KEADAAN PENDIDIKAN I GAM BARAN U M U M DAN PERI LAK U PEN DU DU K

dan 1,44 di AkademiUniversitas. Selebihnya, sebesar 72,83 sudah tidak bersekolah lagi. Secara nasional persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidakbelum pernah sekolah di perdesaan 10,56 lebih tinggi daripada yang tinggal di perkotaan 4,52. Secara umum Angka Partisipasi Sekolah APS perempuan lebih besar dibanding APS laki-laki pada kelompok umur 7-12 tahun dan 13-15 tahun. Sementara pada kelompok umur 16-18 tahun, APS laki-laki lebih tinggi dibanding APS perempuan. Sedangkan dari segi tempat tinggal, terlihat bahwa APS penduduk perkotaan lebih besar bila dibanding dengan APS penduduk perdesaan. Hal ini terjadi untuk semua kelompok umur, baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Perbedaan menjadi semakin besar pada kelompok umur 16 – 18 tahun. Rincian APS penduduk usia 7-18 tahun menurut kelompok umur, tipe daerah, dan jenis kelamin pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini. TABEL 2.1 ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH APS PENDUDUK USIA 7-18 TAHUN MENURUT KELOMPOK UMUR, TIPE DAERAH, DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2004 Kelompok Umur tahun DaerahJenis Kelamin 7-12 13-15 16-18 Perkotaan Laki-laki 97,70 89,67 68,13 Perempuan 97,78 89,50 65,47 Laki-laki + Perempuan 97,74 89,59 66,82 Perdesaan Laki-laki 95,90 78,57 43,41 Perempuan 96,35 80,08 42,48 Laki-laki + Perempuan 96,12 79,29 42,98 Perkotaan + Perdesaan Laki-laki 96,62 83,05 53,94 Perempuan 96,92 83,97 52,97 Laki-laki + Perempuan 96,77 83,49 53,48 Sumber : BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2004 Sebagaimana APS, Angka Partisipasi Murni APM di daerah perkotaan juga lebih tinggi dibanding APM di daerah perdesaan untuk kelompok umur sekolah SLTP dan SMUSMK. Angka Partisipasi Murni menyatakan banyaknya penduduk usia sekolah yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai. APM untuk jenjang SD di perkotaan sebesar 92,73, sementara di perdesaaan sedikit lebih tinggi, yaitu sebesar 93,25. Sedangkan APM untuk jenjang SLTP di perkotaan sebesar 72,67 dan di perdesaan hanya sebesar 60,11. Sementara itu APM untuk jenjang SMUSMK adalah sebesar 56,75 di perkotaan dan 32,11 di perdesaan. Di Indonesia pada tahun 2004, persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidakbelum memiliki ijazahSTTB sebanyak 29,40. Sedangkan yang sudah memiliki ijazah terdiri atas tamat SDMI sebanyak 32,27, tamat SLTPMTs sebanyak 17,62, tamat SMUSMK sebanyak 17,13, dan tamat Diploma I sampai dengan Universitas sebesar 6 3,58. Dengan demikian maka persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah SMUSMK atau pendidikan yang lebih tinggi sebesar 20,71. Provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya berpendidikan SMUSMK atau lebih tinggi adalah DKI Jakarta 46,14, DI Yogyakarta 33,98, dan Kalimantan Timur 30,21. Sedangkan yang terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur 13,76, Kalimantan Barat 13,98, dan Nusa Tenggara Barat 14,90. Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut ijazahSTTB tertinggi yang dimiliki per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.14. Dilihat dari segi jenis kelamin, ijazahSTTB yang dimiliki oleh penduduk laki-laki ternyata masih lebih baik bila dibanding yang dimiliki perempuan. Hal ini dapat dilihat dari persentase penduduk yang mempunyai ijazah SMUSMK atau lebih tinggi pada laki-laki sebesar 23,72 dan pada perempuan sebesar 17,71. Sementara bila dilihat dari segi tempat tinggal, ijazahSTTB setingkat SMUSMK atau lebih tinggi yang dimiliki penduduk yang tinggal di perkotaan lebih tiga kali lipat daripada yang dimiliki oleh mereka yang tinggal di perdesaan 33,89 berbanding 10,46. Rincian persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut tipe daerah, jenis kelamin, dan status pendidikan tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini. TABEL 2.2 PERSENTASE PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MENURUT TIPE DAERAH, JENIS KELAMIN, DAN IJAZAH TERTINGGI YANG DIMILIKI, 2004 IjazahSTTB Tertinggi yang Dimiliki Daerah Jenis Kelamin Tidak memiliki SD MI SLTP MTs SMU SMA SMK Kejuruan Dipl.I Dipl.II Akademi Dipl.III Dipl.IV S1S2S3 Jumlah Perkotaan Laki-laki 17,49 24,52 20,02 22,49 8,11 0,75 1,90 4,72 100,00 Perempuan 23,29 27,00 19,84 19,40 4,91 1,00 1,66 2,89 100,00 Laki-laki + Perempuan 20,41 25,77 19,93 20,94 6,50 0,88 1,78 3,79 100,00 Perdesaan Laki-laki 32,18 37,63 17,44 8,32 2,84 0,45 0,33 0,81 100,00 Perempuan 40,62 37,03 14,20 5,56 1,49 0,45 0,24 0,43 100,00 Laki-laki + Perempuan 36,39 37,33 15,82 6,94 2,17 0,45 0,28 0,62 100,00 Perkotaan + Perdesaan Laki-laki 25,79 31,92 18,57 14,49 5,13 0,58 1,01 2,51 100,00 Perempuan 32,99 32,61 16,68 11,65 3,00 0,69 0,86 1,51 100,00 Laki-laki + Perempuan 29,40 32,27 17,62 13,07 4,06 0,64 0,94 2,00 100,00 Sumber : BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2004

