Kedudukan Gubernur Daerah Provinsi 1. Pemerintahan Daerah Provinsi

286 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 287 Lembaga Lembaga Daerah ratu atau raja di proinsi, seperti gubernur jenderal bagi Pemerintah Federal Kanada. Namun, yang menjadi wakil pe- merintah federal di tiga wilayah Canada’s three territories adalah kepala negara bagian tiga wilayah itu yang disebut dengan istilah Commissioners tidak langsung berada di bawah raturaja. Biasanya, Lieutenant Governors diangkat oleh Governor General, tetapi dalam praktek dipilih oleh perdana menteri Kanada. Biasanya, Lieutenant Governors pensiun sebagai elder statesmen dari partai politik perdana menteri. Gajinya pada umumnya dibayar oleh pemerintah federal daripada oleh pemerintah proinsi. 13 Di Amerika Serikat, jabatan ini biasanya dianggap sebagai jabatan eksekutif tertinggi yang kedua di negara ba- gian setelah gubernur. Secara nominal, jabatan Lieutenant Governor ini subordinate to atau berada di bawah Governor. Prosedur pemilihan Lieutenant Governor berbeda-beda dari satu negara bagian ke negara bagian yang lain. Ada negara bagian yang memilih gubernur dan wakilnya ini sebagai satu paket pasangan calon the Governor and Lieutenant Gov­ ernor elected as running mates on a joint ticket, ada pula negara-negara bagian yang memilih the Governor and the Lieutenant Governor secara terpisah atau sendiri-sendiri, dan bahkan ada pula yang memilih kedua tidak dalam waktu yang bersamaan in different election cycles. Tugas seorang Lieutenant Governor termasuk juga untuk menggantikan Governors jika wafat atau mengundur- kan diri. Di kebanyakan negara bagian di Amerika Serikat, biasanya para Lieutenant Governor mendapat promosi Governors and one of the three territorial Commissioners are women. There has been one black and several aboriginal Lieutenant Governors. The current Lieutenant Governor of Quebec uses a wheelchair. The current Lieutenant Governor of Nova Scotia is Jewish. Like similar oficials, Lieutenant Governors hold considerable reserve powers which are not normally used. One interesting constitutional question is the role of the Lieutenant Governor of Quebec in the hypothetical case of the Quebec National Assembly voting to unilaterally secede. Some have argued that in this situation, the Lieutenant Governor not only could refuse Royal Assent, but would be duty bound to do so. Ibid. 14 Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara sendiri-sendiri dapat dianggap mempunyai legal standing sangat tergantung kasusnya in concreto.

2. Kedudukan Gubernur

Perkataan gubernur kita pinjam menjadi perkataan Indonesia dari bahasa Belanda gouvernuur yang berasal dari bahasa Perancis gouverneur. Dalam bahasa Spanyol disebut gobernador dan dalam bahasa Inggris governor. Di lingkungan negara-negara federal seperti Amerika Serikat, gubernur adalah jabatan kepala pemerintah negara bagian state, sedangkan di lingkungan negara-negara kesatuan unitary states, jabatan gubernur adalah jabatan kepala pemerintah daerah yang biasa disebut proinsi province ataupun prefecture seperti di Jepang. Di beberapa negara, diadakan juga jabatan wakil gu- bernur. Jabatan wakil gubernur ini dalam bahasa Spanyol disebut vice gobernador atau di Amerika Serikat, Australia, Canada, disebut lieutenant governor 12 yang kurang lebih sa- ma artinya dengan vice governor. Di Australia, Lieutenant Governor berfungsi sebagai Administrator atau sebagai Act­ ing Governor. Akan tetapi, di beberapa negara bagian, jika gubernur sakit, berhalangan atau tidak dapat menjalankan tugas jabatannya, ia tidak digantikan oleh Lieutenant Gov­ ernor, melainkan oleh Ketua Mahkamah Agung Negara Bagian sampai gubernur deinitif menjalankan tugasnya. Lieutenant Governors tidak mempunyai kekuasaan, kecuali hanya sebagai ban serep yang siap untuk menduduki jabatan gubernur stand ready to take up the Governor’s role. Di Kanada, Lieutenant Governor merupakan wakil the Canadian provincial Lieutenant Governors is signiicant constitutionally. In the Australian case, the Governor nominally derives power directly from the monarch and is in practice nominated by the Premier of a state. In the Canadian case, the Lieutenant Governor nominally is appointed by the Governor­General and in practice is named by the federal Prime Minister. It has been observed that Canadian Lieutenant Governorships are often used to promote women and minorities into a prominent position. Five of Canada’s ten