Kepolisian Negara Republik Indonesia

208 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 209 Lembaga Konstitusional Lainnya dengan TNI Angkatan Laut. Oleh karena itu, di samping Tentara Nasional Indonesia, masing-masing angkatan darat, laut, dan udara ini juga secara khusus perlu diperlakukan se- bagai subjek hukum konstitusi secara sendiri-sendiri, karena potensinya sebagai penyandang tugas dan kewenangan yang ditentukan oleh UUD 1945.

E. Kepolisian Negara Republik Indonesia

Seperti halnya Tentara Nasional Indonesia TNI, Kepolisian Negara juga diatur dalam Bab XII Pasal 30 UUD 1945. Keduanya diatur dalam bab dan pasal yang sama untuk maksud memastikan pembedaan dan pemisahan fungsi- fungsi keamanan dan pertahanan negara yang tercermin dalam kedua organisasi TNI dan POLRI. Dalam Pasal 30 ayat 4 UUD 1945 ditentukan bahwa “Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga ke- amanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hu- kum.” Dalam Pasal 30 ayat 5 ditentukan bahwa “Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia dan Kepoli- sian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang.” Dalam rangka pelaksanaan amanat UUD 1945 itulah, maka pada tahun 2002 telah dibentuk Undang- Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Re- publik Indonesia. Undang-undang ini diundangkan pada 8 Januari 2002. 28 Dalam Pasal 2 UU ini, ditentukan bahwa kepolisian merupakan salah satu fungsi dari fungsi-fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum law enforce­ ment, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada strategis pengelolaan sumber daya nasional untuk ke- pentingan pertahanan negara; 10. menggunakan komponen cadangan setelah dimobilisasi bagi kepentingan operasi militer; 11. menggunakan komponen pendukung yang telah disiap- kan bagi kepentingan operasi militer; serta 12. melaksanakan tugas dan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan Pasal 16-nya mengatur mengenai tugas dan kewajiban kepala staf angkatan, yaitu: 1. memimpin Angkatan dalam pembinaan kekuatan dan kesiapan operasional Angkatan; 2. membantu Panglima dalam menyusun kebijakan tentang pengembangan postur, doktrin, dan strategi serta operasi militer sesuai dengan matra masing-masing; 3. membantu Panglima dalam penggunaan komponen pertahanan negara sesuai dengan kebutuhan Angkatan; serta 4. melaksanakan tugas lain sesuai dengan matra masing- masing yang diberikan oleh Panglima. Berkenaan dengan TNI, UUD 1945 mengatur pula mengenai Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Pasal 10 UUD 1945 menentukan, “Presiden meme­ gang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara”. Sebagai bagian dari TNI, maka ketiga angkatan itu sama-sama berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan negara sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 30 UUD 1945. Akan tetapi, khusus mengenai Angkatan Laut, berdasarkan ketentuan Undang- Undang sampai sekarang masih tetap diberi fungsi sebagai aparat keamanan di laut. Karena itu, dalam praktik sering timbul masalah atau perselisihan pendapat di lapangan antara aparat Polisi Air dengan TNI Angkatan Laut. Perten- tangan pendapat Perbedaan ini mengandung potensi untuk menjadi peselisihan antara POLRI dengan TNI, khususnya 210 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 211 Lembaga Konstitusional Lainnya pula bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia itu ber- tujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang me- liputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbi- nanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hu- kum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Kepolisian Negara RI Kepolisian Nasional yang merupakan satu kesatuan dalam melak- sanakan peran tersebut di atas. Mengenai susunan dan kedudukan kepolisian, diten- tukan dengan jelas dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 12, yaitu bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan peran dan fungsi kepolisian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan 5 meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia. Dalam rangka pelaksanaan peran dan fungsi kepolisian, wilayah negara Republik In- donesia dibagi dalam daerah hukum menurut kepentingan pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia. Ketentuan mengenai daerah hukum tersebut diatur dengan Peraturan Pemerintah. Menurut ketentuan Pasal 7 dibentuk Undang-Undang No. 2 Tahun 2002, susunan organisasi dan tata kerja Ke- polisian Negara Republik Indonesia disesuaikan dengan ke- pentingan pelaksanaan tugas dan wewenangnya yang diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden Keppres. Pasal 8 1945­2004, Divisi Pembinaan Hukum POLRI, Jakarta, 2005. 31 Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4168. 32 Diundangkan pada tanggal 2 Juli 1991. Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3451. 33 Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 254, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2298. masyarakat. Pengaturan konstitusional seperti tersebut di atas, pa- da pokoknya, sejalan dengan semangat reformasi nasional yang antara lain mendorong dilakukannya pemisahan anta- ra TNI dan Polri dari struktur organisasi yang sebelumnya bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ABRI. Dalam undang-undang yang diundangkan satu tahun sebelum reformasi, yaitu UU No. 