Tinjauan Kepustakaan Adapun Judul yang dikemukakan oleh penulis adalah “ ANALISIS

PENGATURAN TATA NIAGA BERAS PADA ERA PASAR BEBAS belum pernah diangkat sebelumnya sebagai suatu judul skripsi. Skripsi ini adalah karya sendiri yang asli dan bukan jiplakan dari skripsi orang lain yang diperoleh dari pemikiran, refrensi buku- buku, makalah-makalah, artikel-artikel, bahan ajar, serta media cetak seperti koran-koran, majalah, media elektronik, yaitu internet serta bantuan dari berbagai pihak.

E. Tinjauan Kepustakaan Adapun Judul yang dikemukakan oleh penulis adalah “ ANALISIS

HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TATA NIAGA BERAS PADA ERA PASAR BEBAS”, maka akan diuraikan terlebih dahulu, penulis akan memberikan penjelasan tentang pengertian judul dengan maksud untuk menghindari kesalahpahaman dan memberikan pembatasan yang jelas. 1. Hukum Perlindungan Konsumen Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “Perlindungan” memiliki arti: tempat berlindung; hal perbuatan dan sebagainya yang bertujuan untuk melindungi menjadikan atau menyebabkan berlindung. 12 Perlindungan Konsumen mempunyai cakupan yang luas meliputi perlindungan terhadap konsumen barang dan jasa hingga akibat-akibat dan pemakaian barangjasa itu. 13 Berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa “Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang 12 Depatermen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta : Balai Pustaka, 1996, hlm. 595. 13 Ibid; hlm. 10. Universitas Sumatera Utara menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”. 14 Sebagaimana yang di ketahui kedudukan hukum TAP-MPR dalam sistem Indonesia, yaitu sebagai pelaksanaan ketentuan-ketentuan termuat dalam UUD dan memuat garis-garis besar haluan negara yang dalam bidang legislatif dilaksanakan oleh Undang-Undang, dan dalam bidang eksekutif dilaksanakan dengan Keputusan Presiden KEPRES. Persisnya dalam TAP-TAP MPR digunakan istilah kepentingan konsumen, seperti antara lain: “kebijaksanaan harga dan layak bagi petani produsen maupun konsumen” GBHN, 1988, Bab IV, Ekonomi atau “ Pembangunan perdagangan ditunjukan untuk meningkatkan pendapatan produsen dan sekaligus menjamin kepentingan konsumen GBHN- 1988, Bab IV, Ekonomi, butir Perdagangan,” atau “ Perdagangan dalam negeri dan distribusi diarahkan untuk memperlancar arus barang dan jasa serta melindungi kepentingan produsen dan konsumen GBHN-1993, Bab IV, F, butir 8. 15 Menurut Friedman, agar hukum dapat bekerja, harus dipenuhi tiga syarat, yaitu pertama, aturan itu harus dapat dikomunikasikan kepada subjek yang diaturnya; kedua, subjek yang diaturnya mempunyai kemampuan untuk melaksanakan aturan itu; ketiga, subjek itu harus mempunyai motivasi untuk melaksanakan aturan itu. Berdasarkan pandangan tersebut dapat dikemukakan bahwa pembentukan ketentuan hukum atau pembaharuan substansi hukumnya, 14 Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. 15 Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta Pusat :Diatit Media, 2002, hlm. 2. Universitas Sumatera Utara melainkan pembaruan orientasi dan nilai-nilai yang melandasi aturan hukum tersebut. Dengan demikian,pembaharuan hukum harus diartikan sebagai mengadopsi nilai-nilai hukum yang baru sebagai akibat perubahan nilai-nilai hidup masyarakat. Nilai-nilai hukum yang baru inilah yang merupakan landasan filosofis bagi substansi hukum yang baru. 16 Berkaitan dengan perlindungan konsumen, dipergunakan berbagai istilah