Dewan Pertimbangan Presiden PERKEMBANGAN DAN KONSOLIDASI

180 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 181 Lembaga Konstitusional Lainnya dalam negeri, dan menteri pertahanan tersebut. Persoalan dapat terjadi, baik di antara sesama menteri triumvirat ataupun antara mereka bertiga sebagai satu kesatuan dengan subjek kelembagaan negara yang lain. Bahkan secara teoritis di atas kertas, dapat saja timbul perselisihan antara mereka bertiga, misalnya, dengan menteri koordinator bidang poli- tik dan keamanan yang dalam keadaan biasa merupakan pejabat yang lebih senior dalam memegang fungsi koordi- nasi atas ketiga menteri triumvirat tersebut. Dapat pula terjadinya, misalnya, ada partai politik atau gabungan partai politik yang berusaha menjadikan salah satu dari ketiga menteri triumvirat sebagai calon presiden atau calon wakil presiden. Dalam keadaan demikian, maka dalam tenggang waktu 30 hari sesuai ketentuan Pasal 8 ayat 3 timbul persaingan di antara mereka yang menyebabkan perselisihan. Jika perselisihan atau sengketa di antara mer- eka itu berkaitan dengan pelaksanaan kewenangan menurut UUD 1945, maka persengketaan itu hanya dapat diselesaikan secara hukum oleh Mahkamah Konstitusi. 7

