Hak Konsumen Atas Informasi

Kebijakan pengadaan beras dari luar negeri dengan tetap menjaga kepentingan petani dan konsumen, pengadaan beras dari luar negeri jika ketersedian beras dalam negeri tidak mencukupi, untuk kepentingan memenuhi kebutuhan stok dan cadangan beras pemerintah, danatau untuk menjaga stabilitas harga dalam negeri. Pelaksana kebijakan pengadaan beras dari luar negeri dilakukan oleh Perum Bulog. Dengan demikian, harga beras impor yang beredar di pasar ditentukan oleh standar Harga Pembelian Pemerintah HPP ditambah dengan tarif masuk beras impor tersebut, sehingga harga beras impor dipasaran lebih mahal daripada harga beras yang berasal dari dalam negeri, namun besaran harga jual beras impor ke pasaran tetap dalam pengawasan Pemerintah dan Perum BULOG.

4. Hak Konsumen Atas Informasi

Hak konsumen atas informasi ini sangat penting, karena tidak memadainya informasi yang disampaikan kepada konsumen ini dapat juga merupakan salah satu bentuk cacat produk, yaitu yang dikenal dengan cacat instruksi atau cacat karena informasi yang tidak memadai. Hak atas informasi yang jelas dan benar dimaksudkan agar konsumen dapat memperoleh gambaran yang benar tentang suatu produk, karena dengan informasi tersebut konsumen dapat memilih produk yang diinginkansesuai kebutuhannya serta terhindar dari kerugian akibat kesalahan dalam penggunaan produk. Informasi yang merupakan hak konsumen tersebut diantaranya adalah mengenai manfaat kegunaan produk; efek samping atas penggunaan produk; tanggal kadaluwarsa; serta identitas produsen atau Universitas Sumatera Utara importir dari produk tersebut. Informasi tersebut dapat disampaikan baik secara lisan, maupun secara tertulis, baik dilakukan dengan mencantumkan pada label yang melekat pada kemasan produk, maupun pada iklan-iklan yang disampaikan oleh produsen, baik melalui media cetak maupun media elektronik. Informasi ini dapat memberikan dampak yang signifikan untuk meningkatkan efisiensi dari konsumen dalam memilih produk serta meningkatkan kesetiaanya terhadap produk tertentu, sehingga akan memberikan keuntungan bagi perusahaanyang memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian, pemenuhan hak atas informasi ini akan menguntungkan baik konsumen maupun produsen. 179 Hak untuk mendapatkan informasi menurut Prof. Hans W. Micklitz, seorang ahli hukum konsumen dari Jerman, dalam ceramah di Jakarta, 26-30 Oktober 1998 membedakan konsumen berdasarkan hak ini. Ia menyatakan sebelum kita melangkah lebih detail dalam perlindungan konsumen, terlebih dahulu harus ada persamaan presepsi tentang tipe konsumen yang akan mendapatkan perlindungan. Menurutnya, secara garis besar dapat dibedakan dua tipe konsumen, yaitu : 180 a. Konsumen yang terinformasi weel-informed b. Konsumen yang tidak terinformasi. Ciri-ciri konsumen yang terinformasi sebagai tipe pertama adalah memiliki tingkat pendidikan tertentu, mempunyai sumber daya ekonomi yang cukup, sehingga dapat berperan dalam ekonomi pasar, dan lancar berkominikasi. Dengan 179 Sutarman Yodo, Op.Cit., hlm.41. 180 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : Sinar Grafika, 2009, hlm. 34. Universitas Sumatera Utara memiliki tiga potensi, konsumen jenis ini mampu bertanggung jawab dan relatif tidak memerlukan perlindungan. Ciri-ciri konsumen yang tidak terinformasi sebagai tipe kedua, antara lain kurang berpendidikan, termasuk kategori kelas menengah ke bawah, dan tidak lancar berkomunikasi. Penggunaan teknologi tinggi dalam mekanisme produksi barangjasa akan menyebabkan makin banyaknya informasi yang harus dikuasai oleh masyarakat konsumen. Apa yang dikenal dengan consumer ignorence, yaitu ketidak mampuan konsumen menerima informasi akibat kemajuan teknologi dan keragaman produk yang dipasarkan dapat saja dimanfaatkan secara tidak sewajarnya oleh pelaku usaha. Itulah sebabnya, hukum perlindungan konsumen memberikan hak konsumen atas informasi yang benar, yang di dalamnya tercakup juga hak atas informasi yang proporsional dan memberikan secara tidak diskriminatif. 