Perkembangan Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia

Maka, hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk konsumen antara penyedia dan penggunaannya, dalam kehidupan masyarakat. Tegasnya, hukum perlindungan konsumen merupakan keseluruhan peraturan perundang-undangan, baik undang- undang maupun peraturan perundang-undangan lainnya serta putusan-putusan hakim yang substansinya mengatur mengenai kepentingan konsumen. 109

2. Perkembangan Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia

Indonesia sebagai negara berkembang, yang industrinya baru mengalami tahap permulaan, perkembangan hukum perlindungan konsumen belum berkembang sebagaimana negara-negara maju. Hal ini disebabkan karena lazimnya perkembangan perlindungan konsumen merupakan akibat dari perkembangan industri suatu negara, yaitu industrialisasi massal. Lambannya perkembangan perlindungan konsumen di negara berkembang yang perkembangan industrinya baru pada tahap permulaan karena sikap pemerintah pada umumnya masih melindungi kepentingan industri yang merupakan faktor yang esensial dalam pembangunan suatu negara. Akibat dari perlindungan kepentingan industri pada negara berkembang termasuk Indonesia tersebut, maka ketentuan-ketentuan hukum yang bermaksud untuk memberikan perlindungan kepada konsumen atau anggota masyarakat kurang berfungsikarena tidak diterapkan secara ketat. Walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa usaha pemerintah untuk memberikan perlindungan kepada konsumen telah dilakukan 109 Ibid, hlm. 22 Universitas Sumatera Utara sejak lama, hanya saja kadang tidak disadari bahwa pada dasarnya tindakan tertenrtu yang dilakukan oleh pemerintah merupakan usaha untuk melindungi konsumen. Hal ini dapat dibuktikan dengan dikeluarkannya berbagai ketentuan perundang-undangan tersebut sebenarnya memuat ketentuan yang memberikan perlindungan terhadap konsumen, walaupun dalam konsiderans peraturan perundang-undangan tersebut tidakdisebutkan untuk tujuan perlindungan konsumen. 110 Sebelum lahirnya UUPK, upaya perlindungan konsumen kurang dirasakan oleh masyarakat karena disamping tersebarnya ketentuan perlindungan konsumen dalam berbagai peraturan perundang-undangan, pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan tersebut memang belum dirasakan dirasakan oleh masyarakat sebagai perlindungan terhadap konsumen, sebagai contoh adalah dikeluarkannya undang-undang yang memberikan perlindungan konsumen sejak tahun 1961, yaitu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1961 tentang Barang, serta disusul dengan berbagai udang-undang lainnya. Perkembangan peraturan perundang-undangan dalam bidang perlindungan konsumen dapat pula dilihat pada hasil inventarisasi peraturan perundang-undangan yang dilakukan dalam rangka penyususnan rencana akademik undang-undang tentang perlindungan konsumen. Sebagai perkembangan terakhir dan sangat berarti adalah dengan lahirnya Undang-Undang Perlindungan Konsumen, yang merupakan peringkat dari berbagai ketentuan perundang-undangan dibidang perlindungan konsumen 110 Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Konsumen di Indonesia Jakarta : Rajawali Pers, 2011, hlm. 67 Universitas Sumatera Utara tersebut. Walaupun telah lahir UUPK yang sudah lama dinanti-nantikan, namun belum mencapai perkembangan sebagai mana negara maju. 111 Sebelum lahirnya UUPK telah banyak ketentuan hukum yang telah memberikan perlindungan kepada konsumen, dan ketentuan tersebut tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus atau bertentangan dengan UUPK. Perlindungan hukum tersebut meliputi bidang hukum privat paling banyak ditemukan dalam B.W., khususnya dalam buku III tentang perikatan, seperti ketentuan tentang wanprestasi Pasal 1243 sampai pasal 1252 serta ketentuan tentang perikatan yang lahir karena perjanjian Pasal 1313 sampai Pasal 1351 dan perikatan yang lahir karena undang-undang Pasal 1352 sampai 1369, terutama perbuatan melanggar hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 sampai Pasal 1369. Lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42 tentang Perlindungan Konsumen, merupakan perkembangan yang sangat berarti dalam perkembangan hukum perlindungan konsumen di Indonesia, karena merupakan undang-undang yang dinantikan sejak lama. Namun, hal ini bukan berarti bahwa sebelumnya tidak ada undang-undang yang memberikan perlindungan kepada konsumen, karena dalam penjelasan undang-undang sebelumnya yang memberikan perlindungan kepada konsumen. Dengan lahairnya Undang-Undang Perlindungan Konsumen, yang sebelumnya didahului oleh beberapa undang-undang yang materinya melindungi kepentingan konsumen, berarti bahwa Undang-Unang Perlindungan Konsumen tersebut bukan sebagai awal perkembangan perlindungan konsumen, dan bukan 111 Ibid, hlm. 68 Universitas Sumatera Utara pula akhir perlindungan konsumen karena dalam undang-undang itu sendiri telah diamanatkan dibentuknya undang-undang tersebut serta dimungkinkan terbentuknya undang-undang lain yang memberikan perlindungan kepada konsumen. 112 Diharapkan dengan lahirnya Undang-Unang Perlindungan Konsumen yang mendorong dibentuknya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat, akan dapat menempatkan posisi konsumen pada posisi yang seharusnya, yaitu menjadi seimbang, bahkan lebih kuat dari pada produsen, karena pada dasarnya sebagai kelompok, konsumen merupakan elemen sangat penting bagi masyarakat, namun dalam kenyataannya konsumen selalu cendrung bertindak sendiri-sendiri. Dengan lahirnya organisasi-organisasi konsumen atau lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat, maka diharapkan lembih mempercepat pemberdayaan konsumen, karena organisasi-organisasi konsumen tersebut dapat merupakan organisasi pelayanan, organisasi pendidikan, organisasi penelitian, organisasi perjanjian, maupun organisasi tindakan. Peran-peran organisasi tersebut selama ini telah banyak dilakukan oleh YLKI, namun dengan semakin terbukanya kemungkinan dibentuknya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat tersebut, maka akan lebih mempercepat proses pemberdayaan konsumen. 113 112 Ibid, hlm. 71. 113 Ibid, hlm. 100 Universitas Sumatera Utara

3. Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen