Organisasi Kementerian Negara Menteri dan Kementerian Negara 1. Menteri sebagai Pimpinan Pemerintahan

176 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 177 Lembaga Konstitusional Lainnya dan keamanan, bidang ekonomi dan keuangan, dan bidang kesejahteraan rakyat. Baik menteri negara maupun mente- ri koordinator biasanya tidak memimpin departemen yang mempunyai jangkauan birokrasi sampai ke daerah-daerah, melainkan hanya memimpin suatu kantor kementerian di tingkat pusat saja. Bahkan, baik di masa pemerintahan Presiden Soekarno maupun di masa pemerintahan Presiden Soeharto, pernah diadakan pula jabatan menteri muda, di samping menteri departemen, menteri negara tanpa port- folio dan jabatan menteri koordinator. Mengingat kenyataan bahwa tidak semua menteri memimpin departemen itulah, maka ketentuan Pasal 17 ayat 3 UUD 1945 disempurnakan pada tahun 1999 den- gan rumusan baru menjadi, “Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan”. Dengan rumusan baru ini, dihubungkan dengan ketentuan ayat 1, 2, dan ayat 4, maka semua jenis jabatan menteri, yaitu i men- teri koodinator, ii menteri yang memimpin departemen, dan iii menteri negara yang tidak memimpin departemen, semuanya merupakan menteri negara sebagaimana dimak- sud dalam Bab V Pasal 17 UUD 1945. Nama kantor atau organisasi para menteri negara itu adalah yang berbentuk organisasi departemen pemerintah, dan ada pula yang tidak berbentuk departemen. Oleh karena itu, dalam rumusan Pasal 17 ayat 4 hanya disebut “kemen- terian negara” saja, yang pembentukannya, pengubahan, dan pembubaran organisasinya ditentukan harus diatur dalam undang-undang. Kementerian negara itu dapat saja berbentuk departemen, dan dapat pula tidak berbentuk departemen, melainkan hanya kantor kementerian saja. Dengan demikian, pengaturan UUD mengenai bentuk or- ganisasi kementerian negara ini menjadi lebih lentur atau leksibel, tidak harus selalu berbentuk departemen seperti dalam rumusan sebelumnya. Di samping itu, dicantumkannya ketentuan Pasal 17 masing-masing sebagai pemimpin pemerintahan dalam arti yang sebenarnya guna melayani kebutuhan dan kepentingan rakyat sehari-hari. Oleh sebab itu, pengangkatan para men- teri itu haruslah bersifat meritokratis, sehingga merekapun dapat bekerja dengan sebaik-baiknya dalam melayani ke- pentingan rakyat berdasarkan merit system pula.

2. Organisasi Kementerian Negara

Berdasarkan ketentuan Pasal 17 ayat 4 UUD 1945, “Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementeri­ an negara diatur dalam undang­undang”. 5 Perubahan atas Pasal 17 UUD 1945 ini sebenarnya sudah diselesaikan pada tahun 1999 yaitu dengan menyempurnakan rumusan ayat 2 dan ayat 3. Ayat 2 disempurnakan redaksinya, yaitu perkataan diperhentikan menjadi diberhentikan se- suai tata bahasa yang baik dan benar. Sedangkan ayat 3 yang semula berbunyi “menteri­menteri itu memimpin de­ partemen pemerintah”, disempurnakan dengan rumusan baru, “setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan”. Dalam penyempurnaan Pasal 17 ayat 3 UUD 1945 itu terkandung pengertian bahwa menteri-menteri negara tidak harus selalu memimpin organisasi departemen. Sebagaimana telah terbukti dalam praktek selama masa pemerintahan Orde Baru, beberapa jabatan menteri diada- kan, meskipun tidak memimpin departemen. Kementerian- kementerian tanpa portfolio departemen diadakan sesuai dengan kebutuhan, yang lazimnya disebut dengan istilah menteri negara, seperti menteri negara urusan BUMN, men- teri negara urusan pemuda dan olah raga, menteri negara urusan pemberdayaan perempuan, dan sebagainya. Selain itu, dalam praktek selama ini, juga biasa di- adakan jabatan menteri koordinator, yaitu bidang politik 6 Huruf tebal dari penulis. 178 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 179 Lembaga Konstitusional Lainnya Negara, atau juga dapat diatur dalam UU yang tersendiri tentang Kementerian Negara. Yang jelas, dengan adanya ketentuan Pasal 17 ayat 4 UUD 1945 tersebut di atas, maka terdapatlah keharus- an bahwa i proses pembentukan, perubahan, danatau pembubaran kementerian negara hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat dan tata cara yang diatur berdasar- kan UU, dan bahwa ii ketentuan-ketentuan yang diperlu- kan mengenai pembentukan, perubahan, dan pembubaran kementerian negara menurut Pasal 17 UUD 1945 itu, harus diatur dalam undang-undang, meskipun undang-undang yang bersangkutan tidak bersifat khusus hanya mengatur kementerian negara saja.

3. Tiga Menteri “Triumvirat”