TABEL 3. 33 10 PERINGKAT UTAMA PENYAKIT NEOPLASMA GANAS
PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2004
No Golongan Sebab Sakit
Jumlah Kunjungan 1 Neoplasma
ganas payudara 24.544
28,4 2 Neoplasma
ganas leher rahim
11.254 13
3 Neoplasma ganas
nasofaring 4.854 5,6
4 Neoplasma ganas kulit lainnya
4.534 5,1
5 Limfoma non Hodgskin
4.516 5,2
6 Leukemia 3.644
4,2 7
Neoplasma ganas daerah rektosigmoid, rektum dan anus
3.280 3,8 8
Neoplasma ganas kolon 3.217
3,7 9
Neoplasma ganas Bronkus Paru - paru 2.757
3,2 10
Neoplasma ganas Ovarium 2.650
3,1
TABEL 3.34 10 PERINGKAT UTAMA PENYAKIT NEOPLASMA GANAS
PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2004
No Golongan Sebab Sakit
Jumlah Pasien Keluar
1
Neoplasma ganas payudara 5.196 15,1
2
Neoplasma ganas leher rahim 3.818 11
3
Neoplasma ganas hati dan saluran empedu intrahepatik 3.574 10,3
4
Leukemia 2.648 7,6
5
Limfoma non Hodgskin 2.390 6,9
6
Neoplasma ganas bronkus dan paru 2.124 6,1
7
Neoplasma ganas ovarium indung telur 1.680 4,8
8
Neoplasma ganas kolon 1.382 3,9
9
Neoplasma ganas daerah rektosigmoid, rektum dan anus 1.354 3,9
10 Neoplasma ganas nasofaring
1.037 3
e. Cedera dan Kecelakaan Lalu Lintas
Pada tabel proporsi penyakit tidak menular sebagai penyebab kematian terbanyak di rumah sakit Tabel 3.11 maupun pola 10 penyakit terbanyak pasien rawat jalaninap rumah
sakit Tabel 3.13 dan 3.14, cederaperdarahan intrakranial dan cedera badan multiple menempati peringkat 10 terbanyak. Cedera intrakranial juga menempati peringkat 8 dari
penyakit utama penyebab kematian di rumah sakit tahun 2004 Tabel 3.11. Sedangkan kecelakaan angkutan darat merupakan 1,3 dari penyebab kematian di rumah sakit atau
peringkat 10 penyakit tidak menular sebagai penyebab kematian terbanyak di rumah sakit Tabel 3.30.
Kecelakaan Lalu Lintas KLL dapat menyebabkan luka ringan, luka berat maupun kematian. Selama tahun 2004, tercatat 17.732 kasus KLL dengan korban sebanyak 32.271
orang, terdiri dari korban meninggal sebanyak 11.204 orang 34,72, luka berat 8.983 orang
42
27,84, dan luka ringan 12.084 orang 37,45. Kejadian KLL terbanyak terjadi di wilayah DKI Jakarta disusul Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat. Sedangkan persentase
korban meninggal terbesar di Provinsi Kalimantan Selatan, Bangka Belitung dan Sumatera Barat. Data kejadian KLL menurut provinsi tahun 2004 dapat dilihat pada Lampiran 3.19.
Berdasarkan SurkesnasSusenas 2004, prevalensi cedera karena KLL di Indonesia pada penduduk berumur 15 tahun adalah 1,02, tertinggi di DI Yogyakarta 3,04 dan
terendah di Maluku Utara 0,28. Prevalensi cedera karena KLL di perkotaan 1,3 sedangkan di perdesaan 0,8. Sedangkan prevalensi cedera bukan karena KLL jatuh,
terbakar, keracunan, tenggelam, kekerasan, dan lain-lain pada penduduk berumur 15 tahun adalah 0,4.
Berdasarkan SurkesnasSKRT 2004, prevalensi penduduk berumur 15 tahun yang mengalami KLL 1 tahun terakhir adalah 2,9 dengan prevalensi tertinggi pada kelompok
umur 15-24 tahun. Sedangkan prevalensi penduduk berumur 15 tahun yang mengalami cedera bukan karena KLL adalah 2,8 dengan prevalensi tertinggi pada kelompok umur 65
tahun ke atas.
f. Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut
Berdasarkan SurkesnasSKRT 2004, 38,5 penduduk 15 tahun mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut, dan persentase penduduk 15 tahun yang kehilangan
seluruh gigi adalah 6,5.
TABEL 3.35 PERSENTASE PENDUDUK 15 TAHUN YANG MEMPUNYAI MASALAH KESEHATAN GIGI
DAN MULUT, KEHILANGAN SELURUH GIGI Persentase Penduduk
15 yang
Kelompok Umur Mempunyai masalah
kesehatan gilut Kehilangan seluruh
gigi
15-24 33,9 1,0
25-34 38,9 1,4
35-44 39,3 1,7
45-54 43,4 7,3
55-64 39,3 18,2
65 34,9 29,6
Indonesia 38,5 6,5
Sumber: SurkesnasSusenas 2004
3. Penyalahgunaan NAPZANarkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya Ditinjau dari jenisnya, ketergantungan NAPZA merupakan penyakit mental dan
perilaku, yang dapat berdampak pada kondisi kejiwaan yang bersangkutan dan masalah lingkungan sosial. Walaupun tidak ada data yang pasti mengenai jumlah kasus penyalahguna
NAPZA, namun diperkirakan dalam beberapa tahun terakhir ini jumlah kasus penyalahguna NAPZA cenderung semakin meningkat, bahkan jumlah yang sebenarnya ada di masyarakat
diperkirakan jauh lebih besar daripada kasus yang dilaporkan, seperti fenomena “gunung es”.
Menurut laporan Rumah Sakit Ketergantungan Obat RSKO Jakarta, dalam tujuh tahun terakhir ini 1997 – 2004, jumlah kunjungan pasien penyalahguna NAPZA baik rawat
jalan maupun rawat inap di RSKO, menunjukkan angka yang berfluktuasi. Pada tahun 1997 untuk unit rawat jalan RSKO tercatat 3.652 kunjungan, tahun 1998 naik menjadi 5.008
43