current Lieutenant 288 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 289 Lembaga Lembaga Daerah oficer yang dipilih tersendiri elected separately from the Governor. Lieutenant Governor memegang cukup banyak tanggungjawab yang diberikan oleh hukum negara bagian California, di samping yang ditentukan oleh gubernur. Di antaranya adalah bahwa Lieutenant Governor dapat bertin- dak sebagai Acting Governor dan juga menduduki jabatan sebagai ketua senat negara bagian President of the State Senate. Dalam Article 5, Section 10 of the California State Constitution, dinyatakan, “any time that the Governor is absent from the state or is unable to perform the duties of ofice, the Lieutenant Governor assumes the full pow­ ers and responsibilities of the Chief Executive”. Dalam hal Gubernur berhalangan atau tidak dapat menjalankan tugas atau kewajiban jabatannya, Lieutenant Governor bertindak dengan penuh kewenangan dan tanggungjawab sebagai ke- pala eksekutif chief executive. Selanjutnya, dalam Article 5, Section 9 Konstitusi Negara Bagian California, dinyatakan pula, “the Lieutenant Governor is also authorized to preside over the business of the State Senate. In the event of a tie, the Lieutenant Governor must cast the deciding vote”. Lieu­ tenant Governor diberi wewenang untuk memimpin atau mengetuai urusan senat negara bagian. Dalam hal terjadi perhitungan suara yang berimbang, maka keputusan senat diambil sesuai dengan pendapat Lieutenant Governor. Di samping negara-negara bagian yang mempun- yai jabatan lieutenant governor, ada pula negara bagian yang sama sekali tidak mengenal jabatan seperti ini. Di antaranya yang dapat disebut disini adalah New Jersey dan Maine. Kedua negara bagian ini tidak mempunyai Lieute­ nant Governor sama sekali. Yang ada adalah gubernur dan ketua senat negara bagian sebagai jabatan yang terpisah, dan apabila gubernur berhalangan untuk menjalankan tugas jabatannya, maka ia digantikan oleh ketua senat un- tuk sementara waktu. Baru pada bulan November 2005, menjadi Governor dengan segala hak-hak yang terkait den- gan jabatan, termasuk hak-hak protokolernya. Di beberapa negara bagian, seperti Massachusetts, Lieutenant Governor menjadi Acting Governor sampai Gubernur yang deinitif terpilih. Ada pula negara-negara bagian yang menentukan bahwa Lieutenant Governor juga diberi jabatan simbolik atau rangkap sebagai ketua senat negara bagian atau the chairman of the upper house of the legislature. Di Negara Bagian Texas, Lieutenant Governor, dipilih secara terpisah dari Governor, dan mengetuai senat negara bagian, serta berdasarkan kebiasaan convention dan leg­ islative rule memiliki pengaruh yang sangat besar dalam urusan legislasi, melebih gubernurnya sendiri. Lieutenant Governor has a great deal more inluence on the legisla­ tion than the Governor. Karena itu, jika seorang Lieuten­ ant Governor Texas menjadi Governor, sering dikatakan bahwa ia naik pangkat tetapi kehilangan kekuasaan yang sebelumnya ia miliki yang justru banyak dianggap orang lebih penting daripada Gubernur. Di Negara Bagian Tennessee, Lieutenant Governor dipilih oleh senat negara bagian chosen by the state Se­ nate. Lieutenant Governor John S. Wilder dipilih untuk menduduki jabatannya itu pada 1971. Sampai tahun 2004 dia terus menduduki jabatan ini, sehingga John S. Wilder ini dianggap sebagai the longest­serving dan sekaligus the oldest Lieutenant Governor in the United States. Di Negara bagian California, jabatan the Lieutenant Governor merupakan jabatan konstitusional constitutional Nomor 4437. 15 Pasal 26 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4437. 16 Pasal 38 ayat 1. 17 Pasal 42 ayat 2 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Lem- baran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437. 18 Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, Balai Pustaka, 1994, hal. 158. 