Hal-hal Yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha

Dalam UUPK pelaku usaha diwajibkan beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya, sedangkan bagi konsumen, diwajibkan beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa. Dalam UUPK tampak bahwa itikad baik lebih ditekankan pada pelaku usaha, karena meliputi semua tahapan dalam melakukan kegiatan usahanya, sehingga dapat diartikan bahwa kewajiban pelaku usaha untuk beritikad baik dimulai sejak barang dirancangdiproduksi sampai pada tahap purna penjualan, sebaliknya konsumen hanya diwajibkan beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa. Hal ini tentu saja disebabkan karena kemungkinan terjadinya kerugian bagi konsumen dimulai sejak barang dirancangdiproduksi oleh produsen pelaku usaha, sedangkan bagi konsumen, kemungkinan untuk dapat merugikan produsen mulai pada saat melakukan transaksi dengan produsen. 134

3. Hal-hal Yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha

Seperti diketahui bahwa Undang-Undang Perlindungan Konsumen menetapkan tujuan perlindungan konsumen antara lain adalah untuk mengangkat harkat kehidupan konsumen, maka untuk maksud tersebut berbagai hal yang membawa akibat negatif dari pemakaian barang danatau jasa harus dihindarkan dari aktivitas perdagangan pelaku usaha. Sebagai upaya untuk menghindarkan akibat negatif pemakaian barang danatu jasa tersebut, maka undang-undang menentukan berbagai larangan sebagai berikut: 1 Larangan pada Produksi dan Perdagangan 134 Ibid. hlm. 54. Universitas Sumatera Utara Pasal 8 UUPK 135 1 Pelaku usaha dilarang memproduksi danatau memperdagangkan barang danjasa yang: a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih, atau netto, dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam lebel atau etiket barang tersebut; c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya; d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam lebel, etiket atau keterangan barang danatau jasa tersebut; e. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposiusi, proses pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam lebel atau keterangan brang danatau jasa tersebut; f. tidak sesuai dengan jani yang dinyatakan dalam lebel, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang danatau jasa tersebut; g. tidak mencamtumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu penggunaan pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu; h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan “halal” yang dicantumkan dalam lebel; 135 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 8. Universitas Sumatera Utara i. tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, beratisi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan,akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha, serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasangdibuat; j. tidak mencantumkan informasi danatau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 2 Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barangyang rusak, cacat atau bekas dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang dimaksud. 3 Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi secara lengkap dengan benar. 4 Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat 1 dan ayat 2 dilarang memperdagangkan barang danatau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran. Penjelasan: Ayat 1 huruf g : “jangka waktu penggunaan pemanfaatannya yang paling baik adalah terjemahan dari kata best before yang biasa digunakan dalam label produk makanan.” Universitas Sumatera Utara Ayat 2 : “Barang-barang yang dimaksud adalah barang-barang yang tidak membahayakan konsumen dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.” Ayat 3 : “Sediaan informasi dan pangan yang dimaksud adalah yang membahayakan konsumen menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Ayat 4 : “Menteri dan menteri teknis berwenang menarik barang danatau jasa dari peredaran.” Pada intinya substansi pasal ini tertuju pada dua hal, yaitu larangan memperoduksi barang danatau jasa, dan larangan memperdagangkan barang danatau jasa yang dimaksud. Larangan-larangan yang dimaksud ini, hakikatnya menurut Nurnadjito yaitu untuk mengupayakan agar barang dan atau jasa yang beredar, antara lain asal-usul, kualitas sesuai dengan informasi pengusaha baik melalui label, etiket, iklan dan lain sebagainya. 136 2 Larangan pada Penawaran dan Pengiklanan Pasal 9 UUPK menerangkan: 137 1 Pelaku usaha dilarang menawarkan, memproduksikan, mengiklankan suatu barang danatau jasa secara tidak benar, danatau seolah-olah: 136 Sutarman Yodo, Op.Cit. hlm. 65. 