4 Lembaga Negara Lainnya
...........................................................................
A. Lembaga Negara Lain-Lain
Di samping lembaga-lembaga negara seperti telah diuraikan tersebut di atas, ada pula beberapa lembaga
negara lain yang dibentuk berdasarkan amanat undang-un- dang atau peraturan yang lebih rendah, seperti Peraturan
Pemerintah, Peraturan Presiden atau Keputusan Presiden. Beberapa di antaranya adalah Komisi Penyiaran Indonesia
KPI,
1
Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU,
2
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi KKR,
3
Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Badan Penyelesaian Sengketa Pajak BPSP,
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK, Komisi Banding Paten,
4
Komisi Banding Merek,
5
Komisi Perlind- ungan Anak Indonesia,
6
Komisi Nasional Anti Kekerasan
1
Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara No. 4252.
2
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 33,Tamba-
han Lembaran Negara Nomor 3817, Keppres No. 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha.
3
Undang-Undang No. 27 Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekon- siliasi Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4429.
4
Undang-Undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4130, Peraturan Pemer-
intah No. 31 Tahun 1995 tentang Komisi Banding Paten.
5
Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4131, Peraturan Pemer-
intah No. 7 Tahun 2005 tentang Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Komisi Banding Merek.
6
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4235,
Keppres No. 77 Tahun 2003 tentang Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
7
Keppres No. 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
254 Perkembangan dan Konsolidasi
Lembaga Negara Pasca Reformasi
255 Lembaga
Negara Lainnya
Karena demikian banyaknya jumlah lembaga-lemba- ga seperti itu, maka harus diakui bahwa pembahasan yang
dilakukan dalam buku ini hanyalah dimaksudkan sebagai contoh. Sesungguhnya, masih ada beberapa lagi badan,
dewan, ataupun yang disebut sebagai lembaga yang belum dikemukakan disini, baik karena alasan belum terhimpun
informasi yang lengkap mengenai hal itu, ataupun karena pertimbangan bahwa semua itu akan terlalu membebani isi
buku ini secara tidak perlu. Contoh-contoh yang dikemuka- kan dalam buku ini dapat dikatakan sudah cukup lengkap
adanya, dan sangat memadai untuk dijadikan bahan analisis mengenai potret kelembagaan negara kita dewasa ini.
Bahkan, dapat dikatakan bahwa sebelum buku ini, belum ada buku lainnya yang mendeskripsikan potret
konigurasi kelembagaan organisasi kenegaraan dan peme- rintahan Republik Indonesia selengkap buku ini. Karena
itu, kiranya dapat dianggap cukuplah informasi yang perlu digambarkan disini berkenaan dengan aspek-aspek penting
dari sebagian besar organ atau lembaga-lembaga negara yang terdapat dalam struktur sistem kelembagaan negara
Republik Indonesia dewasa ini.
Misalnya, di setiap departemen ataupun instansi pe- merintahan lainnya, ada saja bentuk-bentuk organ, dewan,
lembaga, badan-badan, terutama yang dibentuk berdasar- kan peraturan perundang-undangan di bawah undang-un-
dang. Demikian pula di tiap-tiap unit pemerintahan daerah proinsi, kabupaten dan kota di seluruh Indonesia, ada saja
badan atau lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah atau PeraturanKeputusan Kepala Pemerintah Dae-
rah sesuai dengan kebutuhan dan kreatiitas lokal.
Untuk kepentingan konsolidasi kelembagaan, saya menganjurkan kiranya pemerintah mengambil langkah-
baran Negara Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4168.
