Prinsip Preferensi bagi Negara Sedang Berkembang Prinsip Penyelesaian Sengketa Secara Damai Prinsip Kedaulatan Negara Atas Kekayaan Alam, Kemakmuran dan Kehidupan Ekonominya

internasional harus diberikan untuk memberikan suatu negara atau sektor-sektor industri atau ekonomi tertentu agar dapat menyesuaikan diri kepaa kondisi-kondisi baru demi mendorong persaingan internasional. Prinsip penyelamat ini seperti diatur Pasal XIX GATT merupakan pasal penting, khususnya bagi negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Sudah cukup banyak kasus masuknya produk asing impor ke dalam pasar Indonesia telah mematikan produk dalam negeri. Namun sayangnya pemerintah terkesan lambat menyaksikan telah terjadinya proses ‘kematian” produsen dalam negeri. Hal ini tampaknya kurang dimanfaatkannya pasal mengenai safeguards ini untuk melindungi produsen dalam negeri.

f. Prinsip Preferensi bagi Negara Sedang Berkembang

Prinsip mengenai preferensi negara sedang berkembang adalah prinsip yang mensyaratkan perlunya suatu kelonggaran. Kelonggaran atas aturan-aturan hukum tertentu bagi negara-negara sedang berkembang. Artinya negara-negara maju berhubungan dengan mereka. Perlakuan khusus ini misalnya berupa pengurangan bea masuk untuk produk-produk negara sedang berkembang ke dalam pasar negara maju. Contoh sistem nyata adalah pemberian GSP Generalized System of Preferences atau sistem preferensi umum oleh negara-negara maju kepada negara-negara berkembang. Dasar teori dari sistem preferensi ini adalah bahwa negara-negara harus diperbolehkan untuk menyimpang dari kewajiban-kewajiban MFNuntuk memperbolehkan mereka guna mengurangi tingkat tarifnya pada impor-impor barang manakala barang-barang tersebut berasal dari negara-negara sedang berkembang. Menurut mereka, hal tersebut akan memberikan negara- Universitas Sumatera Utara negara sedang berkembang suatu keuntungan kompetitif tertentu dalam masyarakat industri yang menjadi sasaran ekspor.

g. Prinsip Penyelesaian Sengketa Secara Damai

John H. Jackson yang memperkenalkan prinsip ini. Negara-negara kerapkali memasukkan cara-cara damai, yaitu negoisasi atau konsultasi dalam perjanjian internasionalnya. Kecendrungan sekarang adalah dicantumkannya klausul yang mensyaratkan, apabila kedua cara tersebut gagal, para pihak akan menyerahkan sengketanya kepada pihak ketiga yang netral misalnya arbitrase. Alternatif lainnya adalah menyerahkan kepada badan-badan penyelesaian sengketa khusus yang terdapat dalam suatu organisasi ekonomi internasional. Misalnya, badan penyelesaian sengketa dalam WTO yakni Dispute Settlement Body. 63

h. Prinsip Kedaulatan Negara Atas Kekayaan Alam, Kemakmuran dan Kehidupan Ekonominya

Prinsip ini diperkenalkan oleh Jose Castaneda, sarjana hukum intenasional tekemuka di Meksiko. Menurutnya hukum ekonomi internasional harus memuat serangkaian ketentuan, termasuk didalamnya lembaga-lembaga, praktik, metode dan prinsip-prinsip yang mengatur dan menjamin perlindungan efektif terhadap kekayaan alam, khususnya kekayaan alam negara sedang berkembang. Masalah kekayaan alam terkait dengan kedaulatan negara yang memiliki kekayaan alam 63 Huala Adolf, Op.Cit, hlm. 42. Universitas Sumatera Utara tersebut. Untuk itu, prinsip kedaulatan ngara atas kekayaan alam, kekayaan dan kehidupan ekonominya harus diakui, diformulasikan secara hukum dan dipatuhi. 64

i. Prinsip Kerja Sama Internasional