yang dapat diberi makna berbeda-beda, yang pada akhirnya dapat pula membawa akibat hukum yang berbeda. Pengertian konsumen dalam Rancangan Undang- Undang Perlindungan Konsumen yang diajukan oleh Yaayasan Lembaga Konsumen Indonesia, yaitu: 17 Konsumen adalah pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, bagi kepentingan diri sendiri atau keluarganya atau orang lain yang tidak untuk diperdagangkan kembali. Sedangkan pengertian konsumen dalam Naskah Final Rancangan Akademik Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen Selanjutnya disebut Rancangan Akedemik yang disusun olehFakultas Hukum Universitas Indonesia bekerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Depatermen Perdagangan RI, Konsumen adalah setiap orang atau keluarga yang mendapatkan barang untuk dipakai dan tidak untuk diperdagangkan. 18 Pengertian konsumen berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 1 angka 2 menyebutkan bahwa “ Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,baik bagi kepentingan diri 16 Ahmad Miru; Op.cit, hlm. 5. 17 Ibid, hlm. 19. 18 Ibid, hlm. 20. Universitas Sumatera Utara senidri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. 19 Konsumen diartikan tidak hanya individu orang tetapi juga suatu perusahaan yang menjadi pembeli atau pemakai akhir. Adapun yang menarik disini. Konsumen tidak harus terikat dalam jual beli sehingga dengan sendirinya konsumen tidak identik dengan pembeli. Untuk mempelajari perbandingan dari rumusan konsumen, kita perlu kembali melihat pengertian konsumen dalam Pasal 1 angka 2 UUPK. Sejumlah catatan dapat diberikan terhadap unsur-unsur definisi konsumen. Konsumen adalah: 1. Setiap orang Subjek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang yang berstatus sebagai pemakai barang danatau jasa. Istilah “orang” sebetulnya menimbulkan keraguan, apakah hanya orang individual yang lazim disebut natuurelijke person atau termasuk juga badan hukum rechtspersoon. Hal ini berbeda dengan pengertian yang diberikan untuk “pelaku usaha” dalam Pasal 1 Angka 3 yang secara eksplisit membedakan kedua pengertian persoon diatas, dengan menyebutkan kata-kata: “orang perseorangan atau badan usaha”. Tentu yang paling tepat tidak membatasi pengertian konsumen itu sebatas pada orang perseorangan. Namun, konsumen harus mencakup juga badan usaha, dengan makna lebih luas dari pada badan hukum. 20 19 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen 20 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia Jakarta : Grasindo,2004, hlm. 5 Universitas Sumatera Utara 2. Pemakai Sesuai dengan bunyi penjelasan Pasal 1 Angka 2 UUPK, kata “pemakai” menekankan, konsumen adalah konsumen akhir ultimate consumer. Istilah “pemakai” dalam hal ini tepat digunakan dalam rumusan ketentuan tersebut, sekaligus menunjukkan barang danatau jasa yang dipakai tidak serta merta hasil dari transaksi jual beli. Artinya, yang diartikan sebagai konsumen tidak selalu harus memberikan prestasinya dengan cara membayar uang untuk memperoleh barang danatau jasa itu. Dengan kata lain, dasar hubungan hukum antara konsumen dan pelaku usaha tidak perlu harus kontraktual the privity of contract. Konsumen memang tidak sekedar pembeli buyer atau koper, tetapi semua orang perorangan tau badan usaha yang mengkonsumsi jasa danatau barang. Jadi, yang paling penting terjadinya suatu transaksi konsumen consumer transaction berupa peralihan barang danatau jasa, termasuk peralihan kenikmatan dalam menggunakannya. 