Anak 2-4 Tahun yang Pernah Disusui

5. Aktivitas Fisik Penduduk

SUSENAS 2004 juga menghasilkan informasi mengenai kebiasaan penduduk usia 15 tahun ke atas dalam melakukan aktivitas fisik. Dalam survei ini aktivitas fisik dikelompokkan dalam 3 tingkat, yaitu aktivitas berat, aktivitas sedang, dan aktivitas ringan. Persentase penduduk yang melakukan aktivitas berat sebesar 36,02, aktivitas sedang sebesar 77,44, dan aktivitas ringan sebesar 66,67. Rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.35.

6. Kebiasaan Mengkonsumsi Jenis Makanan Berserat

a. Sayur-sayuran Untuk konsumsi makanan berserat jenis sayur-sayuran, rata-rata penduduk Indonesia mengkonsumsi sebanyak 2 porsi per hari. Sebesar 20,22 penduduk yang mengkonsumsi 3 porsi atau lebih per hari, 71,91 mengkonsumsi 1-2 porsi perhari, dan 7,65 kurang dari 1 porsi per hari. Provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya mengkonsumsi sayur-sayuran sebanyak 3 porsi atau lebih per hari adalah Sulawesi Utara 35,38, Bengkulu 34,00, dan Maluku Utara 32,57. Sedangkan provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya mengkonsumsi sayur 2 porsi atau kurang per hari adalah Kalimantan Selatan 88,63, Maluku Utara 85,85, dan Sumatera Barat 84,71. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.36. b. Buah-buahan Untuk konsumsi makanan berserat jenis buah-buahan, rata-rata penduduk Indonesia mengkonsumsi sebanyak 1,60 porsi per hari. Sebesar 39,18 penduduk yang mengkonsumsi 2 porsi atau lebih per hari, 51,19 mengkonsumsi 1 porsi perhari, dan 9,44 kurang dari 1 porsi per hari. Provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya mengkonsumsi sayur-sayuran sebanyak 2 porsi atau lebih per hari adalah Sulawesi Tengah 60,48, Papua 54,48, dan Bangka Belitung 52,55. Sedangkan provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya mengkonsumsi buah- buahan 1 porsi atau kurang per hari adalah Kalimantan Selatan 68,64, Jawa Barat 66,62, dan Sumatera Barat 65,88. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.37. Demikian gambaran umum negara Indonesia tahun 2004 secara ringkas. Gambaran yang disajikan meliputi aspek-aspek kependudukan, perekonomian, pendidikan, kesehatan lingkungan, dan beberapa perilaku penduduk yang terkait dengan kesehatan. 12

BAB I I I SI T U ASI DERAJ AT K ESEH AT AN

Untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia berikut ini disajikan situasi mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat.

A. MORTALITAS

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan di bawah ini. 1. Angka Kematian Bayi AKB Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. AKB di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk, SurkesnasSusenas, dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI. Dalam beberapa tahun terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup besar meskipun pada tahun 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun 1995 AKB diperkirakan sebesar 55 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 52 pada tahun 1997, dan turun lagi menjadi 44 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1999, kemudian naik menjadi menjadi 47 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. AKB menurut hasil SurkesnasSusenas berturut-turut pada tahun 2001 sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2002 sebesar 45 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB menurut hasil SDKI 2002-2003 terjadi penurunan yang cukup besar dari tahun 1997 sebesar 52 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003. Provinsi dengan AKB terendah adalah Bali 14 per 1.000 kelahiran hidup, DI Yogyakarta 20 per 1.000 kelahiran hidup, dan Sulawesi Utara 25 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB tertinggi di Provinsi Gorontalo 77 per 1.000 kelahiran hidup, Nusa Tenggara Barat 74 per 1.000 kelahiran hidup, dan Sulawesi Tenggara 67 per 1.000 kelahiran hidup. Gambaran perkembangan estimasi AKB dari beberapa sumber dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini. 13