Drs. Arief Khairul Lubis menyatakan bahwa: “ Apabila ada konsumen yang mengalami keluhan atau kerugian baik
berupa kerugian kesehatan maupun kerugian materill, konsumen dapat melakukan laporan atau pengaduan pada Pengadilan Negeri atau Badan
Perlindungan Konsumen perwakilan Provinsi, lalu pengaduan dari konsumen ditindak lanjuti. Pengadilan Negeri atau BPSK dengan
menunjuk para ahli mengambil sempel untuk melakukan penelitian atau pengujian bahan kimia adanya kemungkinan tercemar bahan kimia,
penurunan mutu di laboratorium atas beras impor yang dikonsumsi oleh konsumen untuk dibuktikan dan mendapatkan hasil klinis. Setelah
itu, Pengadilan Negeri atau BPSK dengan refrensi hasil uji laboratorium para ahli melakukan laporan kepada BPSKN, dengan
demikian laporan diteruskan kepada Menteri Perdagangan dan Perindustrian Republik Indonesia untuk menelaah dan memproses lebih
lanjut importir beras yang telah terbukti tercemar. Namun sejauh ini, konsumen beras impor belum ada yang melakukan gugatan atau laporan
atas keluhan-keluhan mengkonsumsi beras impor.”
197
B. Peran Pemerintah Daerah
Perlindungan konsumen di Indonesia dilaksanakan berdasarkan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen UUPK. UUPK
dirumuskan dengan mengacu pada filosofi pembangunan nasional, dimana dalam pembangunan nasional melekat upaya yang bertujuan memberikan perlindungan
kepada rakyat Indonesia. Pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan perlindungan konsumen sesuai Undang-Undang Perlindungan Konsumen berada
pada Menteri Perdagangan. Secara hierarki struktural dan fungsinya tugas tersebut dilimpahkan kepada Direktorat Jendral Standarisasi dan Perlindungan
Konsumen, yang kemudian dilaksanakan oleh Direktorat Pemberdayaan
197
Hasil wawancara dengan Bapak Drs. Arief Khairul Lubis, Kasi Sosialisai Swasembada Perlindungan Konsumen, Depatermen Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Sumatera Utara,
Wawancara dilakukan pada hari Senin, Tanggal 25 November 2013.
Universitas Sumatera Utara
Konsumen. Pemerintah Daerah bekerjasama dengan lembaga –lembaga yang dibentuk dengan tujuan untuk melindungi konsumen melakukan beberapa
program untuk dapat mencapai tujuan tersebut.
198
Sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan perannya, upaya tersebut terkait dengan perumusankebijakan, standarisasi, norma, kriteria, dan prosedur,
bimbingan teknis, serta evaluasi pelaksanaan dibidang kerjasama, informasi dan publikasi pemberdayaan konsumen, analisis penyelenggaraanpemberdayaan
konsumen, bimbingan konsumen dan pelaku usaha, pelayanan pengaduan serta memfasilitasi kelembagaan perlindungan konsumen. Selain hal tersebut,
dilaksanakan juga kegiatanuntuk membudayakan gerakan konsumen cerdas, melakukan kemitraan dengan lembaga konsumen yang didukung oleh peran aktif
kepemimpinan disetiap lini serta secara cerdas pula merekomendasikan penerbitan berbagai “ smart regulation” . “Smart regulation” merupakan regulasi teknis
yang bukan hanya melindungi konsumen, tetapi juga memperkuat pasar dalam negeri terhadap masuknya produk impor yang tidak memenuhi persyaratan
perlindungan konsumen. Pada intinya, peran Direktorat Pemberdayaan Konsumen adalah menciptakan lingkungan yang kondusif dimana konsumen dan pelaku
usaha dapat berinteraksi dengan percaya diri, dan keduanya dapat merealisasikan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya dengan sebaik-baiknya.
199
198
Direktorat Perlindungan Konsumen, Pemberdayaan Konsumen, www.ditjenspk.kemendag.go.ididdirektorat_pemberdayaan_konsumen
, diakses pada tanggal 24 Januari 2014.
199
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Kebijakan pemberdayaan konsumen didasarkan pada 3 prinsip pendekatan,
yang untuk memudahkan disebut SMARTS 3, yaitu:
200
1. Smart Policy dan Smart Regulatory, yaitu uapaya pengembangan kebijakanyang bertujuan untuk menghasilkan suatu kebijakanregulasi yang
cerdas, yang dalam penerapannya dapat melindungi konsumen dan secara lebih luas lagi dapat mengamankanpasar dalam negeri.Kebijakan ini
mencakup program penyusunanperangkat kebijakan perlindungan konsumen, serta evaluasi dan analisa kebijakanperlindungan konsumen.
2. Smart ConsumersTradesProducers, yaitu upaya memberdayakan konsumen untuk menjadi komunitas konsumen yang cerdas dan meningkatkan tanggung
jawab pelaku usaha agar berorientasi perlindungan konsumen, tertib ukur, tertub mutu, dan tertib usaha. Kebijakan ini mencakup program pembudayaan
kepada masyarakat konsumen, pelaku usaha,aparat;. sosialisasipublikasidiseminasi; koordinasi dan partisipasi aktif dalam
forumkomunikasi lintas sektor; dan membentuk motivator perlindungan konsumen.
3. Smart Partnership, yaitu pengembangan kelembagaan dan meningkatkan jejaring koordinasi dengan lembaga-lembaga perlindungan konsumendalam
penyelesaian kasus dan sengketa konsumen dengan pelaku usaha yang mencakup program penguatan dan pengembangan BPSK, mengembangkan
200
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
kemitraan dan fasilitas LPKSM, serta konsultasi dan pengembangan advis dengan BPKN.
Sebagai sumber dan jalur informasi yang memiliki kredibilitas bagi konsumen dan pelaku usaha, fungsi Direktorat Pemberdayaan Konsumen
mencakup:
201
a Menjelaskan dalam konteks pembinaan dan edukasi mengenai hak dan
kewajiban konsumen dan pelaku usaha berdasarkan hukum yang berlaku. b
Menyampaikan informasi tentang pemanfaatan yang aman atas produk barang danatau jasa.
c Memfokuskan pada kelompok konsumen tertentu yang
mempunyaikendala dalam mengakses informasi, atau mereka yang berpotensi terperangkap dalam kesepakatan transaksi yang dapat
merugikan dirinya.
C. Peran Badan Perlindungan Konsumen Nasional BPKN