290 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 291 Lembaga Lembaga Daerah bijakan pemerintahan daerah itu sendiri. Fungsi pelaksana atau eksekutif itu sebenarnya secara historis memang terkait dengan fungsi untuk melaksanakan peraturan yang berisi aturan normatif, baik dalam bentuk general rules ataupun yang berbentuk policy­rules beleid­regels. General rules itu sendiri dapat berupa peraturan yang ditetapkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan tingkat pusat, dan dapat pula ditetapkan dalam bentuk peraturan daerah, ataupun peraturan lainnya sebagaima- na dimaksud dalam Pasal 18 ayat 6 UUD 1945. Pasal 18 ayat 6 itu menyebutkan, “Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan­peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas perbantuan.” Seperti sudah disebut di atas, Pasal 18 ayat 5 UUD 1945 menentukan, “Pemerintahan daerah menjalankan otono­ mi seluas­luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang­undang ditentukan sebagai urusan Pemerin­ tah Pusat.” Sementara itu, Pasal 18 ayat 2 menentukan, “Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.” Dalam rangka melaksanakan otonomi daerah dan tugas perbantuan itu, pemerintahan daerah dinyatakan berhak menetapkan i peraturan daerah, dan ii peratur- an-peraturan lain. Yang dimaksud dengan peraturan daerah tentulah Peraturan Daerah Proinsi, yaitu peraturan yang ditetapkan yang dibentuk oleh DPRD bersama-sama den- gan gubernur selaku kepala pemerintah daerah proinsi. Sedangkan yang dimaksud dengan peraturan-peraturan lainnya adalah peraturan yang tingkatannya lebih ren- dah dan merupakan pelaksanaan dari peraturan daerah proinsi tersebut, yaitu peraturan gubernur dalam rangka melaksanakan peraturan daerah proinsi itu atau peraturan daerah kabupaten danatau peraturan daerah kota. Menurut ketentuan Pasal 24 UU No. 32 Tahun 2004, diagendakan akan diadakan perubahan Konstitusi Negara Bagian New Jersey untuk maksud mengadakan jabatan lieutenant governor itu. Selain New Jersey, di Arizona, New Hampshire, Oregon, West Virginia, dan Wyoming juga tidak dikenal adanya jabatan Lieutenant Governors. Di Indonesia, kita tidak mengenal istilah lieutenant governor, tetapi kita menyebutnya dengan istilah wakil gubernur. Pengaturan mengenai hal ini tidak sama dengan pengaturan mengenai gubernur. UUD 1945 hanya menyebut jabatan gubernur, bupati, dan walikota saja, sedangkan wakil gubernur, wakil bupati, dan wakil walikota hanya diatur dalam undang-undang. Dalam Pasal 18 ayat 4 UUD 1945, dinyatakan, “Gubernur, Bupati, dan Walikota masing­mas­ ing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis”. Selanjutnya, UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemda yang menentukan tugas dan kewenangan kepala daerah, cara memilih dan cara berhenti- nya dari jabatan, dan seterusnya. Di samping itu, dalam Pasal 18 ayat 4 UUD 1945, seperti dikemukakan di atas, juga dinyatakan bahwa “Guber­ nur, Bupati, dan Walikota masing­masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis”. Artinya, gubernur adalah kepala pemer- intah daerah proinsi, bukan kepala pemerintahan daerah proinsi. Jabatan gubernur bukanlah kepala dari gabungan institusi gubernur dan DPRD proinsi. Gubernur, melainkan hanya kepala pemerintahan eksekutif saja. Pengertian pemerintahan disini dapat diartikan seba- gai proses pemerintahan atau keseluruhan sistem dan me- kanisme pemerintahan. Dengan demikian kata pemerintah lebih sempit cakupan pengertiannya daripada pemerintahan. Kata pemerintah dapat dikatakan hanya menunjuk kepada institusi pelaksana atau eksekutif saja yaitu dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan pusat dan daerah yang berisi kebijakan kenegaraan di daerah dan ke- 292 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 293 Lembaga Lembaga Daerah pemuda, serta mengupayakan pengembangan dan pele- starian sosial budaya dan lingkungan hidup; c. memantau dan mengealuasi penyelenggaraan peme- rintahan kabupaten dan kota bagi wakil kepala daerah proinsi; d. memantau dan mengealuasi penyelenggaraan pemerin- tahan di wilayah kecamatan, kelurahan danatau desa bagi wakil kepala daerah kabupatenkota; e. memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah; f. melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lain- nya yang diberikan oleh kepala daerah; dan g. melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apa- bila kepala daerah berhalangan. Dalam melaksanakan tugasnya, wakil kepala daerah bertanggung jawab kepada kepala daerah. Wakil kepala daerah menggantikan kepala daerah sampai habis masa ja- batannya apabila kepala daerah meninggal dunia, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya selama enam bulan secara terus menerus dalam masa ja- batannya. Di samping itu, dalam Pasal 37 diatur pula tugas dan wewenang gubernur selaku kepala daerah sebagai wakil pemerintah pusat, yaitu bahwa gubernur yang karena jabatannya berkedudukan juga sebagai wakil pemerintah di wilayah proinsi yang bersangkutan. Dalam kedudukan- nya seperti dimaksud, gubernur bertanggung jawab kepada presiden. Dalam kedudukannya sebagai kepala pemerintah daerah provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, gubernur memiliki tugas dan wewenang: 16 a. pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan peme- 20 Diundangkan pada tanggal 15 Oktober 2004 Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437. 