TABEL 3.16 PROPORSI DAN PERINGKAT ISPASISTEM PERNAFASAN SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN
BAYI DAN BALITA BERDASARKAN HASIL SKRT 1986, 1992, DAN 1995, SERTA SURKESNAS 2001
Penyebab Kematian Bayi Penyebab Kematian Balita
Tahun SKRT Surkesnas
Penyakit Proporsi Pering-
kat Penyakit Proporsi
Pering- kat
SKRT 1986 Penyakit Sistem pernafasan
12,4 4 Sistem Pernafasan
22,88 1 SKRT 1992
Penyakit Sistem Pernafasan 36,0 1 Sistem
Pernafasan 18,2 1
SKRT 1995 Penyakit Sistem Pernafasan
29,5 1
Gangguan sistem pernafasan 38,8
1 Surkesnas 2001 Sistem Pernafasan
27,6 2
Sistem Pernafasan Pneumonia 22,8
1
Dari Tabel 3.16 di atas menurut hasil beberapa SKRT penyakit ISPA dan Sistem Pernafasan merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Diketahui bahwa 80 –
90 dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan Pneumonia dan Pneumonia merupakan penyebab kematian balita peringkat pertama pada Surkesnas 2001. ISPA sebagai penyebab
utama kematian pada bayi dan balita ini diduga karena penyakit ini merupakan penyakit yang akut dan kualitas penatalaksanaannya belum memadai.
Sementara itu, pada tahun 2004 didapatkan 625.611 kasus Pneumonia pada balita, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Hasil penemuan penderita Pneumonia balita
dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.17 berikut ini.
TABEL 3.17 HASIL PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA
TAHUN 2000 – 2004
Tahun Penderita
2000 479.283 2001 619.107
2002 549.035 2003 502.275
2004 625.611 Sumber: Ditjen PPM-PL, Depkes RI
e. Penyakit Kusta
Dalam kurun waktu 10 tahun 1991–2001, angka prevalensi penyakit Kusta secara nasional telah turun dari 4,5 per 10.000 penduduk pada tahun 1991 menjadi 0,85 per 10.000
penduduk pada tahun 2001. Pada tahun 2002 prevalensi sedikit meningkat menjadi 0,95, pada tahun 2003 kembali menurun menjadi 0,8 per 10.000 penduduk dan pada tahun 2004
28
meningkat lagi menjadi 0,93 per 10.000 penduduk. Secara nasional, Indonesia sudah dapat mencapai eliminasi Kusta pada bulan Juni 2000.
Jika ditinjau dari situasi global, Indonesia merupakan negara penyumbang jumlah penderita Kusta ketiga terbanyak setelah India dan Brazil. Masalah ini diperberat dengan
masih tingginya stigma di kalangan masyarakat dan sebagian petugas. Akibat dari kondisi ini sebagian besar penderita dan mantan penderita Kusta dikucilkan sehingga tidak mendapatkan
akses pelayanan kesehatan serta pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya angka kemiskinan. Perkembangan penyakit Kusta yang diindikasikan dengan prevalensi dan
penemuan penderita baru menunjukkan adanya penurunan prevalensi Kusta yang sangat tajam pada tahun 1991, di mana Multiple Drug Therapy MDT 24 dosis mulai digunakan.
Jumlah penderita menurun dari 120.000 pada tahun 1990 menjadi 19.666 pada tahun 2004 sedangkan berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan Indikator Kinerja SPM pada
Lampiran 3.9, dilaporkan adanya 19,283 kasus Kusta. Maka dengan sendirinya angka prevalensi menurun dari 5,9 menjadi 0,93 per 10.000 penduduk. Angka penemuan penderita
baru menunjukkan adanya peningkatan penemuan penderita baru tahun 1997, 1998, 1999, yang kemungkinan disebabkan adanya intensifikasi penemuan penderita karena Leprosy
Elimination Campaign
LEC yang dilaksanakan di 109 kabupaten endemik pada tahun tersebut.
Meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi Kusta pada pertengahan tahun 2000, sampai saat ini penyakit Kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Hal
ini terbukti dari masih tingginya jumlah penderita Kusta di Indonesia. Pada tahun 2004 jumlah penderita baru yang ditemukan sebanyak 16.672 kasus dengan 12.957 kasus 78 di
antaranya merupakan penderita tipe Multi Basiler MB yang diketahui merupakan tipe yang menular.
Gambaran penderita Kusta dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.18 berikut.
TABEL 3.18 JUMLAH PENDERITA KUSTA MENURUT TIPE
DAN ANGKA PENEMUAN PENDERITA CDR PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 1999 – 2004
Jumlah Penderita Kusta Tahun
Tipe MB Tipe PB
Semua Tipe CDR 100.000
Penduduk 2000 11.267 3.430 14.697
7,22 2001 10.768 3.293 14.061
6,91 2002 12.376 3.853 16.229
7,77 2003 11.956 3.594 15.549
7,29 2004 12.957 3.715 16.672
- CDR = Case Detection Rate, MB = Multi Basiler, PB = Pausi Basiler
Sumber: Ditjen PPM-PL, Depkes RI
Di antara penderita baru yang ditemukan, 8,6 sudah mengalami kecacatan tingkat 2 kecacatan yang dapat dilihat dengan mata. Angka ini masih di atas indikator program yaitu
5. Sedangkan proporsi penderita anak di antara penemuan kasus baru Kusta adalah 10,6, juga masih di atas indikator program 5. Keadaan ini menggambarkan masih berlanjutnya
penularan dan kurangnya kesadaran masyarakat akan penyakit Kusta sehingga ditemukan
29