PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PPATK

246 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 247 Lembaga Konstitusional Lainnya HAM dan diresmikan oleh Presiden selaku kepala negara [Pasal 83 ayat 1]. Komnas HAM dipimpin oleh seorang ketua dan dua orang wakil ketua yang dipilih oleh dan dari anggota [Pasal 83 ayat 2 dan 3]. Mereka menjabat selama lima tahun dan setelah berakhir dapat diangkat kembali hanya untuk satu kali masa jabatan. Mereka yang dapat dipilih menjadi anggota Komnas HAM, menurut Pasal 84, adalah warga negara Indonesia yang memiliki pengalaman dalam upaya memajukan dan melindungi orang atau kelompok yang dilanggar hak-hak asasi manusianya, berpengalaman sebagai hakim, jaksa, polisi, pengacara, atau sebagai pengemban profesi hukum lainnya. Di samping itu, dipersyaratkan pula bahwa yang bersangkutan haruslah berpengalaman di berbagai bidang fungsi legislatif, eksekutif, danatau di lembaga tinggi nega- ra, atau mereka itu berasal dari kalangan tokoh agama, to- koh masyarakat, atau tokoh dan aktiis lembaga swadaya masyarakat, dan kalangan perguruan tinggi.

J. PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PPATK

PPATK dibentuk sesuai dengan ketentuan UU Tindak Pidana Pencucian Uang. 66 Latar belakang pembentukan lembaga ini terkait dengan kejahatan pencucian uang dari hasil kejahatan. Dalam konsideran undang-undang ter- sebut dikatakan bahwa kejahatan yang menghasilkan harta kekayaan dalam jumlah yang besar semakin meningkat, baik kejahatan yang dilakukan dalam batas wilayah RI mau- pun yang melintasi batas wilayah negara. Asal-usul harta kekayaan yang merupakan hasil dari kejahatan tersebut, disembunyikan atau disamarkan dengan berbagai cara yang dikenal sebagai pencucian uang. Perbuatan pencucian uang harus dicegah dan dibe- rantas agar intensitas kejahatan yang menghasilkan atau dasar antara manusia yang satu terhadap yang lain dan terhadap masyarakat secara keseluruhan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bang- sa mengemban tanggung jawab moral dan hukum untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan Deklarasi Uniersal tentang HAM, serta berbagai instrumen internasional lain- nya mengenai hak asasi manusia yang telah diterima oleh negara Republik Indonesia. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ini bertujuan mengembangkan kondisi yang kon- dusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Piagam Per- serikatan Bangsa-Bangsa, serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Selain itu komisi ini dimaksudkan untuk meningkatkan perlindungan dan penegakan HAM guna berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam Pasal 76 ayat 1 dikatakan untuk men- capai tujuannya, komisi melaksanakan fungsi pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi tentang hak asasi manusia. Dari segi keorganisasiannya, Komisi Nasional HAM ini beranggotakan tokoh-tokoh masyarakat yang profesional, berdedikasi dan berintegritas tinggi, menghayati cita-cita negara hukum dan negara kesejahteraan yang berintikan keadilan, menghormati hak asasi manusia dan kewajiban dasar manusia [Pasal 76 ayat 2]. Karena luasnya cakupan wilayah kerjanya Komnas HAM berkedudukan di ibukota negara dan dapat mendirikan Perwakilan di daerah [Pasal 76 ayat 3]. Dilihat dari jumlah anggotanya Komnas HAM adalah organisasi yang cukup besar dengan jumlah anggota 35 orang yang dipilih oleh DPR berdasarkan usulan Komnas 248 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 249 Lembaga Konstitusional Lainnya pekerjaan lain; dan tidak pernah dijatuhi pidana penjara. Karena PPATK ini bersifat independen, maka semua pihak tidak boleh melakukan campur tangan dalam segala bentuknya terhadap pelaksanaan tugas dan kewenangan PPATK [Pasal 25 ayat 1] dan kepala dan wakil kepala PPATK wajib menolak setiap campur tangan dari pihak manapun dalam pelaksanaan tugas dan kewenangannya [Pasal 25 ayat 2]. PPATK dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, dapat melakukan kerja sama dengan pihak yang terkait, baik na- sional maupun internasional [Pasal 25 ayat 3]. Dalam melaksanakan fungsinya PPATK mempunyai tugas sebagai berikut: mengumpulkan, menyimpan, menga- nalisis, mengealuasi informasi yang diperoleh oleh PPATK sesuai dengan