Badan Pengawas Perdagangan berjangka Komoditi BAPPEBTI Dewan Pengupahan Nasional

262 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 263 Lembaga Negara Lainnya yang sehat; ii melindungi kepentingan semua pihak dalam perdagangan berjangka; dan iii mewujudkan kegiatan perdagangan berjangka sebagai sarana pengelolaan risiko harga dan pembentukan harga yang transparan. Dalam melaksanakan fungsi tersebut Bappebti ber- wenang: 1. membuat penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas ketentuan dalam undang-undang yang bersangkut- an danatau peraturan pelaksanaannya; 2. memberikan: a. ijin usaha kepada bursa berjangka, lembaga kliring berjangka, pialang berjangka, penasihat berjangka, dan pengelola sentra dana berjangka; b. Ijin kepada orang perseorangan untuk menjadi wakil pialang berjangka, wakil penasihat berjangka, dan wakil pengelola sentra dana berjangka; c. Sertiikat pendaftaran kepada pedagang berjangka; d. Persetujuan kepada pialang berjangka dalam negeri untuk menyalurkan amanat nasabah dalam negeri ke bursa berjangka luar negeri; dan e. Persetujuan kepada bank berdasarkan rekomendasi Bank Indonesia untuk menyimpan dana nasabah, dana kompensasi, dan dana jaminan yang berkaitan dengan transaksi kontrak berjangka serta untuk pem- bentukan sentra dana berjangka; 3. menetapkan daftar bursa berjangka luar negeri dan kon- trak berjangkanya; 4. melakukan pemeriksaan terhadap pihak yang memiliki ijin usaha, ijin orang perseorangan, persetujuan, atau sertiikat pendaftaran; 5. menunjuk pihak lain untuk melakukan pemeriksaan ter- tentu dalam rangka pelaksanaan wewenang Bappebti, sebagaimana dimaksud pada huruf d; 25 Pasal 14 huruf h. Ibid. 26 Pasal 86 ayat 1. Ibid. tahanan negara agar departemen pemerintah, lembaga pe- merintah nondepartemen, dan masyarakat beserta Tentara Nasional Indonesia dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam mendukung penyelenggaraan pertahanan negara; ii Menelaah, menilai, dan menyusun kebijakan terpadu pengerahan komponen pertahanan nega- ra dalam rangka mobilisasi dan demobilisasi; iii Menelaah dan menilai resiko dari kebijakan yang akan ditetapkan. Dalam Pasal 15 ayat 4 dikatakan Dewan Pertahan- an Nasional dipimpin oleh Presiden dengan keanggotaan, terdiri atas anggota tetap dan anggota tidak tetap dengan hak dan kewajiban yang sama. Anggota tetap terdiri atas Wakil Presiden, Menteri Pertahanan, Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Panglima [Pasal 15 ayat 5]. Anggota tidak tetap terdiri atas pejabat pemerintah dan non pemerintah yang dianggap perlu sesuai dengan masa- lah yang dihadapi [Pasal 15 ayat 6] yang diangkat oleh presiden [Pasal 15 ayat 7]. Susunan organisasi dan tata kerja Dewan Pertahanan Nasional, sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, diatur lebih lanjut dengan Keputusan Pre- siden [Pasal 15 ayat 8].

F. Badan Pengawas Perdagangan berjangka Komoditi BAPPEBTI

Badan Pengawas Perdagangan berjangka Komoditi atau Bappebti dibentuk dengan undang-undang. 19 Badan ini menyelenggarakan kegiatan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan perdagangan berjangka dan bertanggungjawab kepada menteri Pasal 4. Dalam melaksanakan fungsinya badan ini melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan dengan maksud Pasal 5: i mewujudkan kegiatan perdagangan berjangka yang teratur, wajar, eisien, dan efektif serta dalam suasana persaingan 24 Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377. 264 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 265 Lembaga Negara Lainnya promosi dimaksud; 14. menetapkan ketentuan tentang dana nasabah yang ber- ada pada pialang berjangka yang mengalami pailit; 15. memeriksa keberatan yang diajukan oleh suatu pihak ter- hadap keputusan bursa berjangka atau lembaga kliring berjangka serta memutuskan untuk menguatkan atau membatalkannya; 16. membentuk sarana penyelesaian permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan perdagangan berjangka; 17. mengumumkan hasil pemeriksaan, apabila dianggap perlu, untuk menjamin terlaksananya mekanisme pasar dan ketaatan semua pihak terhadap ketentuan undang- undang ini danatau peraturan pelaksanaannya; 18. melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat sebagai akibat pelanggaran terha- dap ketentuan undang-undang ini danatau peraturan pelaksanaannya; dan 19. melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan ketentuan undang-undang ini danatau peraturan pe- laksanaannya.

