2. Peran Pengawasan.
Banyak orang beranggapan bahwa satu-satunya yang berkewajiban memberikan perlindungan konsumen adalah organisasi konsumen. Anggapan ini
tentunya tidak benar. Perlindungan konsumen sebenarnya menjadi tanggung jawab semua pihak yaitu pemerintah, pelaku usaha, organisasi konsumen, dan
konsumen itu sendiri. Tanpa adanya andil dari keempat unsur tersebut sesuai dengan fungsinya masing-masing maka tidaklah mudah mewujudkan
kesejahteraan konsumen . Pemerintah bertindak sebagai pengayom masyarakat, dan juga sebaga pembina pelaku usaha dalam meningkatkan kemajuan industri
dan perekonomian negara. Bentuk perlindungan konsumen yang diberikan adalah dengan mengeluarkan undang-undang, peraturan-peraturan pemerintah, atau
Penerbitan Standar Mutu Barang. Disamping itu tidak kalah pentingnya adalah melakukan pengawasan pada penerapan peraturan, ataupun standar-standar yang
telah ada.
189
Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 30 Ayat 1 menyebutkan
bahwa “Pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan ketentuan peraturan perundang-undangannya diselenggarakan oleh
pemerintah, masyarakat, dan lembaga perlindungan konsumen swadaya msyarakat.”
Dalam melaksanakan penegakan hukum law enforcemen perlindungan konsumen, khususnya dalam hal impor beras, perlu adanya alat negara yang
189
Sutarman Yodo, Op.Cit. hlm.110.
Universitas Sumatera Utara
melaksanakannya. Berdasarkan Pasal 59 Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 telah diatur tentang penyidikan. Dalam pasal
tersebut diatur bahwa selain Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan instansi pemeintah yang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya dibidang perlindungan konsumen juga diberi wewenang khusus sebagai penyidik. Maka dari itu, untuk memenuhi peran
pengawasan pemerintah terhadap impor beras guna melindungi konsumen beras impor, sebagamana yang diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia Nomor : 12M-DAGPER20042008 Tentang Ketentuan Impor dan Ekspor Beras telah diatur tentang Verifikasi atau Penelususran Teknis Impor dan
Ekspor beras dalam BAB VI Peraturan Menteri Perdagangan tersebut. Pasal 11 Peraturan Menteri Perdagangan tersebut menyatakan bahwa setiap
pelaksanaan impor beras wajib terlebih dahulu dilakukan verivikasi atau penelusuran teknis dipelabuhan muat negara asal beras impor. Pelaksanaan
verifikasi atau penelusuran teknis dilakukan oleh surveyor yang ditetapkan oleh Menteri. Pasal 12 ayat 2 menerangkan bahwa hasil verifikasi dituangkan dalam
bentuk Lapran Surveyor LS untuk digunakan sebagai dokumen pelengkap pabean dalam penyelesaian kepabeaan dibidang impor.
Selain itu peran pemerintah dalam pengawasan impor beras termuat dalam BAB VII Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 12M-
DAGPER20042008 Tentang Ketentuan Impor dan Ekspor Beras. BAB VII mengenai Pelaporan Pelaksanaan Impor dan ekspor Beras. Pasal 15 menerangkan
bahwa Perusahaan Umum BULOG yang telah mendapat persetujuan impor beras
Universitas Sumatera Utara
wajib menyampaikan laporan pelaksanaan impor beras secara tertulis kepada Menteri, dengan tembusan disampaikan kepada Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian; dan Menteri Pertanian. Laporan disampaikan setiap bulan, paling lambat pada tanggal 15 bulan berikutnya. Pasal 16 menerangkan bahwa Importir
yang telah mendapatpersetujuan impor wajib menyampaikan laporan pelaksanaan impor beras secara tertulis kepada Direktur Jendral dengan tembusan kepada
Direktur Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Direktur Jedral
Perdagangan Dalam Negeri, Depatermen Perdagangan. Pasal 17 menyatakan
bahwa importir yang telah mendapat pengakuan sebagai Importir Produsen Beras IP-Beras wajib menyampaikan laporan pelaksanaan impor beras secara tertulis
setiap bulan kepada Direktur Jendral dengan tembusan Direktur Jendral Industri Agro dan Kimia, dalam hal ini Direktur Industri Agro, Depatermen Perindustrian
dan Direktur Jendaral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Depatermen Pertanian. Pasal 18 menyebutkan bahwa LembagaOrganisasi Sosial atau badan
pemerintah yang telah mendapat persetujuan impor beras berasal dari hibah wajib menyampaikan laporan pelaksanaan impor beras secara tertulis setiap bulan,
paling lambat pada tanggal 15 bulan berikutnya setiap bulan pelaksanaan. Laporan disampaikan kepada Menteri dalam hal ini Direktur Jendral dengan
tembusan kepada Menteri Pertanian dalan hal ini Direktur Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian; Menteri Sosial dalam hal iniDirektur Jendral Bantuan
dan Jaminan Sosial, Depatermen Sosial; Deputi II Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan; dan Direktur Jendral Perdagangan
Dalam Negeri, Depatermen Perdagangan. Hal ini menunjukan bahwa pemerintah
Universitas Sumatera Utara
beserta menteri-menteri terkait mengawasi secara ketat importir dan beras impor yang masuk dalam kepabeaan Negara Republik Indonesia dengan ketat guna
menjalankan kewajiban untuk melindungi konsumen beras dalam negeri. Dalam Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001
tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen, Disebutkan bahwa perlindungan konsumen dilakukan secara bersama oleh
pemerintah, masyarakat dan LPKSM Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat, mengingat banyak ragam dan jenis barang danatau jasa
yang beredar dipasar serta luasnya wilayah Indonesia. Berdasarkan penjelasan tersebut, tugas pengawasan tidak hanya dibebankan kepada pemerintah,
masyarakat umum dan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat LPKSM juga bisa terlibat secara aktif. Sebagaimana yang diatur dalam Undang-
Undang Perlindungan Konsumen pasal 30 ayat 3 bahwa “Pengawasan oleh masyarakat dan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
dilakukan terhadap barang danatau jasa yang beredar dipasar.” Ayat 4 mengatur bahwa “ Apabila hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 ternyata
menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku dan membahayakan konusumen, Menteri danatau menteri teknis mengambil tindakan
sesuai dengan peraturan perundang-undngan yang berlaku.” Hasil pengawasan yang diselenggarakan oleh masyarakat dan LPKSM dapat disebarluaskan kepada
masyarakat dan bisa disampaikan kepada menteri dan menteri teknis. a
Pengawasan Oleh Pemerintah
Universitas Sumatera Utara
Tugas pengawasan pemerintah terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen dilakukan oleh menteri atau menteri teknis terkait. Bentuk pengawasan
oleh pemerintah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggararan Perlindungan Konsumen
Pasal 8 sebagai berikut : 1
Pengawasan oleh pemerintah dilakukan terhadap pelaku usaha dalam memenuhi standar mutu produksi barang danatau jasa, pencantuman label
dan klausula baku, promosi, pengiklanan, serta pelayanan penjual barang danatau jasa.Pelayanan purna jual yang dimaksud adalah pelayanan yang
dilakukan oleh pelaku usaha terhadap konsumen, seperti adanya jaminan atau garansi.
2 Pengawasan dilakukan dalam proses produksi, penawaran, promosi,
pengiklanan, dan penjualan barang danatau jasa. 3
Hasil pengawasan dapat disebarluaskan kepada masyarakat. 4
Ketentuan mengenai tata cara pengawasan ditetapkan oleh menteri dan atau menteri teknis terkait bersama-sama atau sendiri-sendiri sesuai
dengan bidang tugas masing-masing. b
Pengawasan Oleh Masyarakat
Bentuk pengawasan oleh masyarakat diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Perlindungan Konsumen Pasal 9 sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1 Pengawasan oleh masyarakat dilakukan terhadap barang danatau jasa
yang beredar dipasar. 2
Pengawasan dilakukan dengan cara penelitian, pengujian, danatau survei. 3
Aspek pengawasan meliputi pemuatan informasi tentang resiko penggunaan barang jika diharuskan, pemasangan label, pengiklanan, dan
lain-lain yang disyaratkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan dan kebiasaan dalam praktek dunia usaha.
4 Hasil pengawasan dapat disebarluaskan kepada masyarakat dan dapat
disampaikan kepada menteri dan menteri teknis. c
Pengawasan Oleh Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat LPKSM.
Bentuk pengawasan oleh LPKSM diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Perlindungan Konsumen Pasal 10 sebagai berikut : 1
Pengawasan oleh LPKSM dilakukan terhadap barang danatau jasa yang beredar dipasar.
2 Pengawasan dilakukan dengan cara penelitian, pengujian, danatau survei
dalam penjelasan PP Nomor 58 Tahun 2001 tentang Cara Melakukan Pengawasan disamping melalui penelitian, pengujian danatau survei bisa
juga berdasarkan laporan dan pengaduan dari masyarakat baik yang bersifat perorangan ataupun kelompok.
3 Aspek pengawasan meliputi pemuatan informasi tentang resiko
penggunaan barang jika dihapuskan, pemasangan label, pengiklanan, dan
Universitas Sumatera Utara
lain-lain yang disyaratkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan dan kebiasaaan dalam praktik dunia usaha.
4 Penelitian pengujian danatau survei dilakukan terhadap barang danatau
jasa yang diduga tidak memenuhi unsur keamanan, kesehatan, kenyamanan dan keselamatan konsumen. dalam Penjelasan PP Nomor 58
Tahun 2001 : cara melakukan pengawasan disamping melalui penelitian, pengujian danatau survei dapt juga berupa laporan dan pengaduan dari
masyarakat baik yang bersifat perorangan maupun kelompok. 5
Hasil pengawasan dapat disebarluaskan kepaa masyarakat dan dapat disampaikan kepada menteri dan menteri teknis.
Pengujian terhadap barang danatau jasa yang beredar, sebagaimana diatur dalam Pasal 10 diatas, dilakukan melalui laboratorium penguji yang telah
diakreditasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ketentuan PP nomor 58 Tahun 2001. Maksud dari ketentuan ini adalah
mendapatkan hasil yang objektif, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan. Lembaga laboratorium yang terakreditasi bisa berupa lembaga nasional atau
internasional.
3. Peran Penindakan