lain-lain yang disyaratkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan dan kebiasaaan dalam praktik dunia usaha.
4 Penelitian pengujian danatau survei dilakukan terhadap barang danatau
jasa yang diduga tidak memenuhi unsur keamanan, kesehatan, kenyamanan dan keselamatan konsumen. dalam Penjelasan PP Nomor 58
Tahun 2001 : cara melakukan pengawasan disamping melalui penelitian, pengujian danatau survei dapt juga berupa laporan dan pengaduan dari
masyarakat baik yang bersifat perorangan maupun kelompok. 5
Hasil pengawasan dapat disebarluaskan kepaa masyarakat dan dapat disampaikan kepada menteri dan menteri teknis.
Pengujian terhadap barang danatau jasa yang beredar, sebagaimana diatur dalam Pasal 10 diatas, dilakukan melalui laboratorium penguji yang telah
diakreditasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ketentuan PP nomor 58 Tahun 2001. Maksud dari ketentuan ini adalah
mendapatkan hasil yang objektif, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan. Lembaga laboratorium yang terakreditasi bisa berupa lembaga nasional atau
internasional.
3. Peran Penindakan
Hubungan hukum antara pelaku usahapenjual dengan konsumen tidak tertutup kemungkinan timbulnya perselisihansengketa konsumen. Selama ini
sengketa konsumen diselesaikan melalui gugatan di pengadilan, namun pada kenyataanya yang tidak dapat dipungkiri bahwa lembaga pengadilan pun tidak
Universitas Sumatera Utara
akomodatif untuk menampung sengketa konsumen karena proses perkara yang terlalu lama dan sangat birokratis. Berdasarkan Pasal 45 UUPK setiap konsumen
yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan
yang berada di lingkungan peradilan umum.
190
Diluar peradilan umum UUPK membuat terobosan dengan memfasilitasi para konsumen yang merasa dirugikan dengan mengajukan gugatan ke pelaku usaha di
luar pengadilan, yaitu Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK. Mekanisme gugatan dilakukan secara sukarela dari kedua belah pihak yang
bersengketa. Hal ini berlaku untuk gugatan secara perorangan, sedangkan gugatan secara berkelompok class action dilakukan melalui peradilan umum. Class
action dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK, yaitu suatu prosedur hukum yang memungkinkan banyak orang bergabung untuk menuntut
ganti kerugian atau kompensasi lainnya di dalam suatu gugatan. Berdasarkan ketentuan Pasal 46 UUPK, maka dasar hukum gugatan kelompok class action
semakin kuat, karena gugatan kelompok yang diajukan selama ini belum memiliki ketentuan tertulis, walaupun dalam kenyataan, gugatan kelompok tersebut
diterima untuk diperiksa oleh pengadilan.
191
BPSK adalah pengadilan penyelesaian sengketa yang sederhana bagi konsumen maupun pelaku usaha yang tidak diatur dalam undang-undang
perlindungan konsumen small claim court atau small claim tribunal yang
190
Sutarman Yodo, Op.Cit. hlm. 241.
191
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
sangat diharapkan dapat menjawab tuntutan masyarakat agar proses berpekara berjalan cepat, sederhana dan murah. Dengan demikian BPSK hanya menerima
perkara yang nilai kerugiannya kecil. Pemeriksaan dilakukan oleh hakim tunggal dan kehadiran penuh pihak ketiga pengacara sebagai wakil pihak yang
bersengketa tidak diperkenankan. Putusan dari BPSK tidak dapat dibanding kecuali bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Menurut UUPK Pasal 1 ayat 12, BPSK adalah “badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen.”
Disamping bertugas menyelesaikan masalah sengketa konsumen, BPSK juga bertugas memberikan konsultasi perlindungan konsumen. Bentuk konsultasinya
sebagai berikut :
192
1 Memberikan penjelasan kepada konsumen atau pelaku usaha tentang hak
dan kewajibannya masing-masing. 2
Memberikan penjelasan tentang bagaimana menuntut ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh konsumen dan juga pelaku usaha.
3 Memberikan penjelasan tentang bagaimana memperoleh pembelaan dalam
hal penyelesaian sengketa konsumen. 4
Memberikan penjelasan tentang bagaimana bentuk dan tata cara penyelesaian sengketa konsumen.
