah ditetapkan sebagai Presiden, Abdurrah- man Wahid banyak membuat keputusan-keputusan yang kontroersial, membubarkan departemen penerangan, dan departemen sosial, serta membentuk dan mengubah organisasi-organisasi kementerian serta lembaga-lembaga non departemen lainnya tanpa didasarkan atas perencanaan dan persiapan matang. Akibatnya, timbul banyak kesulitan mengenai bekas pegawai ataupun hal-hal lain berkait dengan pembubaran dan perubahan organisasi-organisasi departe- men dan non departemen yang bersangkutan. Karena pengalaman buruk itulah, maka, dalam rangka Perubahan Ketiga UUD 1945, pada tahun 2001, ketentuan ayat 4 Pasal 17 ini ditambahkan untuk melengkapi rumu- san yang semula disempurnakan pada Perubahan Pertama UUD 1945 pada tahun 1999. Dengan adanya ketentuan baru ayat 4 itu, semua kegiatan untuk membentuk, mengubah, danatau membubarkan sesuatu organisasi kementerian negara, haruslah dilakukan menurut syarat-syarat dan tata cara yang diatur dalam undang-undang. Perkataan yang dipakai dalam Pasal 17 ayat 4 itu adalah “... diatur dalam undang­undang”, bukan “... diatur dengan undang­undang”. 6 Kata “dengan undang­undang” menunjuk pada pengertian harus dengan undang-undang yang khusus. Sedangkan perkataan “dalam undang-undang” menunjuk pada pengertian bahwa ketentuan mengenai pembentukan, perubahan dan pembubaran itu dapat diatur dalam undang-undang yang terkait. Misalnya, hal itu dapat saja diatur dalam UU tentang Organisasi Pemerintahan Pusat, atau dalam UU tentang Administrasi Pemerintahan 7 Lihat Pasal 24C ayat 1 UUD 1945 dan Pasal 30 UU No. 24 Tahun 2003 tentang 180 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 181 Lembaga Konstitusional Lainnya dalam negeri, dan menteri pertahanan tersebut. Persoalan dapat terjadi, baik di antara sesama menteri triumvirat ataupun antara mereka bertiga sebagai satu kesatuan dengan subjek kelembagaan negara yang lain. Bahkan secara teoritis di atas kertas, dapat saja timbul perselisihan antara mereka bertiga, misalnya, dengan menteri koordinator bidang poli- tik dan keamanan yang dalam keadaan biasa merupakan pejabat yang lebih senior dalam memegang fungsi koordi- nasi atas ketiga menteri triumvirat tersebut. Dapat pula terjadinya, misalnya, ada partai politik atau gabungan partai politik yang berusaha menjadikan salah satu dari ketiga menteri triumvirat sebagai calon presiden atau calon wakil presiden. Dalam keadaan demikian, maka dalam tenggang waktu 30 hari sesuai ketentuan Pasal 8 ayat 3 timbul persaingan di antara mereka yang menyebabkan perselisihan. Jika perselisihan atau sengketa di antara mer- eka itu berkaitan dengan pelaksanaan kewenangan menurut UUD 1945, maka persengketaan itu hanya dapat diselesaikan secara hukum oleh Mahkamah Konstitusi. 7

B. Dewan Pertimbangan Presiden