D. KEADAAN LINGKUNGAN

Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator persentase rumah sehat dan persentase Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan 7 TUPM sehat. Selain itu disajikan pula beberapa indikator tambahan yang dianggap masih relevan, yaitu persentase rumah tangga menurut sumber air minum, persentase rumah tangga menurut Sarana Pembuangan Air Besar, dan persentase rumah tangga menurut Tempat Penampungan Akhir KotoranTinja.

1. Rumah Sehat

Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Menurut dataindikator kinerja Standar Pelayanan Minimal SPM Bidang Kesehatan yang dikumpulkan oleh Pusdatin, Depkes pada tahun 2004, persentase rumah sehat sebesar 55,29. Rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 2.15. 2. Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan TUPM Sehat Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan TUPM merupakan suatu sarana yang dikunjungi oleh banyak orang, dan dikhawatirkan dapat menjadi tempat penyebaran penyakit. TUPM meliputi hotel, restoran, bioskop, pasar, terminal dan lain-lain. Sedangkan TUPM sehat adalah tempat umum dan tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat kesehatan yaitu yang memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai luas ruang yang sesuai dengan banyaknya pengunjung, dan memiliki pencahayaan ruang yang sesuai. Data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Provinsi pada tahun 2004, memperlihatkan bahwa persentase TUPM sehat mencapai 68,9. Rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 2.16.

3. Akses terhadap Air Minum

Hasil Susenas 2004 menunjukkan bahwa 55,31 rumah tangga mempunyai fasilitas air minum sendiri, dengan persentase terbesar di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 79,43 dan yang terendah di Nusa Tenggara Timur 17,03. Sebesar 20,54 yang menggunakan fasilitas air minum milik bersama dan 12,04 menggunakan fasilitas milik umum. Selebihnya, sebesar 12,11 rumah tangga yang tidak mempunyai fasilitas air minum, dengan persentase tertinggi di Provinsi Kalimantan Barat 74,16. Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan menurut air kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, sumur tidak terlindung, mata air terlindung, mata air tidak terlindung, air sungai, air hujan, dan lainnya. Data dari Statistik Kesejahteraan Rakyat BPS tahun 2004 menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia yang menggunakan air minum dari air kemasan sebesar 2,45, ledeng 17,96, pompa 14,37, sumur terlindung 35,95, sumur tidak terlindung 11,16, mata air terlindung 8,07, mata air tidak terlindung 4,04, air sungai 2,87, air hujan 2,66, dan sumber lainnya 0,46. Ini berarti bahwa rumah tangga di Indonesia yang sudah menggunakan sumber air minum terlindung sebesar 81,46 air kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, mata air terlindung, air hujan dan yang masih menggunakan sumber air minum tidak terlindung sebesar 18,54 sumur tidak terlindung, mata air tidak terlindung, air sungai, lainnya. Persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air minum terlindung di wilayah perkotaan sebesar 93,02 lebih tinggi daripada di wilayah perdesaan yang sebesar 72,93. 8