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, 29 masih ditentukan dalam Pasal 5 ayat 1-nya, yaitu “Kepolisian Negara Repub- lik Indonesia adalah unsur Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang terutama berperan memelihara keamanan dalam negeri.” Keadaan itu menjadi berubah setelah reformasi ta- hun 1998. Kepolisian dipisahkan sama sekali dari TNI. Keputusan mengenai pemisahan ini dikukuhkan dengan Ketetapan MPR-RI tahun 1999, dan satu tahun kemudian, yaitu dengan Perubahan Kedua UUD 1945 pada tahun 2000, pemisahan itu dikuatkan lagi dalam pengaturan UUD 1945, yaitu dalam Pasal 30 seperti yang diuraikan di atas. 30 Setelah itu, UU No. 28 Tahun 1997 tersebut diubah dengan UU No. 2 Tahun 2002. 31 Menurut ketentuan undang-undang yang baru ini, pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang sama sekali terpisah dari fungsi Tentara Nasional Indonesia TNI. Polisi sebagai pengem- ban fungsi kepolisian dibantu oleh a kepolisian khusus, b penyidik pegawai negeri sipil, danatau c bentuk-ben- tuk pengamanan swakarsa. Pengemban fungsi kepolisian dimaksud melaksanakan fungsi kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum- nya masing-masing. Selanjutnya, dalam Pasal 4 dan 5 UU ini ditentukan 30 Mengenai perkembangan hukum kepolisian ini, baca Irjen. Pol. Drs. DPM Sitompul, SH. MH., Perkembangan Hukum Kepolisian di Indonesia Tahun 212 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 213 Lembaga Konstitusional Lainnya 3, calon yang diajukan oleh Presiden dianggap disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat; 6 Dalam keadaan mendesak, Presiden dapat memberhenti- kan sementara Kapolri dan mengangkat pelaksana tugas Kapolri dan selanjutnya dimintakan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat; 7 Calon Kapolri adalah Perwira Tinggi Kepolisian Negara Republik Indonesia yang masih aktif dengan memper- hatikan jenjang kepangkatan dan karier; 8 Tata cara pengusulan atas pengangkatan dan pember- hentian Kapolri sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, 2, dan 6 diatur lebih lanjut dengan Keputusan Pre- siden; 9 Ketentuan mengenai pengangkatan dan pemberhenti- an dalam jabatan selain yang dimaksud dalam ayat 1 diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kapolri. Jabatan penyidik dan penyidik pembantu ditentukan sebagai jabatan fungsional yang pejabatnya diangkat den- gan Keputusan Kepala Kepolisian RI atau kapolri. Jabatan fungsional lainnya di lingkungan kepolisian negara juga ditentukan dengan Keputusan Kapolri. Mengenai tugas dan wewenang Kepolisian diatur dalam Bab III mulai dari Pasal 13 sampai dengan 19 diben- tuk Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Polri. Tugas pokok Kepolisian Negara adalah a memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b menegakkan hukum; dan c memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam melaksanakan tugas pokoknya tersebut, maka menurut ketentuan Pasal 14, kepolisian negara RI bertugas: a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan; b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin menentukan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia berada di bawah presiden, dipimpin oleh kapolri yang dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada presiden sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kepala Polri, menurut Pasal 9, menetapkan, menye- lenggarakan, dan mengendalikan kebijakan teknis kepolisi- an. Kapolri memimpin Kepolisian Negara Republik Indone- sia dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab atas: a. penyelenggaraan kegiatan operasional kepolisian dalam rangka pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan b. penyelenggaraan pembinaan kemampuan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Ditegaskan oleh Pasal 10 ayat 1 bahwa Pimpinan Kepolisian Negara Republik Indonesia di daerah hukum se- bagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 2, bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan wewenang kepolisian secara hirarki. Ketentuan mengenai tanggung jawab se- cara hirarki tersebut menurut ketentuan Pasal 10 ayat 2 diserahkan pengaturannya lebih lanjut kepada Kepala Ke- polisian RI untuk menetapkannya dengan keputusan. Selanjutnya, dalam Pasal 11, diatur hal-hal sebagai berikut: 2 Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden den- gan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat; 3 Usul pengangkatan dan pemberhentian Kapolri diajukan oleh Presiden kepada Dewan Perwakilan Rakyat disertai dengan alasannya; 4 Persetujuan atau penolakan Dewan Perwakilan Rakyat terhadap usul Presiden sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 harus diberikan dalam jangka waktu paling lambat 20 dua puluh hari terhitung sejak tanggal surat Presiden diterima oleh Dewan Perwakilan Rakyat; 5 Dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat tidak memberikan jawaban dalam waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat 214 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 215 Lembaga Konstitusional Lainnya Dalam rangka menyelenggarakan tugas dimaksud, Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum dinya- takan berwenang: a. menerima laporan danatau pengaduan; b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyara- kat yang dapat mengganggu ketertiban umum; c. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit ma- syarakat; d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa; e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup ke- wenangan administratif kepolisian; f. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan; g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian; h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memo- tret seseorang; i. mencari keterangan dan barang bukti; j. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Na- sional; k. mengeluarkan surat ijin danatau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat; l. memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat; m. menerima dan menyimpan barang temuan untuk semen- tara waktu. Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan lainnya berwenang pula: a. memberikan ijin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya; b. menyelenggarakan registrasi dan identiikasi kendaraan bermotor; c. memberikan surat ijin mengemudi kendaraan ber- motor; keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di ja- lan; c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta keta- atan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan; d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional; e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum; f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan tek- nis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa; g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya; h. menyelenggarakan identiikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepoli- sian untuk kepentingan tugas kepolisian; i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masya- rakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban danatau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manu- sia; j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk semen- tara sebelum ditangani oleh instansi danatau pihak yang berwenang; k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai den- gan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan per- undang-undangan. Tata cara pelaksanaan ketentuan-ketentuan tersebut di atas didelegasikan pengaturannya lebih lanjut oleh un- dang-undang kepada pemerintah untuk menetapkannya dengan Peraturan Pemerintah PP. 216 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 217 Lembaga Konstitusional Lainnya d. menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanya- kan serta memeriksa tanda pengenal diri; e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hu- bungannya dengan pemeriksaan perkara; h. mengadakan penghentian penyidikan; i. menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum; j. mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mence- gah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana; k. memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil pe- nyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan l. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang ber- tanggung jawab. Tindakan lain yang dimaksud di atas adalah tindakan- tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum; b. selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan; c. harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkung- an jabatannya; d. pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan e. menghormati hak asasi manusia. Pejabat Kepolisian Negara RI menjalankan tugas dan wewenangnya di seluruh wilayah negara Republik Indone- sia, khususnya di daerah hukum pejabat yang bersangkutan ditugaskan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. d. menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik; e. memberikan ijin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam; f. memberikan ijin operasional dan melakukan pengawas- an terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan; g. memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian; h. melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan interna- sional; i. melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait; j. mewakili pemerintah RI dalam organisasi kepolisian internasional; k. melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian. Tata cara pelaksanaan ketentuan tersebut di atas juga didelegasikan pengaturannya lebih lanjut delegated regu­ lation kepada Pemerintah untuk menetapkannya dengan Peraturan Pemerintah. Di samping itu, dalam Pasal 16 UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI ini, ditentukan pula bahwa dalam rangka menyelenggarakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 di bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia pula berwenang untuk: a. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan; b. melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidik- an; c. membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan; 218 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 219 Lembaga Konstitusional Lainnya Struktur organisasi kejaksaan itu berpuncak pada Ke- jaksaan Agung yang dibentuk berdasarkan undang-undang. Undang-undang terakhir yang mengatur kejaksaan adalah UU No. 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan