Prinsip Perlakuan Nasional National Treatment

berbagai perjanjian internasional. Adanya pencantuman prinsip standar minimum ini menjadi suatu aturn hukum kebiasaan internasional dan penerapannyapun telah berkembang yaitu berlaku pula terhadap semua negara, bukan saja pedagang.

b. Prinsip Perlakuan Sama Identical Treatment

Berdasarkan prinsip ini, dua raja bersepakat untuk secara timbal balik memberikan para pedagang mereka perlakuan yang sama identik. Menurut Schwarzenberger, prinsip ini tampak dalam hukum kekebalan diplomatik yang juga menganut prinsip timbal balik. Dalam hal ini pemberian perlakuan yang sama yang sifatnya timbal balik berada sepenuhnya kepada wewenang atau kebijaksanaan para penguasa kedua negara. Prinsip dasar ini lebih dikenal dengan istilah resiprositas reciprocity. Perlakuan yang sama yang demikian biasanya tertuang dalam suatu perjanjian, baik yang sifatnya multilateral maupun bilateral. Oliver Long menganggap resiprositas sebagai suatu prinsip fundamental dalam perjanjian GATT. Prinsip resiprositas antara lain tampak dalam paragraf ke-3, Preambule GATT, yang berbunyi : 56 “Being desirous of contributing to these objectives by entering into reciprocal and mutually advantageous arrangements directed to the substantial reduction of tariffs and other barriers to trade and to the elimination of discriminatory treatment in international commerce.”

b. Prinsip Perlakuan Nasional National Treatment

Prinsip perlakuan nasional disebut juga sebagai klausul perlakuan nasional merupakan salah satu pengejawantahan dari prinsip non-diskriminasi. Klausul ini ditemukan dalam berbagai perjanjian termasuk dalam GATT dan perjanjian- 56 Huala Adolf ,Op.Cit. hlm.29. Universitas Sumatera Utara perjanjian persahabatan, perdagangan dan navigasi. Prinsip ini mensyaratkan suatu negara untuk memperlakukan hukum yang sama yang diterapkan terhadap barang-barang, jasa-jasa atau modal asing yang telah memasuki pasar dalam negerinya dengan hukum yang diterapkan terhadap produk-produk atau jasa yang dibuat didalam negeri. Prinsip ini sifatnya berlaku luas. Prinsip ini juga berlaku terhadap semua jenis pajak dan pungutan-pungutan lainnya, terhadap perundang- undangan, pengaturan dan persyaratan-persyaratan hukum yang mempengaruhi penjualan, pembelian, pengangkutan, distribusi atau penggunaan produk-produk di pasar dalam negeri. Prinsip ini juga memberikan proteksionisme sebagai akibat upaya-upaya atau perlindungan terhadap proteksionisme atau kebijakan administratif atau legislatif. Ketentuan Pasal III.4 tentang National Treatment ini tetap memperoleh pengecualian seperti yang diatur yang diatur dalam Article III.4 poin 8 a yang berbunyi: 57 “Ketentuan-ketentuan artikel III tidak berlaku terhadap Undang-Undang, regulasi dan persyaratan yang menyangkut pembelian pemerintah untuk kebutuhannya sendiri dan tidak untuk dijual ulang sebagai masukan bagi produksi barang bagi penjualan komersil”. Point 8 b menyatakan: “Ketentuan-ketentuan artikel ini tidak menghalangi pemberian subsidi yang eksklusif bagi produsen dalam negeri, termasuk pembayaran yang berasal dari hasil-hasil pajak dari pungutan internal yang dikenakan secara konsisten dengan ketentuan-ketentuan artikel ini dan subsidi yang timbul melalui pembelian pemerintah dari produk-produk domestik. 57 Dwi Martini, Prinsip National Treatment Dalam Penanaman Modal Asing Di Indonesia Antara Liberalisasi Dan Perlindungan Kepentingan Nasional, Fakultas Hukum Universitas Mataram , www.dwimaret.blogspot.com , diakses pada tanggal Kamis, 20 Februari 2014. Universitas Sumatera Utara Pengecualian Prinsip National Treatmen juga terdapat dalam Pasal XX tentang kebijaksanaan-kebijaksanaan yang harus dilakukan atau penting necessary untuk melindungi moral masyarakat; melindungi kesehatan atau kehidupan manusia, binatang dan tumbuhan-tumbuhan; taat kepada hukum atau peraturan nasional yang berhubungan dengan misalnya pelaksanaan peraturan bea cukai; memelihara sumber daya alam yang bisa habis. Sesuai dengan isi Artikel III.4 Poin 8 a dan b, Beras dapat dikecualikan dalam pemberlakuan Prinsip National Treatment. Produk beras dalam negeri diatur tata niaganya tersendiri oleh pemerintah, dan hal ini tidak bertentangan dengan ketentuan Artikel III.4 Pont 8 a dan b dan Pasal XX diatas. Beras yang diimpor oleh negara bukan untuk diperdagangkan, tetapi hanya sebagai cadangan penyangga kebutuhan stok dan stabilisasi harga dalam negeri. Pengecualian Prinsip National Treatment juga terhadap produk-produk yang dihasilkan dari Indusri kecil, dan komoditi beras termasuk dalam produksi industri kecil. Beras impor yang masuk ke Indonesia dikenakan tarif sebesar 150, 58 58 hal ini tentu bertentangan dengan Prinsip National Treatment, tetapi hal ini di benarkan dengan adanya Prinsip Protection to Domestic Industry Through Tariff. GATT mengizinkan proteksi terhadap hasil dalam negeri, proteksi yang diperlukan terhadap hasil dalam negeri hanya dapat dilakukan melalui tarif atau bea masuk yang dikenakan terhadap berang impor. Dalam ketentuan tarif perdagangan internasional, Indonesia memasukkan komoditi beras dalam daftar Exclution List yakni, tarif yang ditegakkan terhadap barang-barang khusus yang www.kemendag.go.id . Diakses pada tanggal 25 Januari 20014. Universitas Sumatera Utara tidak diliberalisasikan ke dalam skema GATTWTO.Sehingga tarifnya tidak terikat dengan Ceiling Tarif Batas maksimum tarif yang boleh dikenakan, Negara maju 50 dan Negara Berkembang 40, berlaku untuk semua barang yang didaftarkan kedalam skema GATTWTO. 59

c. Prinsip Dasar atau Klausul “ Most Favoured Nation MFN