Penyakit Rabies Filariasis Frambusia

wilayah Indonesia bagian timur seperti Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, dan Papua. Tingginya angka prevalensi di daerah tersebut disebabkan karena penderita Frambusia banyak tinggal di daerah pedalaman yang sulit mendapatkan pelayanan kesehatan serta keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Perkembangan angka prevalensi Frambusia di Indonesia tahun 1984-2004 dapat dilihat pada Gambar 3.16 di bawah ini. GAMBAR 3.16 PREVALENSI FRAMBUSIA DI INDONESIA TAHUN 1984-2004

19.3 22.1

13.3 8.2

6.6 9.5

2.2 7

3 1 1 0.8

0.8 2

4 0.1

0.24 0.150.26

5 10 15 20 25 84 85 85 86 86 87 87 8 8 88 8 9 89 9 90 91 91 92 92 9 3 93 9 4 94 9 5 95 9 6 96 97 97 98 98 9 9 99 00 1 01 02 02 03 03 04 Tahun PR

10. 000 pe

nduduk Sumber: Ditjen PPM-PL, Depkes RI

k. Antraks

Penyakit Antraks pada manusia pada tahun 2004 dilaporkan dari 4 provinsi, yaitu Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Jumlah kasus Antraks pada manusia tipe kulit dan pencernaan selama tahun 2004 tercatat sebanyak 109 kasus dan 8 orang di antaranya meninggal dunia CFR = 7,3. Kasus kematian dilaporkan dari Kabupaten Bogor 6 orang dan 2 orang dari Ende. TABEL 3.29 JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN ANTRAKS 2000 – 2004 Tahun Jumlah Kasus Meninggal CFR 2000 34 0 2001 25 2 8 2002 35 8 22,9 2003 40 2 5 2004 109 8 7,3 Sumber: Ditjen PPM-PL, Depkes RI 39

2. Penyakit Tidak Menular

Semakin meningkatnya arus globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat, serta situasi lingkungan misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya polusi lingkungan. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi pengaruh terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus- kasus penyakit tidak menular seperti Penyakit Jantung, Tumor, Diabetes, Hipertensi, Gagal Ginjal, dan sebagainya. Berdasarkan laporan rumah sakit tahun 2004, diperoleh gambaran penyebab utama kematian di rumah sakit yang disebabkan penyakit tidak menular sebagaimana terlihat pada Tabel 3.30 berikut ini. TABEL 3.30 PROPORSI PENYAKIT TIDAK MENULAR SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN TERBANYAK DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2004 No Golongan Sebab Sakit Jumlah Kematian dari Seluruh Kematian di RS 1 Strok tak menyebut pendarahan atau infark 4.215 3,8 2 Pendarahan intrakranial 2.868 2,6 3 Cedera intrakranial 2.554 2,3 4 Diabetes melitus 2.353 2,1 5 Gagal ginjal lainnya 2.317 2,1 6 Penyakit jantung lainnya 2.257 2,0 7 Pertumbuhan janin lamban, malnutrisi janin dan gangguan yang berhubungan dengan kehamilan pendek dan berat badan lahir Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI rendah 2.257 2,0 8 Gagal jantung 1.552 1,4 9 Hipertensi esensial primer 1.510 1,4 10 Kecelakaan angkutan darat 1.430 1,3

a. Penyakit Jantung dan Sistem Sirkulasi

Penyakit sistem sirkulasi merupakan penyebab kematian umum nomor satu di Indonesia berdasarkan SKRT 1992, SKRT 1995, dan Surkesnas 2001. Stroke tidak menyebut perdarahan atau infark merupakan penyebab kematian nomor 2 di RSU di Indonesia tahun 2004 Tabel 3.11 . Stroke, Penyakit Jantung dan Hipertensi menempati peringkat utama proporsi penyakit tidak menular penyebab kematian di rumah sakit pada tahun 2004 Tabel 3.30. Hipertensi juga merupakan penyakit terbanyak nomor 3 pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia tahun 2004 Tabel 3.13. Berdasarkan SKRT 2004 diperoleh data bahwa berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, 2,2 penduduk berumur 15 tahun atau lebih pernah menderita penyakit jantung. Hasil Susenas 2004 diperoleh data 1,3 penduduk Indonesia berumur 15 tahun atau lebih pernah didiagnosa sakit jantung angina pectoris nyerisesak di bagian dada yang dapat menjalar ke tubuh bagian atas terutama ke lengan kiri yang merupakan gejala serangan jantung. 40