21 Pasal 22 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala daerah. Kepala daerah untuk proinsi disebut gubernur, untuk kabupaten disebut bupati, dan untuk kota disebut walikota. Kepala daerah dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah, yang masing-masing untuk proinsi disebut wakil gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati dan untuk kota disebut wakil walikota. Kepala daerah dan wakil kepala daerah tersebut dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang ber- sangkutan. Mengenai tugas dan wewenang kepala daerah dan wakil kepala daerah, ditentukan oleh Pasal 25 UU No. 32 Tahun 2004 sebagai berikut. 14 a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah ber- dasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD; b. mengajukan rancangan Perda; c. menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD; d. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama; e. mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah; f. mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan g. melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan tugas wakil kepada daerah adalah: 15 a. membantu kepala daerah dalam menyelenggarakan pe- merintahan daerah; b. membantu kepala daerah dalam mengkoordinasikan kegiatan instansi ertikal di daerah, menindaklanjuti laporan danatau temuan hasil pengawasan aparat peng- awasan, melaksanakan pemberdayaan perempuan dan 19 Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan Pelak­ sanaannya di Indonesia, Ichtiar Baru-van Hoeve, Jakarta, 1994. 294 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 295 Lembaga Lembaga Daerah pasal ini i tidak ditentukan siapa di antara gubernur dan DPRD itu yang dinyatakan berhak menetapkan peraturan- peraturan yang dimaksud. Di sini hanya ditegaskan bahwa pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan; ii bentuk peraturan yang dimaksud disini terdiri atas per- aturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melak- sanakan otonomi daerah dan tugas perbantuan. Dari ketentuan demikian belum dapat kita jawab apa- kah DPRD proinsi dapat disebut sebagai lembaga legislatif daerah atau bukan. Yang pasti adalah bahwa Dewan Per- wakilan Rakyat Daerah DPRD provinsi itu adalah lembaga perwakilan rakyat daerah proinsi. Oleh karena itu, kita harus melihat bagaimana hal ini diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Di dalam undang-undang ini ditentukan bahwa yang memegang kekuasaan untuk membentuk peraturan daerah adalah DPRD. Ketentuan demikian ini mirip dengan ketentuan Pasal 5 ayat 1 UUD 1945 sebagaimana diubah pada tahun 1999 dengan Perubahan Pertama. Pasal 5 ayat 1 UUD 1945 yang asli itu berbunyi, “Presiden memegang kekuasaan membentuk undang­undang dengan persetu­ juan Dewan Perwakilan Rakyat”. Sekarang, ketentuan Pasal 5 ayat 1 UUD 1945 ini telah berubah menjadi, “Presiden berhak mengajukan rancangan undang­undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat”. Sebagai imbangannya, dalam Pasal 20 ayat 1 UUD 1945 hasil Perubahan Pertama tahun 1999 itu ditegaskan, “Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang­undang”. Dalam Pasal 41 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Peme- rintahan Daerah, ditentukan bahwa DPRD memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Mengenai tugas dan wewenangnya, ditentukan dalam Pasal 42 ayat 1, yaitu: a. membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat persetujuan bersama; b. membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang rintahan daerah kabupatenkota; b. koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di dae- rah proinsi dan kabupatenkota; c. koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelengga- raan tugas pembantuan di daerah proinsi dan kabupa- tenkota. Pendanaan tugas dan wewenang gubernur sebagai- mana dimaksud dibebankan kepada APBN. Kedudukan keuangan gubernur sebagaimana dimaksud diatur dalam Peraturan Pemerintah. Tata cara pelaksanaan tugas dan we- wenang gubernur selaku wakil pemerintah pusat tersebut diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

3. Kedudukan DPRD provinsi