G. Dewan Pengupahan Nasional

Dewan Pengupahan dibentuk berdasarkan ketentuan Undang-Undang tentang Ketenagakerjaan. 20 Berdirinya dewan ini dimaksudkan untuk memberikan saran, pertim- bangan, dan merumuskan kebijakan pengupahan yang akan ditetapkan oleh pemerintah, serta untuk pengembangan sistem pengupahan nasional dibentuk Dewan Pengupahan Nasional, proinsi, dan kabupatenkota. Dengan demikian, di samping Dewan Pengupahan Nasional, juga dibentuk Dewan Pengupahan proinsi, dan Dewan Pengupahan ka- bupaten, serta Dewan Pengupahan kota. Keanggotaan Dewan Pengupahan terdiri dari unsur 27 Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers Lembaran Negara Tahun 6. memerintahkan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap pihak yang diduga melakukan pelanggaran ter- hadap ketentuan undang-undang ini danatau peraturan pelaksanaannya; 7. menyetujui peraturan dan tata tertib bursa berjangka dan lembaga kliring berjangka, termasuk perubahannya; 8. memberikan persetujuan terhadap kontrak berjangka yang akan digunakan sebagai dasar jual beli komoditi di bursa berjangka, sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan; 9. menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan untuk sementara waktu anggota de- wan komisaris danatau direksi serta menunjuk mana- jemen sementara bursa berjangka dan lembaga kliring berjangka sampai dengan terpilihnya anggota dewan komisaris danatau anggota direksi yang baru oleh rapat umum pemegang saham; 10. menetapkan persyaratan keuangan minimun dan ke- wajiban pelaporan bagi pihak yang memiliki ijin usaha berdasarkan ketentuan undang-undang ini danatau peraturan pelaksanaannya; 11. menetapkan batas jumlah maksimum dan batas jumlah wajib lapor posisi terbuka kontrak berjangka yang dapat dimiliki atau dikuasai oleh setiap pihak; 12. mengarahkan bursa berjangka dan lembaga kliring berjangka untuk mengambil langkah-langkah yang di- anggap perlu apabila diyakini akan terjadi keadaan yang mengakibatkan perkembangan harga di bursa berjangka menjadi tidak wajar danatau pelaksanaan kontrak ber- jangka menjadi terhambat; 13. mewajibkan setiap pihak untuk menghentikan atau memperbaiki iklan atau kegiatan promosi yang menyesat- kan berkaitan dengan Perdagangan berjangka dan pihak tersebut mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi akibat yang timbul dari iklan atau 266 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 267 Lembaga Negara Lainnya memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat nasional, proinsi, dan kabupatenkota yang tidak mempunyai hubungan hirarkis. Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan pendidikan sebagaimana dimaksud, De- wan pendidikan mengembangkan berbagai kegiatan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan ealuasi program pendidikan melalui dewan pendidikan.

I. Dewan Sumber Daya Air

Dewan Sumber Daya Air dibentuk berdasarkan Un- dang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. 24 Dalam Pasal 13 ditegaskan presiden menetapkan wilayah sungai dan cekungan air tanah sebagaimana dimaksud pa- da ayat 1 dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Sumber Daya Air Nasional, membentuk Dewan Sumber Daya Air Nasional, dewan sumber daya air wilayah sun- gai lintas proinsi, dan dewan sumber daya air wilayah sungai strategis nasional. Demikian pula dalam Pasal 14 ditentukan pula bahwa tugas dan tanggungjawab peme- rintah mencakup keharusan membentuk Dewan Sumber Daya Air Nasional, dewan sumber daya air wilayah sungai lintas proinsi, dan dewan sumber daya air wilayah sungai strategis nasional. 25 Dalam Pasal 68 ayat 1 ditegaskan pula untuk men- dukung pengelolaan sistem informasi sumber daya air diper- lukan pengelolaan sistem informasi hidrologi, hidrometeoro- logi, dan hidrogeologi wilayah sungai pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupatenkota. Kemudian 2 Kebijakan pengelolaan sistem informasi hidrologi, hidrometeorologi, dan hidrogeologi ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan usul Dewan Sumber Daya Air Nasional. Dalam Pasal 85 pemerintah, organisasi pengusaha, serikat pekerjaserikat buruh, perguruan tinggi, dan pakar. Keanggotaan Dewan Pengupahan tingkat Nasional diangkat dan diberhentikan oleh presiden, sedangkan keanggotaan Dewan Pengupahan proinsi, kabupaten dan Dewan Pengupahan kota diangkat dan diberhentikan masing-masing oleh gubenur, bupati, atau walikota sesuai dengan tingkatan daerahnya. Ketentuan mengenai tata cara pembentukan, komposisi keanggotaan, tata cara pengangkatan dan pemberhentian keanggotaan, serta tugas dan tata kerja Dewan Pengupahan diatur dengan Keputusan Presiden.

H. Dewan Pendidikan