137 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 9. Universitas Sumatera Utara a. Barang tersebut telah memenuhi danatau memiliki potongan harga, harga khusus, standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu,karakteristik tertentu, sejarah atau guna tertentu; b. Barang tersebut dalam keadaaan baik danatau baru; c. Barang danatau jasa tersebut telah mendapatkan danatau memiliki sponsor, persetujuan, perlengkapan tertentu, keuntungan tertentu, ciri-ciri kerja atau aksesori tertentu; d. Barang danatau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang mempunyai sponsor, persetujuan atau afiliasi; e. Barang dan atau jasa tersebut tersedia; f. Barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi; g. Barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang tertentu; h. Barang tersebut berasal dari daerah tertentu; i. Secara langsung danatau tidak langsung merendahkan barang danatau jasa lain; j. Menggunakan kata-kata yang berlebihan seperti aman, tidak berbahaya, tidak mengandung resiko atau efek samping tanpa ada keterangan yang lengkap; k. Menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti. 2 Barang danatau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilarang untuk diperdagangkan. Universitas Sumatera Utara 3 Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ayat 1 dilarang melanjutkan penawaran, promosi dan pengiklanan barang danatau jasa tersebut. 3 Larangan Pada PromosiIklan Pasal 10 UUPK: 138 “Pelaku usaha dalam menawarkan barang danatau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai: a. Harga atau tarif suatu barang danatau jasa; b. Kegunaan suatu barang danatau jasa; c. Kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang danatau jasa; d. Tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan; e. Bahaya penggunaan barang danatau jasa.” 4 Larangan pada Penjualan Obral Pasal 11 UUPK mengatakan : 139 “Pelaku usaha dalam hal penjualan yang dilakukan melalui obral atau lelang, dilarang mengelabuimenyesatkan konsumen dengan: 138 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 10. 139 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 11. Universitas Sumatera Utara a. Menyatakan barang danatau jasa tersebut seolah-olah telah memenuhi standar mutu tertentu; b. Menyatakan barang danatau jasa tersebut seolah-olah tidak mengandung cacat tersembunyi; c. Tidak berniat untuk menjual barang yang ditawarkan melainkan dengan maksud untuk menjual barang-barang lain; d. Tidak menyediakan barang dalam jumlah tertentu danatau jumlah yang cukup dengan maksud menjual barang yang lain; e. Tidak meyediakan jasa dalam kapasitas tertentu atau dalam jumlah cukup dengan maksud menjual jasa yang lain; f. Menaikkan harga atau tarif barang danatau jasa sebelum melakukan obral.” Penjelasan Huruf d : “ Yang dimaksud dengan jumlah tertentu dan numlah yang cukup adalah jumlah yang memadai sesuai dengan antisipasi permintaan konsumen.” Nurmadjito mengatakan, berbagai macam cara penjualandilakukan untuk mencapai target penjualan atau pengutamaan meraih pangsa pasra serta keuntungannya, dilakukan pelaku usaha dengan mengupayakan barang danatau jasa produk yang ditampilkan menarik dengan harga yang terjangkau. Cara tersebut antara lain dilakukan melalui obral, undian, pemberian hadiah, atau sejenisnya dengan maksud ingin memperoleh perhatian atas produk atau usaha Universitas Sumatera Utara yang dilakukan. Namun adakalanya terjadi akses seperti penjualan obral dilakukan pada saat barangnya berada dalam posisi over stock atau mode produk tersebut sudah tidak mutakhir, yang lebih banyak dikenal dengan “Cuci Gudang” Garage Sale. Ekses yang dimaksud, adalah karena sesungguhnya cara penjualan obral adalah cara yang digemari konsumen karena ada harapan memperoleh produk berkualitas dengan harga yang lebih murah, yang kenyataannya produk- produk tersebut adalah produk sisa akibat kelebihan persediaan atau produk yang sudah tidak mutakhir. Nurmadjito dalam bagianlain juga mengatakan bahwa termasuk kategori iniadalah penjualan yang memanipulasi pemberian hadiah secara cuma-cuma dengan maksud menarik minat konsumen berkunjung ketempat usahanya, namun janji tidak ditepati dengan berbagai alasan sekaligus menganjurkan konsumen untuk membeli produk lain yang tersedia. 140 5 Larangan Pada HargaTarif Khusus dan Hadiah Pasal 12 UUPK mengemukakan: 141 “Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau mengiklankan suatu barang danatau jasa dengan harga atau tarif khusus dalam waktu dan jumlah tertentu, jika pelaku usaha tersebut tidak bermaksud untuk melaksanakannya sesuai dengan waktu dan jumlah yang ditawarkan, dipromosikan, atau diiklankan.” Pasal 13 UUPK : 142 140 Sutarman Yodo, Ibid, hlm.93. 