21 3. Barang danatau jasa Berikatan dengan istilah barang danatau jasa, sebagai pengganti terminologi tersebut digunakan kata produk. Saat ini “produk” sudah berkonotasi barang danatau jasa. Semula kata produk hanya mengacu pada pengertian barang. Dalam dunia perbankan, misalnya istilah produk dipakai juga untuk menamakan jenis- jenis layanan perbankan. UUPK mengartikan barang sebagai setiap benda, baik berwujud maupun yang tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik dapat dihabiskan 21 Ibid., hlm. 6. Universitas Sumatera Utara maupun yang tidak dapat dihabiskan, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. UUPK tidak menjelaskan perbedaan istilah-istilah “dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan”. Sementara itu jasa diartikan sebagai setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen. Pengertian “disediakan bagi masyarakat” menunjukkan, jasa itu harus ditawarkan kepada masyarakat. Artinya pihak yang ditawarkan harus lebih dari satu orang. Jika demikian halnya, layanan yang bersifat khusus tertutup dan individual tidak tercakup dalam pengertian tersebut. 22 4. Yang tersedia dalam masyarakat Barang danatau yang ditawarkan kepada masyarakat sudah harus tersedia dipasaran. Dalam perdagangan yang makin komples dewasa ini, syarat itu tidak mutlak lagi dituntut oleh masyarakat konsumen. Misalnya, perusahaan pengembang developer perumahan sudah bisa mengadakan transaksi terlebih dahulu sebelum bangunannya jadi. 23 5. Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, makhluk hidup lain Transaksi konsumen ditujukan untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, dan makhluk hidup lain. Unsur yang diletakkan dalam definisi itu mencoba untuk memperluas pengertian kepentingan. Kepentingan ini tidak sekedar ditujukan untuk diri sendiri dan keluarga, tetapi juga barang danatau jasa itu diperuntukkan bagi orang lain diluar diri sendiri dan keluarganya, bahkan untuk makhluk hidup lain, seperti hewan dan tumbuhan. Dan sisi teori kepentingan 22 Ibid., hlm. 8. 23 Ibid, hlm. 9. Universitas Sumatera Utara setiap tindakan manusia adalah bagian dri kepentingannya. Oleh sebab itu, penguraian unsur itu tidak menambah makna apa-apa karena pada dasarnya tindakan memakai suatu barang danatau jasa terlepas ditujukan untuk siapa dan makhluk hidup lain, juga tidak terlepas dari kepentingan pribadi. 24 6. Barang danjasa itu tidak untuk diperdagangkan Pengertian konsumen dalam UUPK ini dipertegas, yakni hanya konsumen akhir. Batasan itu sudah bisa dipakai dalam peraturan perlindungan konsumen diberbagai negara. Secara teoritis hal demikian terasa cukup baik untuk mempersempit ruang lingkup pengertian konsumen, walaupun dalam kenyataannya, sulit menetapkan batas-batas seperti itu. Istilah “hukum konsumen” dan “hukum perlindungan konsumen” sudah sangat sering terdengar. Karena posisi konsumen yang lemah maka ia harus dilindungi oleh hukum. Salah satu sifat sekaligus tujuan hukum itu sendiri adalah memberikan perlindungan pengayoman kepada masyarakat. Jadi, sebenarnya hukum konsumen dan hukum perlindungan konsumen adalah dua bidang hukum yang sulit dipisahkan dan ditarik batsanya. 