Badan ini dibentuk disetiap daerah Tingkat II, BPSK dibentuk untuk menyelesaikan sengketa konsumen diluar pengadilan dan badan ini mempunyai
192
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Pasal 1 Ayat 12.
Universitas Sumatera Utara
anggota-anggota dari unsur pemerintah, konsumen dan pelaku usaha. Setiap unsur tersebut berjumlah 3 tiga orang atau sebanyak-banyaknya 5 lima orang, yang
semuanya diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Keanggotaan BPSK terdiri atas ketua merangkap anggota, wakil
ketua merangkap anggota, dan anggota dengan dibantu oleh sekretariat.
193
Tugas dan wewenang BPSK meliputi :
194
a. melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara
melalui mediasi, arbitrasi atau konsiliasi; b.
memberikan konsultasi perlindungan konsumen; c.
pengawasan klausula baku; d.
melapor kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran undang-undang ini;
e. menerima pengaduan dari konsumen, lisan atau tertulis, tentang dilarangnya
perlindungan konsumen; f.
melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa konsumen; g.
memanggil pelaku usaha pelanggar; h.
menghadirkan saksi, saksi ahli danatau setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran itu;
i. meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan mereka tersebut huruf g
apabila tidak mau memenuhi panggilan;
193
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pasal 49, Pasal 491, Pasal 50 jo 51
194
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pasal 52.
Universitas Sumatera Utara
j. mendapatkan, meneliti danatau menilai surat, dokumen atau alat-alat bukti
lain guna penyidikan danatau pemeriksaan; k.
memutuskan dan menetapkan ada tidaknya kerugian konsumen; l.
memberitahukan keputusan kepada pelaku usaha pelanggaran undang- undang;
m. menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha pelanggar undang-
undang. Dalam menangani dan menyelesaikan sengketa konsumen dibenuk Majelis
yang terdiri atas sedikitnya 3 tiga anggota dibantu oleh seorang panitera . Putusan yang dijatuhkan Majelis BPSK bersifat final dan mengikat. BPSK wajib
menjatuhkan putusan selambat-lambatnya 21 dua puluh satu hari sejak gigatan diterima. UUPK Pasal 56 mengatur lebih lanjut hal-hal yang berkaitan dengan
hasil putusan yang dikeluarkan oleh BPSK sebagai berikut :
195
1 Dalam waktu paling lambat tujuh hari kerja sejak menerima putusan
BPSK sebagaimana dimaksud dalam 55 pelaku usaha wajib melaksanakan putusan tersebut.
2 Para pihak bisa mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri paling
lambat 14 empat belas hari kerja setelah menerima pemberitahuan putusan tersebut.
3 Pelaku usaha yang tidak mengajukan keberatan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksudkan ayat 2 dianggap menerima putusan BPSK.
195
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pasal 56.
Universitas Sumatera Utara
4 Jika ketentuan sebagaimana dimaksud ayat 1 dan ayat 3 tidak dijalankan
oleh pelaku usaha, BPSK menyerahkan putusan tersebut kepada penyidik untuk melakukan penyidikan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku. 5
Putusan BPSK sebagaimana dimaksud ayat 3 merupakan bukti permulaan yang cukup bagi penyidik untuk melakukan penyidikan.
Keputusan BPSK itu wajib dilaksanakan pelaku usaha dalam jangka waktu 7 tujuh hari setelah diterimanya, atau apabila ia keberatan dapat mengajukannya
kepada Pengadilan Negeri dalam jangka waktu 14 hari empat belas hari. Pengadilan Negeri yang menerima keberatan pelaku usaha memutus perkara
tersebut dalam jangka waktu 21 dua pulu satu hari sejak diterimanya keberatan tersebut Pasal 58. Dari keseluruhan proses persidangan berdasarkan ketentuan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 terlihat setidak-tidaknya dari sudut biaya dan waktu penyelenggaraan keadilan itu pihak konsumen dan pelaku usaha yang
jujur dan bertanggung jawab dimudahkan dan dipercepat putusan yang mempunyai kekuatan hukum pasti dapat dijatuhkan dalam jangka waktu relatif
pendek, maksimum 100 seratus hari total dari proses pertama sampai akhir. Dalam melindungi konsumen beras impor pemerintah tidak hanya mengawasi
importir beras saja, tetapi pemerinth juga melakukan sikap penindakan dengan memberikan sanksi kepada importir yang melakukan pelanggaran atau tidak
memenuhi kewajibannya, pemberian sanksi oleh pemerintah ini mencerminkan upaya pemerintah untuk melindungi konsumen agar importir beras pelaku usaha
Universitas Sumatera Utara
menaati kewajibannya. Pemberian sanksi dilakukan oleh Direktur Jendral atas nama Menteri dan Menteri sesuai dengan pengelompokkan importir beras.