Undang-undang ini; memantau catatan dalam buku daftar pengecualian yang dibuat oleh penyedia jasa keuangan; membuat pedoman mengenai tata cara pelaporan transaksi keuangan mencurigakan; memberikan nasihat dan bantuan kepada instansi yang berwenang tentang informasi yang diperoleh oleh PPATK sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini; mengeluarkan pedoman dan publikasi kepada Penyedia Jasa Keuangan tentang kewajibannya yang ditentukan dalam undang-undang ini atau dengan peraturan perundang-undangan lain, dan membantu dalam mende- teksi perilaku nasabah yang mencurigakan; memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang; melaporkan hasil analisis transaksi keuangan yang berindikasi tindak pidana pencucian uang kepada kepolisi- an dan kejaksaan; membuat dan memberikan laporan mengenai hasil analisis transaksi keuangan dan kegiatan lainnya secara berkala enam bulan sekali kepada presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, dan lembaga yang berwenang melibatkan harta kekayaan yang jumlahnya besar dapat diminimalisasi sehingga stabilitas perekonomian nasional dan keamanan negara terjaga; bahwa pencucian uang bukan saja merupakan kejahatan nasional tetapi juga kejahatan transnasional, oleh karena itu harus diberantas, antara lain dengan cara melakukan kerja sama regional atau internasi- onal melalui forum bilateral atau multilateral. PPATK dibentuk berdasarkan UU Pencucian Uang dengan tujuan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang, dengan Undang-undang ini diben- tuk PPATK [Pasal 18 ayat 1]. Lembaga ini dalam melak- sanakan tugas dan kewenangannya bersifat independen dan bertanggung jawab kepada presiden [Pasal 18 ayat 2 dan 3]. Karena lembaga jasa keuangan tersebar luas di seluruh daerah yang dapat menerima penerimaan uang dari manapun, maka meskipun berkedudukan di Jakarta [Pasal 19 ayat 1] juga dapat membuka perwakilan di dae- rah [Pasal 19 ayat 2]. Sebagai organisasi PPATK dipimpin oleh seorang ke- pala dan dibantu oleh paling banyak empat orang wakil kepa- la [Pasal 20 ayat 1] yang diangkat dan diberhentikan oleh presiden atas usul menteri keuangan. Masa jabatan kepala dan wakil kepala adalah empat tahun dan dapat diangkat kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya [Pasal 20 ayat 2]. Susunan organisasi dan tata kerja PPATK diatur dengan Keputusan Presiden [Pasal 20 ayat 3]. Untuk menduduki jabatan kepala atau wakil kepala PPATK, calon yang bersangkutan harus memenuhi syarat sebagai berikut: Warga Negara Indonesia; berusia seku- rang-kurangnya 35 dan setinggi-tingginya 60 tahun pada saat pengangkatan; sehat jasmani dan rohani; takwa, jujur, adil, dan memiliki integritas pribadi yang baik; memiliki salah satu keahlian dan pengalaman di bidang perbankan, lembaga pembiayaan, perusahaan efek, pengelola reksa dana, hukum, atau akuntansi; tidak merangkap jabatan atau 250 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 251 Lembaga Konstitusional Lainnya melakukan pengawasan terhadap penyedia jasa keuangan Pasal 26. Untuk melaksanakan tugasnya, PPATK mempunyai wewenang: a. meminta dan menerima laporan dari penye- dia jasa keuangan; b. meminta informasi mengenai perkembangan penyidikan atau penuntutan terhadap tindak pidana pen- cucian uang yang telah dilaporkan kepada penyidik atau penuntut umum; c. melakukan audit terhadap penyedia jasa keuangan mengenai kepatuhan kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini dan terhadap pedoman pelaporan mengenai transaksi keuangan; d. memberikan pengecualian kewajiban pel- aporan mengenai transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 1 huruf b. Dalam melakukan audit lembaga ini terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan lembaga yang melakukan pengawasan terhadap penyedia jasa keuangan [Pasal 27 ayat 2]. Karena menyangkut transaksi keuangan melalui lembaga jasa keuangan, maka dalam melaksanakan kewe- nangan, terhadap PPATK tidak berlaku ketentuan UU lain yang berkaitan dengan ketentuan tentang rahasia bank dan kerahasiaan transaksi keuangan lainnya [Pasal 27 ayat 3]. 252 Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi 4 Lembaga Negara Lainnya ...........................................................................

A. Lembaga Negara Lain-Lain