25 2. Tata Niaga Beras a. Pengertian Tata Niaga Menurut Limbong dan Sitorus pada dasarnya tata niaga memiliki pengertian yang sama dengan pemasaran. Menurut Kotler pemasaran atau tata niaga dapat didefenisikan sebagai suatu proses manajerial dimana individu atau kelompok 24 Ibid. 25 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia Jakarta : Grasindo,2004, hlm. 11. Universitas Sumatera Utara didalamnya mendapatkan apa yang mereka butuhkandan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Tata niaga secara sederhana dikatakan sebagai proses penyaluran barang- barang dari produsen ke konsumen. Produsen adalah mata rantai pertama dan konsumen adalah mata rantai yang terakhir. Tata niaga adalah semua kegiatan bisnis yang terlibat dalam arus barang dan jasa dari titik produksi hingga barang dan jasa tersebut ada ditangan konsumen. 26 Defenisi tata niaga pemasaran ini menurut Kotler berpijak pada konsep- konsep inti sebagai berikut : a. Kebutuhan, keinginana dan permintaan b. Produk c. Nilai, biaya dan kepuasan d. Pertukaran, transaksi, dan hubungan e. Pasar f. Pemasaran dan Pemasar Titik tolak disiplin pemasaran terletak pada kebutuhan manusia. Manusia membutuhkan makanan, udara, air, pakaian dan perumahan untuk hidup. Disamping itu, orang mempunyai keinginan yang kuat untuk rekreasi, pendidikan dan jasa-jasa lainnya, mereka mempunyai preferensi yang kuat akan versi dan merek barang dan jasa-jasa dasar tertentu. Kebutuhan manusia adalah suatu 26 Lielo, “Tata Niaga Pertanian”, www.slideshare.netlielo23tataniaga.pertanian diakses tanggal : 4 November 2013 Universitas Sumatera Utara keadaan perasaan kekurangan akan kepuasan dasar tertentu. Misalnya, manusia membutuhkan makanan, pakaian, perumahan, masyarakat untuk bergaul, kehormatan dan beberapa hal lain untuk hidup. b. Lembaga-lembaga dan Saluran Tata Niaga Menurut Moehar lembaga tata niaga adalah orang atau badan yang terlibat dalam proses pemasaran hasil pertanian. Lembaga tata niaga adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Menurut Kotler saluran tata niaga adalah beberapa organisasi yang bergantung dan terlibat dalam proses mengupayakan agar produk atau jasa tersedia untuk dikonsumsi. Saluran tata niaga adalah orgnisasi-organisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam prose yang membuat produk dan jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi konsumen. 27 Contoh saluran Tata niaga : a Pedagang Besar ---- Pedagang eceran ---- Konsumen b Produsen---Pedagang pengumpul---Pedagang besar---Pedagang eceran--- Konsumen c Pedagang besar---eksportir---pedagang eceran---konsumen d Suplayer---restoran---konsumen 27 Lielo, “Tata Niaga Pertanian”, www.slideshare.netlielo23tataniaga.pertanian diakses tanggal : 4 November 2013 Universitas Sumatera Utara Secara umum saluran melalui lembaga-lembaga tersebut dapat dilihat seperti berikut : SKEMA 1 SALURAN MELALUI LEMBAGA-LEMBAGA Sumber: Moehar 2001, Lielo “Tata Niaga Pertanian”, www.slideshare.netlielo23tataniaga.pertanian diakses tanggal : 4 November 2013. Yang dimaksud dengan golongan fasilitator terdiri dari unit-unit atau satuan usaha yang membantu pelaksaan pendistribusian produk-produk itu, tetapi tidak menjadi pemilik produk dan tidak pula merundingkan baik pembelian maupun penjualan. Golongan pedagang perantara -Pedagang, pengumpul hasil bumi -importir – eksportir - Pedagang besar Wholesaler -Pedagang eceran retailers Golongan Produsen Manufaktur -Pengangkut – Bank –Asuransi –Reklame -Makelar- Komisioner – Konsultan Perniagaan -Pergudangan Golongan Fasilitator Universitas Sumatera Utara Setelah menjabarkan mengenai tata niaga, berikut ini akan dijabarkan pula mengenai beras. Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan tentang impor dan ekspor beras Nomor 12M-DAGPER42008 Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: Beras adalah biji-bijian baik berkulit, tidak berkulit, diolah atau tidak diolah yang berasal dari spesies Oriza sativa, dengan rincian jenis beras sebagaimana tercantun dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini. 28 Oryza Marga Padi Kata Latin Oryza berarti padi dan Sativa berarti yang mengenyangkan atau yang memuaskan. Tumbuhan monokotil semusim ini banyak dibudidayakan sebagai sumber makanan pokok masyarakat Indonesia. Selain masyarakat Indonesia, padi juga merupakan makanan pokok bagi banyak negara di dunia, terutama di Asia. Padi memiliki banyak kultuvar karena tanaman ini sudah sangat lama dibudidayaakan dan diusahakan agar dapat memenuhi kebutuhan pokok manusia. Padi yang unggul adalah padi yang berumurnya pendek, bulirnya banyak, enak rasanya dan tahan penyakit. 29 3. Pasar Bebas Pada abad berikut, mau tidak mau, suka tidak suka, kita akan memasuki pasar bebas. Sehubungan dengan itu banyak kalangan resah berkaitan dengan masalah- masalah etis, khususnya masalah keadilan, yang muncul sehubungan dalam sistem 28 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 12M-DAGPER42008 Tentang Impor dan Ekpor Beras 29 Budi Suhono et.al; Ensiklopedia Flora Buku 2, Bogor: Kharisma Ilmu, 2010. hlm. 101. Universitas Sumatera Utara perdagangan bebas tersebut. Akar filosofis dari perdagangan bebas tersebut dengan menggali pemikiran-pemikiran etis filosofis dari Adam Smith. 30 Adam Smith 1723-1790 adalah ahli ekonomi dan filsafat asal Skotlandia,Inggris. Ia disebut sebagai bapak ilmu ekonomi dan tokoh utama mahzab ekonomi klasik serta perancang ekonomi kapitalis. Dialah yang menganjurkan agar pemerintah tidak banyak melakukan campur tangan dalam perekonomian. 31 Adam Smith lebih dikenal sebagai seorang ekonom daripada sebagai seorang filsuf, apalagi seorang filsuf moral. Ketenarannya sebagai ekonom, khususnya sebagai pencetus sistem ekonomi pasar bebas, sedemikian besar sehingga orang lupa bahwa Adam Smith sesungguhnya adalah seorang filsuf moral dan sistem ekonomi pasar bebasnya dicetuskan dalam kerangka kuliahnya mengenai moralitas. 32 Sistem Pasar Bebas Free Market yang dikemukakan oleh Adam Smith dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nation Penyelidikan tentang Sifat dan Sebab Kekayaan Negara atau yang diasingkat The Wealth of Nations terbit 9 Maret 19776, dianggap sebagai sistem ekonomi klasik. Analisis formal dari buku The Wealth of Nations dimulai dengan pertimbangan kerja dan fenomena interdependensi ekonomi dan kemudian diteruskannya dengan analisis harga, alokasi sumber daya dan proses distribusi. 33 30 A. Sonny Keraf, Pasar Bebas Keadilan dan Peran Pemerintah Telaah Atas Etika Ekonomi Adam Smith Yogyakarta: KANISIUS,1996, hlm. 17. 31 Abdul Syukur; et. al, Ensiklopedia untuk pelajar buku 9, Jakarta : Ictiar Baru Van Hoeve, 2005, hlm. 124. 32 A. Sonny Keraf, op.cit, hlm. 17. 33 Abdul Syukur, et. al ; op. cit , hlm. 124. Universitas Sumatera Utara Ajaran Adam Smith mengenai pasar yang mengatur dirinya sendiri Self- regulating market sebagai penerapan hakiki ajaran dia mengenai tatanan kosmis dalam ekonomi, telah menjadi ajaran inti suatu ilmu baru pada waktu itu, yaitu politik ekonomi. Walaupun beberapa pendahulunya, terutaman Hutcheson, telah berusahamenerapkan konsep tatanan ilmiah pada bidang ekonomi. Adam Smith lah yang berhasil mengembangkan dan menerapkansecara rinci teori tatanan ilmiah yang terpadu dalam bidang ekonomi. Tatanan ekonomi yang harmonis ini akan bekerja sesuai dengan kecendrungan dasarnya sedemikian rupa sehinggamembawa hasil-hasil yang bergunabagi umat manusia. Inilah yang membuat Adam Smith sangat terkenal. 34 Pasar bebas bagi Adam Smith merupakan penerapan konsep tatanan kosmis yang harmonis dalam bidang ekonomi. Pasar bebasr merupakan panggung sosial- ekonomi satu-satunya yang memungkinkan keadilan dapat diwujudkan. Pasar bebas adalah perwujudan dari apa yang disebut Adam Smith sebagai sistem kebebasan kodrati dan keadilan. 35 Sudah diketahui umum bahwa kebesaran Smith sebagai bapak politik ekonomi terletak dalam teorinya mengenai sistem pasar bebas. Pasar bebas merupakan perwujudan kebebasan kodrati dan keadilan, atau merupakan perwujudan hukum kodrat dalam bidang ekonomi. 36 Salah seorang filsuf paling terkemuka yang mengikuti jejak langkah Adam Smith dan merumuskan secara paling pas hakikat sistem ekonomi pasar bebas adalah Friedrich A von Hayek. Menurut Hayek, untuk memahami secara tepat 34 A. Sonny Keraf, op. cit; hlm. 32. 35 A. Sonny Keraf. Op.cit, hlm. 197. 36 Ibid, hlm. 198. Universitas Sumatera Utara hakikat pasar bebas kita harus membedakan antara sebuah ekonomi dalam pengertiannya yang ketat dan ekonomi pasar bebas.Sebuah ekonomi dalam pengertian yang sebenarnya, kata Hayek adalah sebuah organisasi, sebuah taxis, yaitu sebuah usaha sadar untuk mengerahkan segala daya dan upaya yang telah diketahui untuk mencapai tujuan tertentu. Sebuah pasar bebas justru sebaliknya adalah sebuah tatanan spontan, sebuah catallaxy, yang tidak pernah dapat dikendalikan oleh suatu tujuan tunggal. Dengan demikiansebuah ekonomi dalam pengertian yang sebenarnya adalah hasil rancangan manusia, pasar bebas bukan merupakan hasil rancangan manusia, walaupun mungkin disebabkan oleh tindakan manusia. 37 Pasar bebas berfungsi mempertahankan sebuh tatanan yang akan memberikan peluang bagi setiap orang untuk mencapai tujuannya sendiri-senidri. Pasar bebas adalah tatanan kosmis yang memungkinkan setiap individu mengejar kepentingannya dan dengan demikian pada akhirnya mewujudkan apa yang menjadi tujuan dari pasar bebas itu sendiri. 38 4. Perdagangan Bebas Perdagangan bebas dalam arti yang sebenarnya adalah arus barang dan jasa yang bebas melewati batas negara. Perdagangan ini tidak dihambat oleh campurtangan pemerintah, baik dalam bentuk tarif maupun hambatan-hambatan lainnya. Perdagangan bebas dalam arti yang sebenarnya tidak pernah tercapai. Hal ini sebagian disebabkan oleh karena tidak mungkinnya masyarakat diyakinkan 37 Ibid, hlm.198. 38 Ibid, hlm. 199 . Universitas Sumatera Utara sepenuhnya bahwa bukanlah suatu hal yang adil untuk memberikan hak bersaing kepada orang asing di negara asal. Terlebih lagi pemerintah pun tidak selalu bersedia untuk menolak kepentingan-kepentingan domestik yang menganggap diri mereka dirugikan oleh pesaing asing. Istilah perdagangan bebas identik dengan adanya hubungan dagang antar negara anggota maupun negara non-anggota. Dalam implementasinya perdagangan bebas harus memperhatikan beberapa aspek yang mempengaruhi yaitu mulai dengan meneliti mekanisme perdagangan, prinsip sentral dari keuntungan komparatif comparative advantage, serta pro dan kontra dibidang tarif dan kuota, serta melihat bagaimana berbagai jenis mata uang atau valuta asing diperdagangkan berdasarkan kurs valuta asing. 39

F. Metode Penelitian