181 Undang-Undang Pangan juga mengatur mengenai hak konsumen atas informasi, yang mewajibkan pemberian lebel pangan yang bertujuan untuk memberikan informasi yang benar dan jelas kepada masyarakat tentang produk pangan yang dikemas sebelum membeli danatau mengkonsumsi pangan. Setiap orang yang memproduksi pangan danatau mengimpor pangan untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label di dalam danatau pada kemasanpangan pada saat memasuki Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pencantuman lebel di dalam danatau pada kemasan pangan ditulis atau dicetak dengan menggunakan bahasa Indonesia serta memuat paling sedikit keterangan mengenai nama produk,daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau 181 Ibid, hlm. 35. Universitas Sumatera Utara isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau mengimpor, halal bagi yang dipersyaratkan, tanggal dan kode produksi, tanggal, bulan dan tahun kedaluarsa; nomor izin edar bagi pangan olahan, dan asal usul bahan pangan tertentu. 182 Sebagai tindak lanjut atas hak konsumen atas informasi, Pemerintah merasa berkepentingan untuk mengeluarkan PP No. 69 Tahun 1999 tentang Lebel dan Iklan Pangan, sebagai ketentuan khusus yang mengatur permasalahan label dan iklan pangan. Dalam Pasal 1 huruf 4 PP No.69 Tahun 1999 iklan pangan didefenisiskan sebagai setiap keterangan atau pernyataan mengenai pangan dalam bentuk gambar, tulisan atau bentuk lain yang dilakukan dengan berbagai cara untuk pemasaran atau memperdagangkan pangan. Mengenai kewajiban pelaku usaha untuk memberikan keterangan benar dan tidak menyesatkan berkenaan dengan materi iklan pangan dicantum secara tegas dalam Pasal 44 ayat 1 PP No. 69 Tahun 1999 yang menyatakan setiap iklan tentang pangan yang diperdagangkan wajib memuat keterangan mengenai pangan secara benar dan tidak menyesatkan, baik dalam bentuk gambar dan atau suara, pernyataan, dan atau bentuk apapun lainnya. Selain itu dalam ayat 2 ditentukan pula agar setiap iklan tentang pangan tidak boleh bertentangan dengan norma-norma kesusilaan dan ketertiban umum. 183 182 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan Pasal 96-97. 183 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 69 Tahun 1999 tentang Lebel dan Iklan Pangan . Universitas Sumatera Utara Menteri Perdagangan juga telah mengatur ketentuan mengenai pencantuman lebel sebagai informasi kepada konsumen beras. Pencantuman lebel informasi di terangkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia nomor 12M-DAGPER42008 Tentang Ketentuan Impor dan Ekspor Beras yang menyatakan bahwa beras impor harus dikemas dalam kemasan dengan identitas yang jelas yang memuat informasi paling sedikit mengenai : 184 a. jenis dan volume beras; b. tingkat kepecahan apabila dipersyaratkan; c. negara asallembaga pemberi hibah; d. nama dan alamat importir; e. pelabuhan tujuan; dan f. masa berlaku persetujuan impor. 184 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia nomor 12M-DAGPER42008 Tentang Ketentuan Impor dan Ekspor Beras Pasal 4 ayat 4 dan 5, Pasal 6, Pasal 8 Ayat 3 dan Pasal 9 Ayat 4. Universitas Sumatera Utara BAB IV PERAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI KONSUMEN BERAS IMPOR A. Peran Pemerintah Dalam Melindungi Konsumen Beras Impor Peran pemerintah sebagai pemegang regulasi dan kebijakan sangat penting. Tanggung jawab pemerintah dalam melakukan pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen dimaksudkan untuk memberdayakan konsumen agar mendapatkan hak-haknya. Sementara itu, tanggung jawab pemerintah dalam melakukan pengawasan penyelenggaraan perlindungan konsumen juga menjadi bagian yang penting dalam upaya membangun kegiatan usaha yang positif dan dinamis, sehingga hak-hak konsumen tetap bisa diperhatikan oleh para pelaku usaha.

1. Peran Pembinaan