B. Dewan Pertimbangan Presiden

Dewan Pertimbangan Presiden ini, diadakan sebagai pengganti Dewan Pertimbangan Agung yang ada sebelum- nya menurut UUD 1945 sebelum Perubahan Keempat pada tahun 2002 8 . Sebelum diadakan perubahan ketentuan me- ngenai Dewan Pertimbangan Agung DPA diatur dalam Pasal 16 dalam bab tersendiri, yaitu Bab IV yang berjudul Dewan Pertimbangan Agung. Pasal 16 ini berisi dua ayat, yaitu 1 Susunan Dewan Pertimbangan Agung ditetapkan dengan undang-undang, dan 2 Dewan ini berkewajiban Mahkamah Konstitusi, LN-RI 2003 Nomor 98 dan TLN RI Nomor 4316. 8 Tentang sejarah pembentukan dan pembubaran Dewan Pertimbangan Agung ini, lihat Jimly Asshiddiqie, Memorabilia Dewan Pertimbangan Agung, Konsti- an adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan secara ber­ sama­sama. Selambat­lambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Pre­ siden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusul­ kan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.” Dengan ketentuan Pasal 8 ayat 3 itu, maka pemegang jabatan ketiga menteri itu, yaitu menteri luar negeri, menteri dalam negeri, dan menteri pertahanan mempunyai kedudu- kan konstitusional yang berbeda daripada menteri-menteri lainnya. Jika terdapat kekosongan jabatan presiden dan wakil presiden secara bersamaan, mereka secara bersama- sama mendapat wewenang konstitusional untuk bertindak sebagai pelaksana tugas kepresidenan menurut UUD 1945. Artinya, dalam hal-hal yang dimaksud oleh UUD 1945 terse- but, maka pemegang jabatan ketiga menteri itu mempunyai kedudukan yang sangat penting, termasuk misalnya lebih penting daripada menteri koordinator bidang politik dan keamanan, yang dalam keadaan normal biasanya dipandang lebih senior daripada mereka bertiga. Penyebutan ketiga menteri triumvirat tersebut secara tersendiri penting, karena secara normatif ketiganya, baik secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama merupakan subyek hukum konstitusional yang mendapatkan kekuasaan langsung dari UUD 1945, yaitu sebagai pelaksana tugas ke- presidenan apabila kondisi yang dipersyaratkan terpenuhi. Apabila keadaan kekosongan dalam jabatan presiden dan wakil presiden secara bersamaan sungguh-sungguh terjadi, maka dapat saja timbul berbagai persoalan hukum yang terkait dengan ketiga jabatan menteri luar negeri, menteri 182 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 183 Lembaga Konstitusional Lainnya Rapiuddin Hamarung FBPD, Yusuf Supendi FPKS, Agus Purnomo FPKS, M. Nasir Djamil FPKS, Ida Bagus Nugroho FPDIP, Maiyasyak Johan FPPP, Yudho Pari- purno FPPP, Lukman Saifuddin FPPP, dan Pastor Saud Hasibuan FPDS. Dalam rancangan undang-undang tersebut di atas, tugas dewan tersebut ditentukan ada empat, yaitu 1 De- wan Penasihat Presiden bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada presiden dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan negara; 2 Pemberian nasihat dan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib dilakukan, baik atas permintaan maupun tanpa permintaan presiden; 3 Presiden harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh nasihat dan pertimbangan Dewan Pertimbangan presiden; dan 4 Ketentuan lebih lanjut ten- tang tata cara pemberian nasihat dan pertimbangan diatur dengan Peraturan Presiden. Nasihat dan pertimbangan-per- timbangan itu sendiri, baik yang diberikan atas permintaan maupun tanpa permintaan dari presiden, bersifat kolektif, kecuali atas permintaan presiden kepada anggota Dewan Pertimbangan yang tertentu. Siapa sajakah yang dirancangkan untuk dapat duduk sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu? Dalam rancangan ditentukan bahwa anggota dewan diangkat dan diberhentikan oleh presiden untuk masa jabatan sama den- gan masa jabatan presiden. Artinya, apabila presiden habis masa jabatannya, maka anggota dewan tersebut berakhir pula masa jabatannya. Para anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu diangkat selambat-lambatnya tiga bulan setelah presiden dilantik. Dengan demikian, dalam pelaksanaannya tentu masa jabatan anggota Dewan Pertimbangan Pres- iden itu tidak mungkin sama persis dengan masa jabatan presiden. Dalam rancangan undang-undang, juga belum ditentukan berapa jumlah anggota Dewan Pertimbangan Presiden tersebut. memberi jawab atas pertanyaan Presiden dan berhak me- majukan usul kepada Pemerintah. Ketentuan Pasal 16 Bab IV tentang Dewan Pertimbang- an Agung tersebut, dengan Perubahan Keempat UUD 1945 pada tahun 2002, dihapus dan diganti dengan rumusan baru Pasal 16. Bunyi Pasal 16 baru ini adalah, “Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada presiden, yang selanjutnya diatur dalam undang­undang”. Namun, ketentuan Pasal 16 baru itu tidak lagi ditempatkan dalam Bab IV yang berjudul Dewan Pertimbangan Agung. Bab IV dengan judulnya itu sudah dinyatakan dihapuskan, sehingga sebagai gantinya maka rumusan Pasal 16 baru itu ditempatkan menjadi bagian Bab III yang berjudul Ke- kuasaan Pemerintahan Negara. Dengan demikian berarti, keberadaan lembaga baru ini berada dalam lingkup cabang kekuasaan pemerintahan negara. Posisi strukturalnya tidak lagi seperti kedudukan DPA di masa lalu yang diperlakukan sebagai salah satu lembaga tinggi negara yang sederajat dengan presidenwakil presiden, DPR, MA, dan BPK. Sekarang, undang-undang tentang Dewan Pertimbang- an Presiden tersebut belum selesai dibentuk. Rancangan undang-undangnya telah diajukan oleh beberapa anggota DPR sebagai rancangan usul inisiatif DPR untuk diajukan kepada presiden. Rancangan tersebut telah disampaikan kepada Pimpinan DPR-RI pada bulan Juni 2005. Di antara para anggota yang mengusulkan rancangan undang-undang inisiatif DPR itu adalah Dr. Bomer Pasaribu FPG, Yahya Zaini FPG, Nursyahbani Katjasungkana, SH., FKB Saiful- lah Ma’shum FKB, Muid Busyairi FKB, Hj. Azlaini Agus FPAN, Balkan Kaplale FPD, F.X. Soekarno FPD, Zainal Ariin FPDIP, Agus Condro FPDIP, Idham FPDIP, tusi Press, Jakarta, 2005. 9 Undang-Undang No. 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara No. 184 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 185 Lembaga Konstitusional Lainnya onal, dan lain-lain. Juga ada Tim Penasihat Presiden yang biasa dibentuk dengan Keputusan Presiden, dan lain-lain sebagainya. Untuk kepentingan eisiensi, tentunya, semua lembaga-lembaga atau dewan-dewan itu perlu dikonsolida- sikan dengan sebaik-baiknya.

C. KOMISI YUDISIAL