memberikan perlakuan yang istimewa yang sama kepada partnernya, tanpa persyaratan resiprositas.
Dalam GATT terdapat pengecualian terhadap kewajiban MFN ini, antara lain memperoleh perkecualian dari keharusan untuk menerapkan MFN, adalah adanya
regional trade arrangement atau perjanjian perdagangan regional dalam bentuk customs union atau free trade area Pasal XXIV. Pengecualian lain adalah
dibolehkannya penerapan atau pemberian GSP Generalized System of Preferences atau Sistem Preferensi Umum. GSP adalah pemberian perlakuan
tingkat tarif yang lebih kompetitif rendah untuk produk-produk perdagangan dari negara-negara sedang berkembang.
60
d. Prinsip Menahan Diri Untuk Tidak Merugikan Orang Lain.
Prinsip hukum ekonomi internasional yang sifatnya tambahan adalah kewajiban menahan diri untuk tidak merugikan negara lain. Dalam perjanjian-
perjanjian internasional mengenai masalah-masalah ekonomi telah mengakui adanya sesuatu kewajiban kepada negara-negara untuk tidak menimbulkan beban-
beban ekonomi kepada negara lain karena adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi domestik negara yang bersangkutan. Tampak dalam Pasal III 1 GATT.
Pasal ini menyatakan bahwa suatu tindakan tertentu dari negara-negara anggota GATT tidak boleh diterapkan “sehingga memberikan proteksi kepada produksi
dalam negeri”. Pasal XVI 1 GATT menetapkan suatu kewajiban untuk berkonsultasi manakala setiap negara peserta memberikan subsidi domestik yang
60
H.S Kartadjoemena, GATT dan WTO Sistem, Forum dan Lembaga Internasional Di Bidang Perdagangan, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, 2002, hlm. 109.
Universitas Sumatera Utara
tidak secara khusus dikaitkan dengan ekspor. Konsultasi ini disyaratkan manakal pemberian subsidi ini merugikan atau mempengaruhi kepentingan ekonomi
negara lainnya.
e. Prinsip Tindakan Pengamanan : Klausul Penyelamat Safeguards and
Escape Clause
Masyarakat internasional umumnya mengakui bahwa aturan-aturan dalam perjanjian-perjanjian internasional mengenai hubungan-hubungan ekonomi
kadangkala dirasakan terlalu membebani negara-negara. Sehingga jika negara ini harus menerapkannya, maka dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif
terhadap perekonomian negerinya. Ini pada akhirnya akan berakibat peraturan- peraturan tersebut menjadi tidak berfungsi. Karena itu agar perjanjian-perjanjian
tersebut berfungi, maka dibuatlah suatu klausul penyelamat safeguards and escape clause. Biasanya klausul demikian memberikan kemungkinan-
kemungkinan penanggalan suatu kewajiban tertentu bagi suatu negara, biasanya negara berkembang atau miskin. Ketentuan ini telah lama dikenal, antara lain,
dalam Pasal XIX GATT. Pasal ini meberikan suatu hak sepihak kepada negara- negara untuk menangguhkan suatu kewajiban-kewajiban internasional selama
jangka waktu tertentu seperti penangguhan untuk pembebasan pemberlakuan tarif.
Kesepakatan yang komperhensif mengenai safeguards perlindungan merupakan hal yang penting dalam memperkuat sistem GATT dan keberhasilan
perundingan. Tindakan safeguards adalah untuk melindungi industri domestik terhadap peningkatan impor yang tidak terduga didalam persaingan yang wajar.
Universitas Sumatera Utara
Tindakan yang diatur oleh Article XIX ini sebenarnya hanya boleh dilakukan bila impor benar-benar mendatangkan kerugian terhadap industri domestik, atau paling
kurang merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup suatu industri dimasa yang mendatang. Dan negara yang mengalami kesulitan ini diperkenankan untuk
menaikkan tarif atau mengenakan ristriksi kuantitatif non-tarrif restrictions asalkan memenuhi ketentuan GATT. Tindakan darurat safeguard ini juga hanya
diperkenankan untuk sementara saja dan biasanya harus diimbangi dengan pemberian kompensasi berupa konsesi tarif untuk produk lain, atau bila tidak
diberikan konsesimaka akan mengundang retaliasi berupa kenaikan tarif yang dilakukanoleh negara pemasok yang terkena tindakan safeguard tadi.
61
Hambatan utama di dalam perundingan mengenai safeguard ini terletak pada perbedaan kepentingan antara negara-negara yang menghendaki selectivity
biasanya negara besar pengimpor yang sudah merasa puas dengan cara pembatasan ekspor seperti ini, dan negara-negara yang menghendaki non-
discrimination sebagai landasan bagi pemberlakuan tindakan safeguards ini umumnya negara kecil dan negara berkembang yang khawatir dirugikan oleh
tindakan selectivity tadi.
62
Penangguhan demikian itu diperbolehkan hanya dalam hal-hal tertentu manakala keadaan-keadaan perdagangan internasional akan mengakibatkan
kerugian terhadap industri dalam negeri suatu negara. Teorinya yaitu bahwa penanggalan untuk suatu jangka waktu tertentu terhadap ketatnya aturan-aturan
61
H.Gofar Bain, Op.Cit, hlm. 53
62
Ibid, hlm. 55.
Universitas Sumatera Utara
internasional harus diberikan untuk memberikan suatu negara atau sektor-sektor industri atau ekonomi tertentu agar dapat menyesuaikan diri kepaa kondisi-kondisi
baru demi mendorong persaingan internasional. Prinsip penyelamat ini seperti diatur Pasal XIX GATT merupakan pasal penting, khususnya bagi negara sedang
berkembang, termasuk Indonesia. Sudah cukup banyak kasus masuknya produk asing impor ke dalam pasar Indonesia telah mematikan produk dalam negeri.
Namun sayangnya pemerintah terkesan lambat menyaksikan telah terjadinya proses ‘kematian” produsen dalam negeri. Hal ini tampaknya kurang
dimanfaatkannya pasal mengenai safeguards ini untuk melindungi produsen dalam negeri.
f. Prinsip Preferensi bagi Negara Sedang Berkembang