141 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 12. Universitas Sumatera Utara 1 Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan suatu barang danatau jasa dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang danatau jasa lain secara cuma-Cuma dengan maksud tidak memberikannya atau memberikan tidak sebagaimana yang dijanjikannya. 2 Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan obat, obat tradisional, suplemen, makanan, alat kesehatan dan jasa pelayanan kesehatan dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang danatau jasa lain. Pasal 14 UUPK: 143 “Pelaku usaha dalam menawarkan barang danatau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dengan memberikan hadiah melalui cara undian, dilarang untuk ; a. Tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu yang dijanjikan; b. Mengumumkan hasilnya tidak melalui media massa; c. Memberikan hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan; d. Mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah yang dijanjikan.” Pasal 15 UUPK: 144 “Pelaku usaha dalam menawarkan barang danatau jasa dilarang melakukan dengan cara pemaksaan atau cara lain yang dapat menimbulkan gangguan baik fisik maupun psikis terhadap konsumen.” 142 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 13. 143 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 14. 144 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 15. Universitas Sumatera Utara Pada dasarnya Pasal 15 UUPK tersebut, tidak melarang door to door sale, namun yang dilarang adalah cara pelaksanaan yang diperagakan secara “profesional” oleh sales sebagai pelaku usaha, yang menjadikan unsur paksaan tersebut tidak tampak secara konkrit dimata konsumen. Jadi sepanjang cara paksaan yang dimaksud tidak dilakukan, door to door sale dapat saja dilakukan sesuai asas konsensual. 145 Pasal 16 UUPK: 146 “Pelaku usaha dalam menawarkan barang danatau jasa melalui pesanan dilarang untuk : a. Tidak menepati pesanan danatau kesepakatan waktu penyelesaian sesuai dengan yang dijanjikan; b. Tidak menepati janji atas suatu pelayanan danatau prestasi.” 6 Larangan Pada Usaha Periklanan Pasal 17 UUPK: 147 1 Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi ilan yang : a. Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan harga barang danatau tarif jasa, serta ketetapan waktu penerimaan barang danatau jasa; b. Mengelabui jaminangaransi terhadap barang danatau jasa; 145 Sutarman Yodo, Ibid, hlm. 99 146 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 16. 147 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 17. Universitas Sumatera Utara c. Memuat informasi yang keliru, salah atau tidak tepat mengenai barang danatau jasa; pernyataan yang salah; d. Tidak memuat informasi mengenai resiko pemakaian barang danatau jasa; e. Mengeksploitasi kejadian danatau seseorang tanpa seizin yang berwenang atau persetujuan yang bersangkutan; f. Melanggar etika danatau ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai periklanan. 2 Pelaku usaha periklanan dilarang melanjutkan peredaran iklan yang telah melanggar ketentuan pada ayat 1. Iklan sebagai salah satu bentuk informasi, merupakan alat bagi produsen untuk memperkenalkan produknya kepada masyarakat agar dapat mempengaruhi kecendrungan masyarakat untuk menggunakan atau mengkonsumsi produknya. Demikian pula sebaliknya, masyarakat akan memperoleh gambaran tentang produk yang dipasarkan melalui iklan. Namun masalahnya adalah, iklan tersebut tidak selamanya memberikan informasi yang benar atau lengkap tentang sesuatu produk, sehingga konsumen dapat saja menjatuhkan pilihannya terhadap suatu produk tertentu berdasarkan informasi yang tidak lengkap tersebut. Secara teoretik, umumnya iklan terdiri atas dua jenis, yaitu iklan standar dan iklan layanan masyarakat. Iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan memperkenalkan barangjasa pelayanan untuk konsumen melalui media. Tujuan iklan ini adalah merangsang motif danminat para konsumen, sehingga konsumen mengambil sikap terhadap barang danatau jasa yang ditawarkan. Sedangkan iklan layanan masyarakat adalah iklan yang bersifat non Universitas Sumatera Utara profit, tapi umumnya bertujuan memberikan informasi dan penerangan serta pendidikan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan dengan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi atau bersikap positif terhadap pesan yang disampaikan. 148

4. Ganti Rugi