18
Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4169, di-
terhadap Perempuan,
7
Dewan Pertahanan Nasional, BP Migas dan BPH Migas, Badan Regulasi Telekomunikasi
Indonesia BRTI,
8
dan sebagainya. Selain itu, ada pula Komisi Kepolisian atau Lembaga
Kepolisian Nasional, Komisi Kejaksaan, Badan Akreditasi Nasional Pendidikan, Dewan Pendidikan, Dewan Pers,
9
De- wan Pengupahan,
10
Dewan Sumber Daya Air,
11
dan lain-lain sebagainya. Keberadaan badan atau komisi-komisi ini sudah
ditentukan dalam undang-undang, akan tetapi pembentu- kannya biasanya diserahkan sepenuhnya kepada presiden
atau kepada menteri atau pejabat yang bertangggungjawab mengenai hal itu. Bahkan, ada dan bahkan banyak pula
badan-badan, dewan, atau komisi yang sama sekali belum diatur dalam undang-undang, tetapi dibentuk berdasarkan
peraturan yang lebih rendah tingkatannya.
Kadang-kadang, lembaga-lembaga negara yang di- maksud dibentuk berdasarkan atas peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang atau bahkan hanya didasarkan atas beleid presiden Presidential Policy saja.
Lembaga-lembaga dimaksud, misalnya, adalah Komisi Hukum Nasional KHN,
12
Komisi Ombudsman Nasional KON,
13
Komisi Nasional Lanjut Usia,
14
Lemhannas, LPND Perpres No.112005, dan lain sebagainya.
Perempuan.
8
Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3881.
9
Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3887.
10
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4279.
11
Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377.
12
Keppres No. 15 Tahun 2000 tentang Komisi Hukum Nasional.
13
Keppres No. 44 Tahun 2000 tentang Komisi Ombudsman Nasional.
14
Keppres No. 52 Tahun 2004 tentang Komisi Nasional Lanjut Usia.
15
Undang-Undang No. 32 Tahun 2003 tentang Penyiaran Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4342.
16
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 33,Tam-
bahan Lembaran Negara Nomor 3817.
17
Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia Lem-
256 Perkembangan dan Konsolidasi
Lembaga Negara Pasca Reformasi
257 Lembaga
Negara Lainnya
Selain wewenang di atas menurut Pasal 8 ayat 3 KPI mempunyai tugas dan kewajiban:
a. menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan benar sesuai dengan hak asasi manu-
sia; b. ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang peny-
iaran; c. ikut membangun iklim persaingan yang sehat antarlem-
baga penyiaran dan industri terkait; d. memelihara tatanan informasi nasional yang adil,
merata, dan seimbang; e. menampung, meneliti, dan menindaklanjuti aduan,
sanggahan, serta kritik dan apresiasi masyarakat terha- dap penyelenggaraan penyiaran; dan
f. menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang menjamin profesionalitas di bidang pe-
nyiaran. Secara organisatoris, dikatakan dalam Pasal 9 ayat 1
dan 2 anggota KPI pusat berjumlah sembilan orang dip- impin oleh seorang ketua dan wakil ketua yang dipilih dari
dan oleh anggota, sedangkan KPI daerah berjumlah tujuh orang yang pimpinannya juga terdiri atas seorang ketua
dan wakil ketua yang dipilih dengan cara yang sama. Masa jabatan ketua, wakil ketua dan anggota KPI pusat dan KPI
daerah tiga tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Sebagai lembaga negara
KPI dibantu oleh sebuah sekretariat yang dibiayai oleh negara [Pasal 9 ayat 4] yang bersumber dari dari APBN
untuk KPI pusat dan APBD bagi KPI [Pasal 9 ayat 6].
C.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU
KPPU dibentuk berdasarkan undang-undang
16
dalam rangka melarang praktek monopoli dan persaingan usaha
yang tidak sehat. Salah satu pertimbangan dibentuknya langkah untuk mengadakan inentarisasi menyeluruh me-
ngenai keberadaan institusi-institusi semacam itu. Apapun nama dan bentuknya, semuanya perlu diketahui dengan
pasti. Dengan demikian, upaya penataan dan konsolidasi kelembagaan dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya, se-
hingga pada gilirannya, kebijakan eisiensi dapat dirumus- kan dan diimplementasikan secara lebih tepat di masa yang
akan datang.
B. Komisi Penyiaran Indonesia KPI