Penyakit TB Paru Penyakit HIVAIDS

Kasus AIDS tertinggi dilaporkan dari Provinsi DKI Jakarta disusul Papua, Jawa Timur dan Bali. Sesuai data penduduk hasil sensus tahun 2000 kumulatif kasus AIDS per 100.000 penduduk secara nasional sebesar 1,33. Rate tertinggi terjadi di Papua diikuti DKI Jakarta, Bali, Maluku dan Sulawesi Utara. Cara penularan AIDS yang terbesar pada tahun 2003 adalah melalui hubungan heteroseksual, namun hingga akhir tahun 2004 cara penularan terbanyak yang dilaporkan adalah penularan pada penyalahguna NAPZA suntik Intravenous Drug User = IDU. Penularan yang terkait dengan IDU terjadi pada 44,1 kasus AIDS disusul penularan melalui hubungan heteroseksual 43,7, melalui hubungan homoseksual 5,5, melalui perinatal 1,8, melalui transfusi 0,1 dan 4,7 tidak diketahui cara penularannya. GAMBAR 3.5 PROPORSI PENDERITA AIDS SECARA KUMULATIF MENURUT CARA PENULARAN S.D. TAHUN 2004 Sumber: Ditjen PPM-PL, Depkes RI 43,7 5,5 4,7 1,8 44,1 0,1 IDU Heteroseks Homoseks Tak diketahui Perinatal Transfusi Berikut ini gambaran mengenai perkembangan penderita HIVAIDS sampai dengan Desember 2004. GAMBAR 3.6 JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF PENGIDAP HIV YANG TERDETEKSI DARI BERBAGAI SARANA KESEHATAN TAHUN 2000 – 2004 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 Tahun Jumlah kasu s Kasus baru 403 732 648 168 649 Kasus kumulatif 1172 1904 2552 2720 3368 2000 2001 2002 2003 2004 Sumber: Ditjen PPM-PL, Depkes RI GAMBAR 3.7 JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF PENDERITA AIDS YANG TERDETEKSI DARI BERBAGAI SARANA KESEHATAN TAHUN 2000 – 2004 500 1000 1500 Tahun Jumlah kasu s Kasus baru 74 47 178 219 345 355 Kasus kumulatif 227 274 452 671 1016 1371 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Sumber: Ditjen PPM-PL, Depkes RI 25 Karakteristik penderita AIDS dapat digambarkan bahwa sebagian besar penderita AIDS adalah laki-laki yaitu 2.193 penderita 81,77, sedangkan pada perempuan sebanyak 443 penderita 16,52, dan 46 penderita 1,71 selebihnya tidak diketahui jenis kelaminnya. Bila dilihat menurut kelompok umur, penderita berumur 20-29 tahun sebanyak 1.418 penderita 52,87, kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 686 penderita 25,58, kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 235 penderita 8,76, kelompok umur 15-19 tahun sebanyak 119 penderita 4,44, kelompok umur 60 tahun sebanyak 85 penderita 3,17, kelompok umur 50-59 tahun sebanyak 56 penderita 2,09, umur 1 tahun sebanyak 17 penderita 0,63 kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 14 penderita 0,52, kelompok umur 5-14 tahun 5 penderita 0,19 dan tidak diketahui kelompok umurnya sebanyak 47 penderita 1,75, sebagaimana disajikan pada Gambar 3.8 berikut ini. GAMBAR 3.8 PROPORSI PENDERITA AIDS SECARA KUMULATIF MENURUT KELOMPOK UMUR S.D. TAHUN 2004 50-59 th 2 1-4 th 1 Tak Diket. 5 1 th 1 15-19 th 5 40-49 th 9 30-39 th 20-29 th 54 Sumber: Ditjen PPM-PL, Depkes RI Gambar di atas menunjukkan bahwa secara kumulatif sebagian besar penderita AIDS di Indonesia merupakan kelompok umur 20-49 tahun 87.21. Seperti diketahui bahwa penularan HIVAIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik bersama pada IDU. Kelompok umur 20-49 tahun merupakan kelompok umur yang aktif dalam aktivitas seksual. IDU juga didominasi oleh kelompok umur produktif. Dapat diperkirakan hal ini saling terkait. Bila perkembangan kondisi ini terus terjadi, maka dalam jangka panjang di samping akan menjadi beban anggaran keluarga dan pemerintah juga akan menjadi ancaman bagi produktivitas tenaga kerja di Indonesia. Jumlah kumulatif kasus AIDS menurut provinsi sampai dengan 31 Desember 2004 dapat dilihat pada Lampiran 3.7. Dari Gambar 3.9 berupa peta wilayah Indonesia berikut ini, dapat dilihat Case Rate AIDS menurut provinsi tahun 2004. 26 GAMBAR 3.9 PROPORSI PENDERITA AIDS SECARA KUMULATIF MENURUT PROVINSI TAHUN 2004

d. Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA

Pola 10 penyakit terbanyak di rumah sakit umum, peringkat utama penyebab kematian di rumah sakit maupun data survei SDKI, Surkesnas menunjukkan tingginya kasus ISPA. Prevalensi ISPA dalam beberapa tahun menurut hasil SDKI dapat dilihat pada Tabel 3.15 berikut ini. TABEL 3.15 INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT MENURUT KELOMPOK UMUR DENGAN PREVALENSI TERTINGGI TAHUN 1991, 1994, 1997, DAN 2002-2003 Tahun Prevalensi Kelompok Umur dengan Prevalensi Tertinggi 1991 9,8 12 - 23 bulan 1994 10 6 - 35 bulan 1997 9 6 - 11 bulan 2002-2003 8 6 - 23 bulan Sumber: Hasil SDKI tahun 1991, 1994, 1997, dan 2002-2003 ISPA juga masih merupakan penyakit utama penyebab kematian bayi dan balita di Indonesia. Tabel berikut ini menyajikan proporsi penyebab kematian bayi dan balita yang disebabkan oleh penyakit sistem pernafasan. 27 TABEL 3.16 PROPORSI DAN PERINGKAT ISPASISTEM PERNAFASAN SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN BAYI DAN BALITA BERDASARKAN HASIL SKRT 1986, 1992, DAN 1995, SERTA SURKESNAS 2001 Penyebab Kematian Bayi Penyebab Kematian Balita Tahun SKRT Surkesnas Penyakit Proporsi Pering- kat Penyakit Proporsi Pering- kat SKRT 1986 Penyakit Sistem pernafasan 12,4 4 Sistem Pernafasan 22,88 1 SKRT 1992 Penyakit Sistem Pernafasan 36,0 1 Sistem Pernafasan 18,2 1 SKRT 1995 Penyakit Sistem Pernafasan 29,5 1 Gangguan sistem pernafasan 38,8 1 Surkesnas 2001 Sistem Pernafasan 27,6 2 Sistem Pernafasan Pneumonia 22,8 1 Dari Tabel 3.16 di atas menurut hasil beberapa SKRT penyakit ISPA dan Sistem Pernafasan merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Diketahui bahwa 80 – 90 dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan Pneumonia dan Pneumonia merupakan penyebab kematian balita peringkat pertama pada Surkesnas 2001. ISPA sebagai penyebab utama kematian pada bayi dan balita ini diduga karena penyakit ini merupakan penyakit yang akut dan kualitas penatalaksanaannya belum memadai. Sementara itu, pada tahun 2004 didapatkan 625.611 kasus Pneumonia pada balita, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Hasil penemuan penderita Pneumonia balita dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.17 berikut ini. TABEL 3.17 HASIL PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA TAHUN 2000 – 2004 Tahun Penderita 2000 479.283 2001 619.107 2002 549.035 2003 502.275 2004 625.611 Sumber: Ditjen PPM-PL, Depkes RI

e. Penyakit Kusta

Dalam kurun waktu 10 tahun 1991–2001, angka prevalensi penyakit Kusta secara nasional telah turun dari 4,5 per 10.000 penduduk pada tahun 1991 menjadi 0,85 per 10.000 penduduk pada tahun 2001. Pada tahun 2002 prevalensi sedikit meningkat menjadi 0,95, pada tahun 2003 kembali menurun menjadi 0,8 per 10.000 penduduk dan pada tahun 2004 28