Sanksi dapat berupa, Penetapan sebagai importir beras danatau persetujuan impor beras dibekukan apabila importir tidak melaksanakan kewajiban
penyampaikan laporan tertuli sebanyak 3 tiga kali.. Penetapan sebagai importir beras danatau persetujuan impor dapat dicabut apabila :
196
a. importir tidak melaksanakan kewajiban dalam waktu 2 dua bulan setelah
terkena sanksi pembekuan; b.
terbukti mengubah informasi yang tercantum dalam dokumen penetapan sebagai importir beras danatau persetujuan impor beras;
c. terbukti melanggar ketentuan larangan memperdagangkanmemperjual
belikan beras impor untuk keperluan tertentu untuk memenuhi kebutuhan industri sebagai bahan bakupenolong yang berasnya tidakbelum sepenuhnya
dihasilkan didalam negeri. d.
Dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap atas tindak pidana yang berkaitan dengan
penyalahgunaan penetapan sebagai importir beras danatau persetujuan impor beras.
Importir yang melakukan impor beras yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan kepabeaan
danatau ketentuan lainnya berdasarkan peraturan undang-undang yang berlaku.
196
Peraturan Menteri Perdagangan republik Indonesia Nomor12M-DAGPER42008 Tentang Ketentuan Impor dan ekspor Beras Pasal 19-22.
Universitas Sumatera Utara
Drs. Arief Khairul Lubis menyatakan bahwa: “ Apabila ada konsumen yang mengalami keluhan atau kerugian baik
berupa kerugian kesehatan maupun kerugian materill, konsumen dapat melakukan laporan atau pengaduan pada Pengadilan Negeri atau Badan
Perlindungan Konsumen perwakilan Provinsi, lalu pengaduan dari konsumen ditindak lanjuti. Pengadilan Negeri atau BPSK dengan
menunjuk para ahli mengambil sempel untuk melakukan penelitian atau pengujian bahan kimia adanya kemungkinan tercemar bahan kimia,
penurunan mutu di laboratorium atas beras impor yang dikonsumsi oleh konsumen untuk dibuktikan dan mendapatkan hasil klinis. Setelah
itu, Pengadilan Negeri atau BPSK dengan refrensi hasil uji laboratorium para ahli melakukan laporan kepada BPSKN, dengan
demikian laporan diteruskan kepada Menteri Perdagangan dan Perindustrian Republik Indonesia untuk menelaah dan memproses lebih
lanjut importir beras yang telah terbukti tercemar. Namun sejauh ini, konsumen beras impor belum ada yang melakukan gugatan atau laporan
atas keluhan-keluhan mengkonsumsi beras impor.”
197
B. Peran Pemerintah Daerah
Perlindungan konsumen di Indonesia dilaksanakan berdasarkan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen UUPK. UUPK
dirumuskan dengan mengacu pada filosofi pembangunan nasional, dimana dalam pembangunan nasional melekat upaya yang bertujuan memberikan perlindungan
kepada rakyat Indonesia. Pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan perlindungan konsumen sesuai Undang-Undang Perlindungan Konsumen berada
pada Menteri Perdagangan. Secara hierarki struktural dan fungsinya tugas tersebut dilimpahkan kepada Direktorat Jendral Standarisasi dan Perlindungan
Konsumen, yang kemudian dilaksanakan oleh Direktorat Pemberdayaan
197
Hasil wawancara dengan Bapak Drs. Arief Khairul Lubis, Kasi Sosialisai Swasembada Perlindungan Konsumen, Depatermen Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Sumatera Utara,
Wawancara dilakukan pada hari Senin, Tanggal 25 November 2013.
Universitas Sumatera Utara