124 Perkembangan dan Konsolidasi
Lembaga Negara Pasca Reformasi
125 Lembaga
Tinggi Negara
15. 12 Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan
yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbang an kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam
UU. Pasal 16.
Sedangkan Bab V Pasal 17 berisi empat ayat tentang kementerian negara sebagai berikut:
1 Presiden dibantu oleh menterimenteri negara. 2 Menterimenteri itu diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden. 3 Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan. 4 Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kemen
terian negara diatur dalam undangundang.
1. Presiden
Sebagaimana ditentukan dalam Pasal 4 ayat 1 Un- dang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintah menurut UndangUndang Dasar”. Presiden
yang memegang kekuasaan pemerintahan dalam pasal ini menunjuk kepada pengertian presiden menurut sistem
pemerintahan presidensial
9
. Dalam sistem pemerintahan presidensial, tidak terdapat pembedaan atau setidak tidak
perlu diadakan pembedaan antara presiden selaku keduduk- an kepala negara dan presiden selaku kepala pemerintahan.
Presiden adalah presiden, yaitu jabatan yang memegang kekuasaan pemerintahan negara menurut undang-undang
dasar. Dalam UUD 1945 juga tidak terdapat ketentuan yang mengatur tentang adanya kedudukan kepala negara head
of state ataupun kedudukan kepala pemerintahan head of government atau Chief Executive.
Akan tetapi, dalam Penjelasan UUD 1945 yang dibuat 12, 13, 14, 15, dan Pasal 16 secara berturut-turut mengatur
kewenangan-kewenangan presiden dalam berbagai bidang sebagai berikut:
1 Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas
Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Uda ra Pasal 10.
2 Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan pe rang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan
negara lain [Pasal 11 ayat 1]. 3 Presiden dalam membuat perjanjian internasional
lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan
beban keuangan negara, danatau mengharuskan perubahan atau pembentukan undangundang harus
dengan persetujuan DPR. [Pasal 11 ayat 2].
4 Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian interna sional diatur dengan undangundang. [Pasal 11 ayat
3]. 5 Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syaratsyarat
dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan undangundang. Pasal 12.
6 Presiden mengangkat duta dan konsul. [Pasal 13 ayat 1].
7 Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhati kan pertimbangan DPR. [Pasal 13 ayat 2].
8 Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR. [Pasal
13 ayat 3]. 9 Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan mem
perhatikan pertimbangan Mahkamah Agung. [Pasal 14 ayat 1].
10 Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan mem perhatikan pertimbangan DPR. [Pasal 14 ayat 2].
11 Presiden memberi gelaran, tanda jasa dan lainlain tanda kehormatan yang diatur dengan UU. Pasal
126 Perkembangan dan Konsolidasi
Lembaga Negara Pasca Reformasi
127 Lembaga
Tinggi Negara
pejabat tinggi negara di luar lingkungan eksekutif, seperti pengangkatan anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, hakim agung, hakim konstitusi, anggota Badan Pemeriksa Keuangan, dan sebagainya dianggap seb-
agai Keputusan Presiden dalam kapasitasnya sebagai kepala negara, bukan sebagai kepala pemerintahan.
Sebenarnya, pembedaan-pembedaan semacam itu tidaklah bersifat riil, melainkan hanya pembedaan di atas
kertas, yang hanya ada dalam discourse ‘wacana’. Kalaupun dianggap penting, paling-paling untuk kebutuhan hal-hal
yang bersifat protokoler yang biasa berlaku dalam forum- forum pergaulan antarnegara, khususnya terkait dengan
kegiatan pertemuan antarkepala negara danatau kepala pemerintahan. Misalnya, dalam pertemuan di forum-fo-
rum Perserikatan Bangsa-Bangsa United Nations, kerap diadakan pertemuan khusus antarkepala negara, berarti
yang hadir adalah para presiden dan para raja atau ratu. Tetapi jika pertemuan yang diadakan adalah antar kepala
pemerintahan, maka yang hadir adalah presiden dan para perdana menteri Prime Ministers, sedangkan raja dan ratu
sebagai kepala negara tidak diundang.
Pembedaan yang menjadi penting, karena banyak ne- gara yang memang menganut praktek yang memisahkan an-
tara kedua jabatan kepala negara dan kepala pemerintahan itu, yaitu khususnya negara-negara yang menganut sistem
pemerintahan parlementer. Namun, di lingkungan negara- negara yang menganut sistem presidensiil murni, memang
tidak diperlukan pembedaan dan apabila pemisahan antara pengertian kepala negara dan kepala pemerintahan itu. Yang
ada hanya presiden dan wakil presiden saja.
Kapasitas presiden sebagai kepala negara dan seb- agai kepala pemerintahan tidak dapat dipisahkan. Karena
itu, tidak mungkin membedakan jenis surat Keputusan Presiden dalam dua macam kedudukan. Keputusan Presi-
den selaku kepala negara dan selaku kepala pemerintahan kemudian oleh Soepomo, pembedaan itu dituliskan secara
eksplisit. Penjelasan tentang UUD 1945 itu diumumkan resmi dalam Berita Repoeblik Tahun 1946 dan kemudian
dijadikan bagian lampiran tak terpisahkan dengan naskah UUD 1945 oleh Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959. Dalam
Penjelasan tersebut, istilah kepala negara dan kepala pemer- intah memang tercantum dengan tegas dan dibedakan satu
sama lain. Kedua istilah ini dipakai untuk menjelaskan kedudukan presiden Republik Indonesia menurut UUD 1945
yang merupakan kepala negara head of state dan kepala pemerintahan head of government sekaligus.
Sebagai akibat diakuinya adanya kedua kualitas kedudukan presiden sebagai kepala negara dan sekaligus
sebagai kepala pemerintahan itu, timbul kebutuhan juridis untuk membedakan keduanya dalam pengaturan mengenai
hal-hal yang lebih teknis dan operasional. Misalnya, dibay- angkan bahwa presiden perlu dibantu oleh sekretaris dalam
kualitasnya sebagai kepala negara, dan sekretaris yang lain lagi untuk membantu dalam kapasitasnya sebagai kepala
pemerintahan. Inilah sebabnya muncul ide untuk membe- dakan antara sekretaris negara dengan sekretaris kabinet
di sepanjang sejarah pemerintahan Indonesia di masa lalu. Namun, dalam praktek adanya kedua jabatan ini kadang-
kadang menimbulkan permasalahan. Pemangku kedua jabatan ini sering bersaing dalam melayani pimpinan.
Lebih jauh lagi, ada pula ide yang dikembangkan orang untuk membedakan kualitas berbagai keputusan presiden
dalam kapasitasnya sebagai kepala negara atau sebagai ke- pala pemerintahan. Keputusan Presiden yang mengangkat
Duta Besar, Kepala Kepolisian Negara, Panglima Tentara Nasional Indonesia, Gubernur Bank Indonesia, atau para
fraksinya, melainkan tampil sebagai pribadi anggota DPR secara sendiri-sendiri. Tetapi jumlah mereka diharuskan mencukupi jumlah minimal menurut undang-
undang tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPRD, dan DPD.
11
Margarito Khamis, disertasi doktor dalam ilmu hukum tatanegara, pada Fakultas Hukum Uniersitas Indonesia, 2004.
128 Perkembangan dan Konsolidasi
Lembaga Negara Pasca Reformasi
129 Lembaga
Tinggi Negara
Presiden dan Wakil Presiden itu adalah satu kesatuan pa- sangan presiden dan wakil presiden. Keduanya adalah dwi-