Mahkamah Agung PERKEMBANGAN DAN KONSOLIDASI

156 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 157 Lembaga Tinggi Negara 2 Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mah- kamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, ling- kungan peradilan agama, lingkungan peradilan mili- ter, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Dalam Pasal 24A ayat 1 UUD 1945, ditentukan bahwa “Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang­undangan di bawah undang­undang terhadap undang­undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang­undang.” Dengan perkataan lain, oleh UUD 1945, Mahkamah Agung secara tegas hanya diamanati dengan dua kewenangan konstitusional, yaitu i mengadili pada tingkat kasasi, dan ii menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang. Sedang- kan kewenangan lainnya merupakan kewenangan tambahan yang secara konstitusional didelegasikan kepada pembentuk undang-undang untuk menentukannya sendiri. Artinya, kewenangan tambahan ini tidak termasuk kewenangan kon- stitusional yang diberikan oleh UUD, melainkan diadakan atau ditiadakan hanya oleh undang-undang. Selanjutnya, dalam Pasal 24A ayat 2, 3, 4, dan ayat 5 ditentukan, 2 Hakim agung harus memiliki integritas dan kepri­ badian yang tidak tercela, adil, profesional, dan ber­ 20 Jimly Asshiddiqie, Sengketa Kewenangan Antarlembaga Negara, Konpress, Jakarta, 2005. 21 Jimly Asshiddiqie, Model­Model Pengujian Konstitusional di Berbagai Negara, Konpress, Jakarta, 2005. 22 Lihat Jimly Asshiddiqie, Hukum Acara Pengujian Undang­Undang, Sekre- tariat Jenderal MKRI, Jakarta, 2005. Konstitusi diatur dengan undang­undang” [Pasal 24C ayat 6]. Jika dibandingkan dengan sesama lembaga tinggi ne- gara lainnya, Mahkamah Konstitusi ini mempunyai posisi yang unik. MPR yang menetapkan UUD, sedangkan MK yang mengawalnya. DPR yang membentuk UU, tetapi MK yang membatalkannya jika terbukti bertentangan dengan UUD. MA mengadili semua perkara pelanggaran hukum di bawah UUD, sedangkan MK mengadili perkara pelanggaran UUD. Jika DPR ingin mengajukan tuntutan pemberhentian terhadap presiden danatau wakil presiden dalam masa jabatannya, maka sebelum diajukan ke MPR untuk diambil putusan, tuntutan tersebut diajukan dulu ke MK untuk pem- buktiannya secara hukum. Semua lembaga negara tersebut saling berselisih pendapat atau bersengketa dalam melak- sanakan kewenangan konstitusionalnya satu sama lain, maka yang memutus inal dan mengikat atas persengketaan itu adalah Mahkamah Konstitusi. 20

G. Mahkamah Agung

Ketentuan mengenai Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial diatur dalam Bab IX UUD 1945 tentang Kekuasaan Kehakiman. Ketentuan umum diatur dalam Pasal 24, dilanjutkan ketentuan mengenai Mahkamah Agung dalam Pasal 24A yang terdiri atas lima ayat. Mahkamah Agung adalah puncak dari kekuasaan kehakiman dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan tata usaha negara, dan peradilan militer. Mahkamah ini pada pokoknya merupakan pengawal un- dang-undang the guardian of Indonesian law. Menurut Pasal 24 ayat 1 dan 2 UUD 1945, 1 Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan; 158 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 159 Lembaga Tinggi Negara sa Keuangan ini adalah Raad van Rekenkamer. Keberadaan- nya sangat penting dalam rangka kepanjangan tangan fungsi pengawasan terhadap kinerja Gubernur jenderal di bidang keuangan. Karena itu, ketika Indonesia merdeka lembaga serupa juga diadakan dalam rangka penyusunan Undang- Undang Dasar 1945. Keberadaan lembaga ini dalam struktur kelembagaan negara Indonesia merdeka bersifat auxiliary terhadap fungsi Dewan Perwakilan Rakyat di bidang pen- gawasan terhadap kinerja pemerintahan. Justru karena fungsi pengawasan oleh DPR itu bersi- fat politis, memang diperlukan lembaga khusus yang dapat melakukan pemeriksaan keuangan inancial audit secara lebih teknis. Lembaga seperti ini juga adalah di negeri Be- landa sendiri dengan nama Raad van Rekenkamer juga. Di Perancis, lembaga yang mirip dengan ini adalah Cour des Comptes. Hanya bedanya, di dalam sistem Perancis ini, lembaga ini disebut cour atau pengadilan, karena memang berfungsi juga sebagai forum yudisial bagi pemeriksaan mengenai penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam tanggungjawab pengelolaan keuangan negara. Untuk memahami konsepsi badan pemeriksa keuang- an itu secara tepat, kita perlu memahami ide-ide asli yang semula dirumuskan UUD 1945 ketika disahkan pada tang- gal 18 Agustus 1945. Dalam rangka pemeriksaan keuangan negara, pertama, kita perlu mengerti dengan tepat, apa yang dimaksud dengan pemeriksaan, dan kedua apa pula yang dimaksud dengan keuangan negara. Pemeriksaan adalah ter- jemahan dari perkataan auditing yang memang lazim dalam sistem administrasi dan manajemen keuangan modern. Di zaman modern, tidak ada pengelolaan keuangan yang dapat dibebaskan dari keharusan auditing sebagai jaminan bahwa pengelolaan keuangan itu memang sesuai dengan norma- norma aturan yang berlaku rule of the games. Keharusan auditing ini tidak hanya berlaku di dunia keuangan publik tetapi juga di lingkungan dunia usaha dan bahkan di lapan- pengalaman di bidang hukum; 3 Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden; 4 Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung; 5 Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung serta badan peradilan di bawah­ nya diatur dengan undang­undang. Mengenai upaya pengujian peraturan perundang- undangan di bawah undang-undang terhadap undang-un- dang, dapat dikatakan merupakan upaya pengujian legalitas legal review. Pengujian yang dilakukan oleh Mahkamah Agung ini jelas berbeda dari pengujian konstitusional constitutional review 21 yang dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi. Pertama, obyek yang diuji hanya terbatas pada peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang judicial review of regulation. Sedangkan pengujian atas konstitutionalitas undang-undang judicial review of law dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi. Kedua, yang dijadikan batu penguji oleh Mahkamah Agung adalah undang-undang, bukan UUD. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pengujian norma hukum yang dilakukan oleh Mahkamah Agung adalah pengujian legalitas peraturan judicial review on the legality of regulation, sedangkan pengujian oleh Mahkamah Konstitusi merupa- kan pengujian konstitusionalitas undang-undang judicial review on the constitutionality of law. Yang terakhir ini biasa disebut juga dengan istilah pengujian konstitusional atas undang-undang constitutional review of law. 22

H. Badan Pemeriksa Keuangan